CD-1 : Those two sides of story pt.2

206 33 22
                                    

--- second side

---

---

Tidak perlu menunggu lama bagi Yuna untuk dibukakan pintu oleh Minho. Seperti biasa gadis pecicilan berusia 20 tahun itu akan memberikan senyum terbaiknya begitu pintu di hadapannya terbuka. Dan Minho, seperti biasa juga hanya akan berdiri dengan tampang tanpa ekspresinya.

"Cepet kak! Gue udah telat."

"Lo seriusan mau ngampus pakai baju kurang bahan kaya gitu? Mirip LC karaoke tau gak," omel Minho seraya menyerahkan sebuah keranjang berukuran sedang yang dengan gesit disambut oleh Yuna.

"Kak Minho, kalau gue gak kaya gini, gue gak bakal bisa dapetin hatinya Seungmin-"

"Iya iya udah bosen gue dengernya, buruan berangkat sana. Awas ya, jangan kelupaan lagi bawa balik tempat sausnya."

"Iyaaa, ya ampun diungkit lagi dong ... udah gue bilang gak sengaja."

Dengan air muka kesalnya, Yuna mengibaskan rambut panjangnya yang tergerai sebelum berbalik dan mengambil langkah terburu-buru dengan gemeletuk sepatu hak tingginya yang menggema di sepanjang lorong. Minho hanya bisa menghela nafas setelah memastikan Yuna menghilang di ujung lorong.

Usai mengunci pintu, Minho mengecek sekilas jam di ponselnya. Sebenarnya belum terlalu siang untuk melakukan lari pagi, namun sebuah koper berukuran sedang yang tergeletak dengan keadaan terbuka tepat di samping kasur lusuhnya sukses membuat pikirannya teralih. Beberapa detik ia hanya berdiri di tengah ruangan sempit itu dengan tatapan terkunci pada beberapa lembar pakaiannya yang sudah ia susun di dalam koper tersebut.

Ada apa sebenarnya?

Jika ditanya Minho pun bingung harus menjawab apa. Dibanding ditipu, Minho rasa ia lebih seperti dijebak. Dijebak di antara 2 pilihan yaitu harga dirinya atau tempat tinggal yang sudah ia diami hampir 2 tahun terakhir.

Seraya mendudukkan dirinya di tepian kasur lusuhnya, ia memberanikan diri membuka kembali riwayat pesan dari kontak dengan nama 'Ibu Cha' di ponselnya.

Tidak tahu diri;

Harga diri tidak seberapa;

Ganti rugi;

Anak koruptor;

Dan-

Angkat kaki besok;

Adalah potongan-potangan kalimat yang masih dapat Minho baca cukup jelas dengan pandangannya yang mulai mengabur oleh bendungan air mata.

Sulit sekali menjelaskan dengan kata-kata bagaimana perasaannya saat ini. Walau beberapa tahun terakhir Minho sudah banyak mengalami pahitnya kehidupan, namun sebagai seorang pemuda yang dulunya memiliki -hampir- segalanya dalam hidupnya, Minho harus mengakui bahwa tidak banyak yang berubah dari dalam dirinya. Ia kadang harus mengakui bahwa ia belum sepenuhnya siap menghadapi kerasnya kehidupan.

Apalagi saat ini ... ia benar-benar harus menghadapi semuanya sendirian.

Dan dalam keadaan seperti ini lah Minho biasanya akan mulai berandai-andai. Berharap ia mungkin akan terbangun dan sadar bahwa ini semua hanyalah bagian dari mimpi buruknya. Atau mungkin berharap terdengar suara ketukan di pintu, dan ketika ia membukanya ada seseorang yang ia sayangi berdiri dengan tangan terbentang, siap untuk menariknya ke dalam satu pelukan, dan dalam pelukan itu Minho akan menangis meluapkan semua keluh kesahnya, merutuki dunia, mengakui bahwa ini sulit, kemudian siapa pun orang itu akan membalasnya dengan bisikan menenangkan;

Kamu tidak sendiri.

Ayo kita lalui bersama.

Dan pada titik ini Minho akan mulai benar-benar membayangkannya. Siapa pun orangnya.

P.O.U 2 : Closed Down | BanginhoWhere stories live. Discover now