III. Sadeena dan sakit hati

29 2 0
                                    

Hai, Assalamualaikum semua. Aku kembali... Mudah-mudahan pembaca bertambah. Aamiin

"Dan Allah lah sebaik-baiknya tempat pengharapan."
( Q.S Al-Insyirah:8)

Seminggu sudah, Sadeena tanpa Azhar. Kisah yang seharusnya masih terjalin, kini sudah hancur berantakan. Hatinya merasa terluluh lantakan. Sadeena tak percaya lagi akan cinta. Semacam, mati rasa.

Namun, tak dapat İa pungkiri, ini juga kesalahannya karena jatuh terlalu dalam. Entah semesta yang jahat, entah ini memang jalan cintanya. Entahlah, Sadeena hanya bida berserah.

"Sa, kamu gak ngampus?." Tanya Bunda yang entah sejak kapan ada diambang pintu.

"Nggak Bun. Gak ada kelas."

"Sa, kenapa? Azhar?."tanya Bunda lalu duduk disebelah Sadeena.

Sadeena tidak menjawab.

"Sa, Allah udah ngasih kamu petunjuk kalo Azhar itu bukan yang terbaik buat kamu. Kamu yang sabar. In Syaa Allah, kesabaran kamu akan berbuah manis dengan kehadiran sosok seseorang yang bisa menyempurnakan kamu kelak. Makannya, jangan melabuhkan hati kamu sedalam-dalamnya sama orang. Sebaik-baiknya pengharapan itu Allah. Berharap sama makhluk, cuma bikin sakit."

"Ayah sama Bunda dulu pacaran?."

"Nggak. Kita gak pacaran. Bunda ketemu Ayah kamu waktu di kampus. Eh, pas malemnya dia datang kerumah Bunda. Kita baru ketemu tiga kali, taaruf dulu lah ya. Abis itu, Bunda langsung dikhitbah sama Ayah kamu. Gak lama, kita nikah."

Sadeena tersenyum kaku. Dia, baru sadar, kalau bisa semudah taaruf - khitbah - nikah, mengapa harus memilih jalan rumit seperti pacaran?

Sadeena menepis semua pikiran yang menghantui dirinya.

"Bun, aku boleh keluar gak?"

"Kemana?"

"Kerumah Narrel. Bentar aja kok."

"Jangan lama-lama. Kalo gak ada kepentingan, mending dirumah aja. Karena, kalo perempuan keluar tanpa ada alasan penting, berarti dia udah keluar dari fitrahnya."

"Maksud Bunda?."

"Gini ya Sa, perempuan itu berharga dalam Islam. Islam, sangat mengangkat derajat seorang perempuan. Jadi, kalo keluar rumah tanpa alasan nih, setan-setan akan menyambut. Karena ya, seperti kata Bunda tadi, sudah keluar dari fitrahnya."

"Iya Bun. Gak lama kok. Aku cuma mau nebus janji aku kemaren lusa. Bentar kok. Sebelum dzuhur aku pulang."

"Iya. Hati-hati ya."

"Iya Bun. Aku siap-siap dulu."

Bunda melenggang keluar, sedangkan Sadeena bersiap-siap.

          🌼🌼🌼🌼

"Assalamualaikum... Narrel..."

Take Me Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang