♧Chapter16♧

Start bij het begin
                                    

Clap... Clap... Clap!!

"Wah, sungguh luar biasa. Bagaimana bisa? Gue pangling, serius. Lo bisa berubah jadi secantik ini, sekurus ini? Lo punya kekuatan!"

Heboh? Yah itulah keadaan Yoshi saat ini. Bahkan Winter sampai menganga melihatnya. Respon Yoshi nampaknya tak jauh beda dengan orang lain yang bakal melihat dirinya sekarang. Namun, bukannya aneh? Sedari tadi laki-laki itu tampak diam, tapi sekarang tiba-tiba menjadi heboh.

"Heh! Ayok jawab! Lo beneran Winter yang berbadan chubby tadi? Serius?" Guncangan bahu dari laki-laki itu membuat Winter mengerjap sekejap.

"I... iya."

Winter meringis pelan. Yoshi begitu terkejut sepertinya. Namun yang dikhawatirin Winter adalah, bagaimana kalau laki-laki itu mengatakan ke orang-orang? Tak heran jika Yoshi melakukannya. Melihat reaksinya tadi sudah membuat Winter cemas.

"G... gue boleh minta tolong?" Kerutan di dahi Yoshi timbul. Mulutnya kembali terjatuh lalu menatap serius gadis di depannya. Anggukan menjadi responnya ketika melihat raut wajah ketakutan gadis itu.

"Dia kenapa?" batinnya.

"Tolong rahasiakan ini?"

"Tentang?"

"Kutukan gue tadi."

"Kutukan?"

Yoshi terdiam, Winter juga ikut terdiam. Mereka berdua sama-sama menunggu kelanjutan dari sang lawan bicara. Hening selama hampir satu menit membuat Yoshi yang masih dipenuhi rasa penasaran langsung menarik pergelangan tangan Winter untuk duduk di kursi. Ngobrol sambil berdiri rasanya tidak begitu efektif.

Decakan kesal lantaran melihat sepatunya yang masih dipenuhi noda es cream yang telah mencair membuat Winter menoleh ke arahnya. Mulai saat dirinya memohon kepada Yoshi sampai dirinya ditarik untuk duduk di kursi taman, dirinya selalu menunduk. "Gue gak punya tissue, maaf".

Yoshi berdehem pelan lalu menggeleng sekali. Senyum tipis dia ukir untuk membuat Winter merasa baik-baik saja. Ya, dia paham sekarang. Gadis itu merasa takut akan satu hal. Namun dia juga tidak bisa melupakan fakta yang baru saja dia ketahui tadi. Perihal gadis di depannya adalah gadis gembul yang bernama Winter.

"Lo bilang ini kutukan?" Yoshi memilih membuka percakapan setelah hening sesaat.

Anggukan pelan dari gadis itu menjadi jawaban atas pertanyaannya. Namun hal itu masih belum membuat rasa penasaran Yoshi berkurang. Dia kembali terdiam. Dia merasa kurang sopan menanyakan hal lebih kepada gadis itu.

"Kutukan gue gak seperti yang di film-film. Kutukan ini sudah ada sejak gue lahir. Dulu gue cuman akan berubah menjadi Winter yang saat ini pada malam hari dan akan berubah kembali menjadi Winter yang biasa lo lihat di pagi hari. Namun akhir-akhir ini sudah beda. Gue berubah tanpa bisa gue ketahui. Seolah-olah, kutukan ini beraksi tanpa mengenal waktu. Hal itu yang buat gue jarang ke sekolah dan bertemu dengan orang-orang yang gue kenal. Ah.... Gue gak sadar sudah bercerita panjang lebar. Lo pasti bosan dengar penjelasan gue," jelas gadis itu. Yoshi makin melebarkan senyumnya. Tangannya bergerak mengusap air mata yang sudah mulai turun di pipi gadis itu.

Sentakan kecil mengundang permintaan maaf Yoshi. Agaknya Winter terkejut terhadap perbuatannya. "So... Sorry. Gue cuman mau ngapus air mata lo kok. Nanti bedak lo ilang."

Rupanya perkataan Yoshi mampu membuat Winter terkekeh pelan. Jarinya bergerak ikut menghapus jejak air matanya. Yah, jujur saja dirinya merasa malu telah menangis di depan laki-laki yang baru saja dia ketahui namanya itu. Melihat Winter yang sudah mulai tenang, Yoshi menghela nafas lega. Untungnya kalimat yang sebenarnya bukan niat untuk melawan tadi mampu membuat Winter tertawa.

Cinta Penawar KutukanWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu