Tapi, karena cuaca semakin mendingin, Ruby segera menyuruhnya untuk menghentikan kegiatan luar ruangannya karena takut dirinya akan membeku.

Lekukan senyum terpatri di wajah Granger. Sungguh alasan yang aneh, pikirnya.

"Entahlah. Karena aku juga harus memasak untuk sarapan, kelihatannya kayu yang kau potong kemarin tidak cukup."

"Begitu, kalau begitu aku akan melakukannya lagi nanti." Granger menutup matanya dengan lengannya.

"Tidak ada nanti-nanti, cepat bangun sekarang," Ruby kini menarik lengan kekasihnya itu untuk bangun dari tempat tidur.

"Lima menit lagi...."

"Ayo bangun!" seru Ruby masih menarik lengan Granger namun lelaki itu tak terlihat terganggu sama sekali.

Jika sudah seperti ini, maka tak ada cara lain kecuali satu cara untuk membangunkan kekasihnya yang sudah lengket dengan tempat tidur.

Ruby membalikkan badannya kemudian berjalan menuju ke dapur yang ada di lantai bawah.

"Kalau begitu aku akan memasak sarapan untuk diriku saja," ujarnya dengan nada merajuk yang dibuat-buat.

Dengan gerakan kilat, Granger beranjak dari tidurnya dan melewati Ruby yang hendak turun ke bawah.

Gadis itu tergelak melihat kekasihnya yang kocar-kacir bergegas melaksanakan tugasnya lagi yaitu memotong kayu.

"Pasukan bandit menyerang kereta kerajaan? Berani sekali," celetuk Ruby meletakkan sepiring buah stroberi yang sudah dihilangkan daunnya di atas meja yang ada di hadapan kekasihnya.

"Kebetulan waktu itu putri Silvanna tidak membawa banyak pengawal dengannya, oleh karena itu mereka berani mengambil tindakan," jelas Granger sambil duduk bersandar di sofa yang ada di ruang keluarga.

Seperti inilah kebiasaan mereka berdua di musim dingin. Seusai sarapan dan menyikat gigi, mereka akan menyempatkan waktu untuk bersantai di ruang keluarga ditemani dengan api unggun yang hangat.

"Jadi? Apa putri Silvanna terluka akibat serangan itu?" Ruby kini duduk di samping Granger dengan sebuah buku di tangannya.

"Tidak sedikitpun. Kau tahu sendiri kemampuan putri dalam bertarung," Granger menyuapkan stoberi ke dalam mulutnya.

"Begitu," jawab Ruby tanpa mengalihkan pandangan dari tulisan yang ia baca.

Lelaki itu kemudian merangkul bagi Ruby mendekat ke arahnya hingga tak ada jarak di antara mereka.

"Ruby," panggilnya.

"Hm," tanggap Ruby masih fokus dengan bukunya.

"Kau sudah menyiapkan baju untuk kita pergi nanti?" tanya Granger.

"Hm." Tanggapan Ruby masih sama.

"Stroberinya manis, kau mau?"

"Hm."

"Letakkan dulu buku itu."

"Hm."

Granger mulai kesal karena kekasihnya itu sama sekali tak menghiraukannya.
Meskipun begitu, lelaki tersebut tetap sabar dan kembali memanggil Ruby.

"Edelweiss," panggil Granger untuk terakhir kalinya.

"Hm."

Sudah cukup.

Kali ini Granger benar-benar kehilangan kesabarannya. Lantas lelaki itu mengambil sepotong stroberi dan menggigitnya di ujung mulutnya.

Ruby yang masih terfokus dengan bukunya sontak kaget ketika kekasihnya menarik dagunya secara tiba-tiba hingga ia menghadap ke arah kekasihnya tersebut.

The Little Redhood and The Vagrant PoetWhere stories live. Discover now