10. alasan

26 8 0
                                    

Hoseok itu...

Orangnya mudah senyum pada siapapun, tidak suka menilai fisik atau penampilan seseorang, tidak mudah marah, dan mudah memaklumi masalah sehingga hidupnya seakan sangat damai.

Aku yang belum lama ini masuk dalam kehidupan Hoseok, sangat terpengaruh dengan eksistensi seorang Hoseok.

Namun terkadang Hoseok tidak percaya diri untuk bertemu atau bersentuhan dengan ku, bila tubuhnya sedang tidak bagus, hmm.. kalian mengertilah maksudnya.

Padahal aku sangat-sangat tidak mempermasalahkan itu, namun Hoseok selalu beralasan kalau ia takut membuatku malu atau tidak nyaman, padahal yang kubutuhkan adalah kehadiran Hoseok, bukan ketampanan atau apapun dari fisik Hoseok.

Seperti saat ini, ia bilang tidak akan menjemputku, dengan senyum-senyum sendiri aku membalas pesannya.

Tidak perlu malu-malu, dasar kucing
20.52
Kau mau kubawakan apa?
20.52
Apa mau aku masakkan dirumah mu saja?
20.52

Hoseok tak kunjung menjawab hanya membacanya, dan aku menekan ikon vidio call sambil menaiki bis yang baru saja berhenti di depan halte.

Tak lama muncullah suatu wajah, wajah yang selama nya akan ku kenali walaupun mungkin orang-orang tidak.

Dengan gugup Hoseok menatap ku, matanya yang bergetar sering berkedip-kedip pelan, mulutnya yang terlihat sangat rapuh menggumam-gumam tidak jelas

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

Dengan gugup Hoseok menatap ku, matanya yang bergetar sering berkedip-kedip pelan, mulutnya yang terlihat sangat rapuh menggumam-gumam tidak jelas.

Senyum paling tulus yang kumiliki terbit seketika, hanya Hoseok yang mendapat ketulusan ku melebihi orang tuaku sendiri.

"Nanti saat sampai aku buatkan dakjuk* ya"

(Bubur khas korea)

Suara ku bergetar, sedangkan di sana, Hoseok mengangguk pelan, berusaha tersenyum dengan bibir rapuh nya pelan-pelan, namun hanya terlihat seperti orang sedang meringis.

Air mata ku jatuh seketika, bagaimana ada manusia sekuat dan semenakjubkan ini.

"Baiklah, tunggu aku ya, aku mencintai mu" tak apa kan bilang begini, lagi pula aku pacarnya.

Sepertinya ia tidak bisa membalas pesan ku tadi karna tangannya sulit mengetik pesan. Terlihat dari pesan yang ia kirim sebelumnya, berantakan dan sangat pendek.

Maafg tidakbisa jemputy
20.50

Saat sampai, ternyata ada Woojin di sana.

"Hai!" Sapanya riang.

"Hai juga!" Balas ku riang.

"Kau habis menangis ya?" Tuduh Woojin sambil memicingkan mata. apa terlihat begitu jelas?.

"Hahaha!! Tidak.. hiks- ti-tidak..." aku kalah, aku paling lemah kalau sudah sedih.

Woojin tercengang, aku rasa ia ingin bertanya penyebab aku menangis namun urung karna aku langsung berjalan ke Hoseok.

Aku menangkup pipi nya, mengusapnya pelan dengan ibu jariku, mata Hoseok yang bergetar menatap ku dalam.

"Apapun yang terjadi,, kau tetap Hoseok ku" aku memeluk Hoseok erat-erat setelah itu.

Sedangkan Hoseok melirik Woojin dengan tatapan meledek.

"Dasar! Kenapa aku punya teman aneh seperti ini" racau Woojin jengkel.
.
.

"Dada~!" Seru ku pada Woojin yang melambai dan semakin menjauh.

Ya, kami baru saja makan besar tadi, sayangnya Hoseok hanya bisa menelan bubur alih-alih pesta jajangmyeon* seperti aku dan Woojin.

(Mi dengan saus pasta kacang kedelai hitam)

Aku kembali masuk dan mengantar Hoseok ke kamar nya.

"Malam ini tidak usah begadang ya" ucapku yang dibalas Hoseok dengan mengangguk sedikit.

Memang, Hoseok itu punya jam kerja aneh, aku juga awalnya heran, bagaimana orang penting seperti Hoseok punya banyak waktu senggang?.

Bangun jam delapan pagi-kalau tidak kubangunkan, berangkat ke kantor jam sebelas siang, dan selesai bekerja jam delapan malam, setelah itu langsung menjemputku ke toko.

Ternyata mulai jam sepuluh malam ia hanya berbaring atau malas2an di kasurnya sambil mendengarkan musik atau main game, me time katanya, lalu Hoseok akan bangun jam dua belas dan bekerja mendesain-desain furniturnya sampai jam dua dan tidur lagi sampai pagi.

Dia bilang kalau tidak tengah malam, maka idenya akan macet seperti jalanan aspal panas yang padat.

Sedangkan di kantor ia menyelesaikan urusan tanpa harus setor muka, yang setor muka cuma Woojin saja, selaku sekretaris Hoseok. Maka dari itu Woojin super sibuk.

Aku menyelimuti Hoseok sampai dagu, duduk di kasurnya dan mengelus-ngelus rambut Hoseok yang tampak putih.

"Hoseok-ah,, kau sudah pernah bilang apa yang membuatmu menyukaiku kan?" Hoseok hanya melihat ku dalam diam. Bibirnya tidak kuat bicara banyak-banyak.

"Karna aku tidak memilih-milih dalam tersenyum" aku mengulangi kata-kata yang terlanjur terekam jelas di kepalaku.

"Jadi, jangan pernah lagi mengkhawatirkan penampilan mu Hoseok-ah, aku akan selalu tersenyum untuk mu, ada di sisi mu" ucap ku kelewat lembut.

"Lagi pula, kita pacaran kan?" Suara ku mencicit di akhir kalimat, jujur aku malu setengah mati, aku seperti menembak Hoseok padahal bukan seperti itu kenyataannya.

Hoseok tersenyum malu-malu, lalu mengangguk yakin.

"Besok hari libur, kau.. kau mau kencan?" Dengan perasaan campur aduk aku mengutarakan maksud ku namun Hoseok hanya senyum-senyum saja dari tadi.

"Sudah-sudah,, tidur saja" ucapku menyerah lalu mengecup keningnya.

"Selamat malam, pacar" ucap ku malu-malu lalu berlari keluar kamar.

Kali ini bukan hanya wajah ku yang panas, tapi seluruh tubuh ku panas kali ini.

Aku baik-baik saja kan?.

TBC.
Sorry for typo.

No Physical (BTS Fan Fiction) #TAMATWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu