Suasana terasa canggung bagiku. Tak ada siapa pun yang berbicara. Hanya ada suara berdenting dari pisau dan garpu yang beradu dengan piring, serta derap langkah para pelayan yang masih saja sibuk mondar-mandir menghidangkan makanan.

Beberapa saat berlalu, akhirnya acara makan malam selesai. Semua orang telah meletakkan alat makannya kembali, tak terkecuali aku.

Aku meraih sapu tangan, lalu menyeka mulut dengan pelan sebelum perhatianku teralihkan pada kakek yang mulai membuka suara.

"Tujuanku mengumpulkan kalian di sini awalnya untuk mendiskusikan acara pernikahan cucu kesayanganku Darren, dengan putrimu, Diego," ucap kakek. "Namun, aku ingin meminta maaf sebelumnya, sepertinya pernikahan Darren dan Elena tidak bisa dilaksanakan."

"Apa maksudmu, Tuan Smith?" tanya laki-laki paruh baya yang duduk di samping kakek dengan nada meninggi.

Hening sesaat. Terdengar helaan napas kakek, lalu kulihat dia membuka mulut. Namun, belum sempat berbicara, kakek kembali mengatupkan bibir saat mendengar suara Darren. "Aku akan menikah dengan wanita pilihanku," ucapnya dengan nada datar.

Deg!

Tiba-tiba suasana menjadi tegang. Aku bisa merasakan atmosfer di ruangan itu perlahan memanas. Kulirik Darren yang duduk di sampingku takut-takut. Aku ingin melihat bagaimana ekspresi lelaki itu. Sayangnya, raut wajahnya tetap datar-datar saja, seperti tak ada masalah apa pun yang terjadi.

"Bukankah perjodohan kalian sudah kami sepakati sejak dahulu? Apa maksudmu dengan mengatakan kau akan menikahi wanita pilihanmu?!"

"Tenanglah, Diego." Wanita yang duduk di sebelah Tuan Sanchez mengusap lengannya perlahan.

Tuan Sanchez dengan cepat menyentak tangannya dan bangkit berdiri. Tatapannya nyalang. "Apa-apaan ini? Kalian ingin mempermainkanku?!"

"Diego, tenang dulu. Cucuku bukan hanya satu." Kakek berusaha melobi. Tatapannya mengarah ke lelaki yang duduk di hadapanku.

"Maksudmu, kau akan menggantikan posisi Darren dengan Zach?"

Kakek mengangguk. "Ya. Mereka sama-sama pengusaha sukses. Mereka juga sama-sama sudah mengerti cara kerja bisnis kita. Aku yakin, Zach bisa menjadi menantumu dengan baik."

Tuan Sanchez kembali terduduk. Wajahnya tak lagi diliputi amarah. Setelah menarik napas sejenak, Tuan Sanchez menghadap ke arah putrinya. "Bagaimana, Elena? Kau mau menikah dengan Zach?"

Semua mata kini tertuju pada gadis itu. Aku pun ikut menatapnya sambil berdoa dalam hati, semoga dia mau menikah dengan sepupu Darren.

Hening menyelimuti ruangan beberapa saat. Tak ada yang membuka suara, sedangkan wanita itu tak kunjung menjawab pertanyaan ayahnya.

"Sebelumnya, bolehkah aku bertanya sesuatu?" ujar Elena seraya melirikku. Ah, aku merasakan firasat buruk.

"Tentu saja. Apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Kakek Darren.

"Apakah wanita yang duduk di samping Darren sekarang adalah wanita yang ingin dinikahinya?"

"Ya," jawab Darren cepat. Aku bahkan sampai terbelalak. Laki-laki itu benar-benar tidak bisa basa-basi.

Tanpa sadar aku menelan ludah karena tiba-tiba saja tenggorokanku terasa kering. Tatapan wanita itu padaku cukup membuat detak jantungku berpacu. Jujur saja, aku mulai takut sekarang.

Elena menyunggingkan senyum setelah memutus tatapan mata kami. Lalu, dengan mantap dia menjawab, "Kalau begitu, aku tidak akan menikah dengan Zach."

"Elena ...," panggil Tuan Sanchez.

Mawar Merah Sang CEO Donde viven las historias. Descúbrelo ahora