"Dengarkan." bu Kusuma sedikit menunduk memperlihatkan foto ayah Aundy. "Dia bangga padamu, setelah mengetahui aib ini apakah dia akan baik-baik saja?"

Wanita itu tidak simpati mendengar tangisan memilukan Aundy.

"Harusnya begitu tahu kamu mundur, kenapa bersikeras diam seolah kamu bisa menjamin hati menantuku?"

Bu Kusuma tahu meski patah kaki wanita itu tidak akan bisa menyembuhkan hati Ria jadi percuma Aundy meraung dan kesakitannya jelas berbeda.

"Kamu berharap putraku datang?" andai berani Wira datang, Kusuma akan menggali satu lubang untuk menguburkan mereka.

"Kurang dari 24 jam pergilah dari sini." bu Kusuma muak berada di sini bayangan keji terus bermain di benaknya.

"Orang tua ini ada dalam pengawasanku."

Tak perlu mengancam berlebihan, ibu lebih suka beraksi. Satu kaki kekasih gelap putranya telah dipatahkan, ia akan menunggu itikad baik Aundy sampai besok.

Aundy memegang lututnya, dia kesakitan tapi tidak tahu minta tolong pada siapa. Baru beberapa saat lalu ia berkirim pesan dengan Wira, rencana video call di kamar mandi batal tidak mungkin dia menghubungi pria itu dalam keadaan seperti ini.

Dalam tangisnya mulai tersimpan dendam, pantaskah dia diperlakukan seperti ini?

Ini bukan cinta sepihak, kenapa mereka begitu kejam?

Terpaksa merangkak menahan sakit yang luar biasa, wanita itu akan menghubungi seseorang karena dia harus ke rumah sakit.

Bagaimana jika aku pincang? Aundy marah. Tuhan, apa yang salah. Kami saling mencintai.

******

"Ibu membawakanmu bubur."

Ria meletakkan teh hangat untuk mertuanya.

"Panggil suamimu, kita akan sarapan bersama."

"Baik Bu."

Lihatlah dia, santun dan bersahaja. Kira-kira kepada siapa kornea mata Wira didonorkan?

Bagai langit dan selokan perbandingan Ria dengan Aundy, ibu tersenyum. Wanita zaman sekarang tahunya memeras, sudah langka-lah kaum pria di bumi ini?

"Ibu datang pagi-pagi?"

"Sepertinya kamu tidak tidur nyenyak."

Sindiran yang tak bisa dibalas, bahkan untuk bertanya pun tak bisa. Aundy yang tidak bisa dihubungi membuat Wira marah.

"Lihat istrimu, dia sangat cantik. Padahal masih pagi."

Ibu datang untuk memujinya? "Ibu tidak ada kepentingan denganku kan?"

"Kata siapa? lalu ibu memangil asistennya, tanpa perlu diperintah karena sudah diarahkan kedua asisten tersebut masuk ke kamar untuk mengambil kunci mobil.

Wira yang sedang emosi bertanya pada ibunya. "Ada apa ini?"

"Ibu sudah tua, cepat khawatir."

Hubungannya apa?

"Bagaimana kalau terjadi apa-apa denganmu? Ibu sudah menyiapkan sopir terbaik."

Apa?

"Kenapa tidak sekalian pasang penyadap ditubuhku?"

"Sedang kupertimbangkan," jawab ibu. "Kalau bisa di salah satu organ dalam."

Ria bisa merasakan sesuatu, raut ibu boleh tenang ada sirat tajam dari tatapan mertuanya.

"Ibu juga mau kamu fokus untuk cucu perempuan ibu." yang lain akan dibereskannya. Kini tatapan itu tertuju pada menantu kesayangan. "Kalian sudah memulainya?"

"Setelah kasus terakhir, Bu. Tiga kali sidang lagi."

Ibu tersenyum.

❤️

-

Diamku Di Atas DustamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang