34

13.8K 413 18
                                    

Don menutup matanya, rasa kantuknya menyerang saat ia sedang memeriksa laporan kantornya. Libur hanya judul, selebihnya ia tetap bekerja.

Udara kota hari ini cukup hangat, semilir angin memasuki ruangan saat beberapa saat lalu Lody membuka pintu balkon hotel. Perempuan itu membawa satu set krayon dan buku gambar yang kemudian memilih menggambar di bawah beralas karpet berwarna biru tua.

Dalam pejamnya Don mengingat tentang rencana menyekolahkan Lody di luar negeri, sebuah keputusan yang harus ia bicarakan sangat hati-hati. Membayangkan Brian tidak bicara dengan Lucia sampai satu bulan karena mengutarakan hal yang sama, membuat Don membuka matanya karena merinding.

"Sayang?" ucap Don.

Ia menatap Lody dengan krayon yang digenggam dan jatuh tertidur. Bahu dan punggungnya bergerak perlahan dengan nafas yang teratur. Rambutnya yang digerai menutupi pipi penuhnya, Don tertawa.

Don mengangkat badan Lody lalu menggendongnya di depan. Pipi chubby perempuan itu bersandar di bahu milik Don. Don membawanya keluar agar mendapat udara lebih segar, menempuk punggungnya perlahan dan sesekali mencium kepala Lody.

"Ngghh...daddy..."

"Hm?"

"I miss you daddy..." cicit Lody dalam pejamnya.

Don tersenyum sembari terus menepuk lembut punggung Lody.

Hampir dua puluh menit Don menggendong tubuh Lody, tangan Don mulai terasa ngilu karena seperti apapun Lody bukan anak kecil lagi. Ia membawa tubuh kecil itu masuk ke dalam kamar kembali dan membiarkan pintu balkon terbuka. Don meletakkan tubuh Lody perlahan-lahan, ia tak ingin malaikat kecilnya terbangun.

"Ngh..." erang Lody.

Jemari kecil itu menarik lengan kemeja milik Don, ia tak ingin ditinggal. Mata sayunya terbuka sedikit, menangkap sosok lelaki di hadapannya.

"Hm?"

Don akhirnya pasrah ikut berbaring di sisi Lody, malaikat kecilnya melarang ia pergi. Cukup lama ia berbaring dan memejamkan matanya, dalam pejamnya Don terdiam meskipun ia cukup terkejut saat Lody tiba-tiba terbangun dan menyesap lembut bibirnya.

Lody terus melumat bibir Don tanpa ia tahu Don tak benar-benar tidur. Don tahu Lody dengan hati-hati membuka kancing atas kemejanya, mengecupi dada dan sesekali mendesah.

Tak cukup lama kini perempuan kecil itu berada di atas tubuhnya, duduk tepat di perutnya tanpa bergerak. Don dengan cepat membuka matanya, mencekik perempuan itu perlahan dan mendorongnya ke belakang.

"Daddy!"

Lody memekik saat tubuhnya mendarat cukup keras di tempat tidur, ia menggenggam pergelangan tangan Don, ia tersentak.

Don sedikit menekan leher Lody hingga perempuan kecil itu mengerang.

"Apa yang kau lakukan padaku, hm?" ucap Don.

"Daddy...eegghhh!"

Don membuka kedua kaki Lody, menyapa kewanitaannya yang masih terbungkus dengan celana dalam dengan jari-jarinya.

"Daddy harus memberimu sebuah hukuman karena menggangguku saat tidur. Bukan begitu?" ucap Don.

Lody terdiam, nafasnya mulai tersengal. Tatapan matanya terkunci dalam pada bola mata Don, tidak ada jawaban penolakan. Don melepaskan tangannya dari leher Lody lalu beranjak pergi pada sebuah kabinet di sudut ruangan.

"Jangan berpindah!" hardik Don saat ia mengetahui Lody bergerak dari posisi awalnya.

Lody kembali berbaring, sama seperti semula. Ia tak berani lagi bergerak atau sekedar mencuri pandang.

Don mengeluarkan sebuah gunting dan beberapa helai kain panjang berwarna biru gelap. Kain itu tampak seperti langit dengan beberapa bintang bersinar pada malam hari, sangat cantik.

