annoying

0 0 0
                                    

Gadis yang menguap lebar sambil mengucek-ucek matanya itu adalah Shesa, ia bangun. Saat bunyi alarm miliknya, yang terus-terusan berdering hingga membuat telinganya bising.

Menjulurkan satu tangannya, meraba mencari keberadaan benda tersebut di atas nakas, persis di samping tempat tidurnya. Dengan posisinya yang masi berbaring, suasana hening ketara, ketika bunyi alarm tersebut mulai berhenti di kamar itu.

Ia menatap langit-langit kamarnya sesaat, lalu duduk di tepian ranjang sambil mengumpulkan sebagian nyawanya yang hilang.

Berjalan, menyibakan tirai kamarnya. Saat dirasa sebagian nyawa yang lainnya kumpul. Dengan melihat kondisi luar masih gelap.

Shesa begitu berantusias bangun pagi, untuk menyambut awal sekolahnya yang menginjak kelas XI.

Berada di apartemen miliknya seorang diri, membuat Shesa membenci suasana yang ia rasakan seperti sekarang.

Gadis broken home seperti dirinya sangat menyukai keheningan namun benci akan kesepian.

Ia akhirnya berlanjut, bergegas membenah diri, di awali dengan menyiapkan peralatan sekolah yang mana musti ia bawa.

Setelah semuanya dirasa beres, ia melihat pantulan dirinya di cermin. sambil merapikan cepolan rambutnya serta seragam yang ia kenakan.

Senyum yang tak pudar sedari bangun tidur, tercetak di wajah manisnya yang menawan. Ia bergegas mengambil kunci motor miliknya di atas nakas dan pergi, tanpa acara sarapan pagi.

Shesa mengendari motornya santai, karna kondisi jalanan yang masi cukup renggang. Sungguh membuatnya bertambah semangat pergi ke sekolah, kala di temani Sunrise yang indah.

Sedikit membesarkan volume lagu yang ia putar, sambil mengikuti lirik yang tengah mem-play lagu favorit di bawakan oleh grup One Direction idolanya.

Namun ketika pada saat bunyi klakson mobil, yang mengagetkannya hingga hampir terjatuh, mengacaukan semua itu.

Geram, Shesa menepikan motor miliknya sambil mengumpatkan sumpah serapah ke pengendara mobil sedan yang terus melaju tanpa rasa bersalah.

Seperti seolah sengaja mengklaksonnya, yang berusaha menjalankan motornya itu ke sisi kiri jalan.

Rasa kesal dan geram karena telah merusak mood baiknya, ia sunguh ingin mengasih pelajaran kepada pengemudi mobil sedan tersebut.

T-tapi bukan pelajaran sekolah atau pelajaran menghajarnya habis-habisan. Ia tak sehebat itu, hanya saja, ia ingin memprotes tindakan pengendara yang hampir membuat nyawa orang lain bisa celaka bukan?

Tepat di sekolah yang masi cukup terbilang sepi terlihat dari parkiran sekolah. Shesa rasa hanya sebagian murid rajin saja datang lebih awal.

atau pun para adik kelas yang baru saja masuk, beberapa minggu lalu setelah di ospek, yang mungkin masi takut untuk datang terlambat.

Ia memarkirkan motor miliknya di samping mobil sedan, yang cukup tak asing Shesa rasa, plat dan warna mobil yang sama persis.

Setelah otak Shesa di sibukan berpikir keras, ia baru saja sadar. Mobil inilah yang membuatnya hampir terjatuh.

Shesa cukup tenang dan tak ingin mengambil pusing. Mencari masalah lebih lanjut untuk hal mendekatkannya dengan debat itu bukan seleranya.

Tapi sedikit menendang ban mobil yang mengkilap itu. Apa salahnya untuk ia meluapkan kesal.
Setelah itu, Shesa pergi berlalu santai, bertindak seperti tak terjadi apa-apa.

Namun ia tak mengetahui, hal atas tindakannya tadi di pantau langsung oleh si pemilik mobil, yang tak berada jauh dari arah ia berada.

Seorang pria yang tengah mengangkat alisnya sambil tersenyum smirk, seolah menargetkan sesuatu yang seru untuk jadi target permainannya.

Judul Standar - Tulis Judul Kamu SendiriWhere stories live. Discover now