Lelaki itu mengecupi bibir Lody, memancing perempuan kecilnya semakin panas. Lody membalas kecupan-kecupan itu dengan liar, jauh dalam dirinya ia ingin sesuatu meledak. Tetapi Don dengan keras meremas payudaranya yang masih terbungkus rapat untuk menghentikannya.

Don menarik kedua kaki dan tangan Lody lalu mengikatnya pada tiang-tiang tempat tidur, tak terlalu kencang. Ia memastikan kulit Lody tidak akan terluka apabila tergesek oleh kain dan tentu saja Lody yang masih bisa sedikit bergerak adalah indah terlebih jika ditambah dengan erangan.

Tersisa satu kain di genggaman tangan Don. Ia menghampir Lody, melumat bibirnya dengan panas dan menutup mata perempuan kecil itu dengan sisa kain dalam genggamannya. Tubuh Don beranjak, mengatur jarak, ia memandangi tubuh Lody yang terbaring di hadapannya. Tubuhya sempurna membentuk tanda silang.

"Daddy..."

"Aku di sini, jangan khawatir..." ucap Don sembari mengusap lengan Lody.

Perempuan itu kembali tenang.

Don melepaskan kemejanya, melemparnya ke lantai. Tubuhnya kemudian merangsek naik ke atas tubuh Lody, menyarangkan bibirnya pada mulut Lody. Kecupan demi kecupan, hisapan dan gigitan dilakukan Don pada bibir tipis itu hingga pada gigitan terakhir mampu membuka mulut Lody dan Don melesakkan lidahnya.

Lidah keduanya saling bersambut, tertaut dan menari-nari dalam rongga mulut. Don sesekali menariknya keluar seakan memberi kesempatan untuk bernafas bagi Lody.

"Hmmmhhh..."

"Mmhhh..."

Lody yang terus melenguh dan terus memagut lidah Don membuat lelaki itu makin tak terkontrol. Don menyambar gunting yang sebelumnya ia letakan di ujung tempat tidur, bangkit dari posisinya yang mengukung Lody dan menggunting pakaian bagian atas milik Lody.

"Aahh!"

"Daddy!"

Ujung-ujung bilah gunting yang dingin dan sedikit tajam menyapa kulit lembut Lody. Suara kain yang terpotong membuat Lody menggelinjang, tubuhnya terasa panas tetapi kaku karena tak bisa bergerak bebas.

Persetan dengan pakaian perempuan kecilnya yang berharga belasan juta, persetan pula dengan bra dengan pengait tipisnya, Don menggunting semua yang menempel pada tubuh atas perempuannya.

Buah dada dengan puting yang mencuat berwarna merah muda menyapa Don. Darahnya berdesir saat Lody terengah-engah sehingga buah dada yang telah tegang itu bergerak naik dan turun.

Don duduk diantara kedua paha Lody yang terbuka. Mengecupi perut perempuan itu, membuat belasan tanda pemilikannya di pinggang, dada dan tentu saja pada setiap buah dada Lody. Don mengecupi buah dada itu perlahan, bergantian kiri dan kanan. Meremasnya dengan pelan lalu berseling dengan remasan yang kuat.

"Aaghhh!!!"

"Hm? Kau suka? Oh baby..." suara Don terdengar begitu dalam.

Don suka melumat dan menghisap buah dada Lody, sama seperti seekor kucing yang menyusu pada induknya. Don menghisapnya kuat-kuat, membuat tubuh Lody terangkat beberapakali. Memainkan putingnya dengan liar, mencubitnya, menarik bahkan menggigitnya lalu menariknya kencang.

"Akhh! Daddyy!!"

"Safe word?" Don menawarkan.

Lody menggeleng kencang...

Don mengangkat kepalanya, mengusap pipi Lody lalu kembali menyumpal mulutnya dengan buah dada Lody. Kedua jemari Don mulai mengusap bibir Lody, menjepitnya perlahan dan menerobos masuk ke dalam mulut mungilnya. Jemari-jemari itu menekan lidahnya, mengaduk semua isi dalam rongga mulut Lody. Jemari itu mengunci lidah Lody menariknya dengan kuat.

"EGGGGHHH!!!"

"Safe word?" tawar Don kembali.

Dan sekali lagi Lody menggeleng kencang...

Don mengeluarkan jemarinya, menyesap liur Lody yang terbawa pada mulutnya.

"Mari kita mulai..." bisik Don.

Our SideWhere stories live. Discover now