"Oalaah ..., masa iyo? Emangnya setelah lulus dari SHS kamu bisa jadi opo toh?" tanya Bu Lia lagi dengan nada bicaranya yang menantang.

"Ultraman." timpal Ernest sedetik sebelum bergegas memasuki huniannya.

Mendengar jawaban asal dari anak Miss Perfect seperti Bu Yeyen, membuat wajah Bu Lia seakan mengalami kram, rahangnya tiba-tiba saja mengeras, bibirnya yang ingin mengucapkan kata-kata kasarpun seolah tertahan oleh sesuatu. Sementara ibu-ibu lain yang tengah berbelanja di sana justru kompak tertawa cekikikan.

©Rainsy™


Bukan tanpa alasan wanita yang telah melahirkan Ernest itu dijuluki Miss Perfect oleh para tetangganya. Pasalnya, sejak muda dulu, hidup Bu Yeyen terlihat sangat sempurna. Sejak kecil dulu, Bu Yeyen memanglah perempuan yang memiliki otak cermelang dalam dunia pendidikan. Banyak sekali prestasi-prestasi yang telah dicapainya semasa muda dulu. Bahkan berkat kecerdasannya, Bu Yeyen sampai pernah mewakili Indonesia dalam perlombaan Sains Internasional semasa SMA dulu, dari tempat ituah ia bertemu dengan tambatan hatinya yang kini telah menjadi suaminya bernama Dokter Prasetyo. Namun sayangnya, setelah melangsungkan pernikahan, keluarga Bu Yeyen yang tampak sempurna itu seolah mendapat musibah beruntun.

Mendiang orangtua Bu Yeyen yang merupakan pengusaha, mengalami kebangkrutan dan meninggalkan banyak utang. Selang beberapa waktu kemudian Dokter Prasetyo pun mengalami kecelakaan lalu terluka parah. Karena satu kakinya telah divonis lumpuh, mau tak mau Dokter Prasetyo juga akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari Rumah Sakit yang telah mempekerjakannya. Anak pertama Bu Yeyen dan Dokter Prasetyo ; Meimei yang tersohor kegeniusannya pun nahasnya bernasib buruk. Karena ia ditemukan tewas gantung diri setelah semua orang tahu bahwa ia telah hamil di luar nikah.

BUGH!

Dengan sekuat tenaga, Bu Yeyen memukul punggung anaknya yang dirasa kelewatan. Meski hanya dengan tangan kosong, namun rasa panas yang menjalar  di bagian belakang tubuhnya tersebut cukup membuat Ernest melenguh.

"Aawww ..., sakit, Ma!" protesnya meringis menahan sakit.

"Kamu ini, bisa-bisanya nyahutin Bu Lia kayak gitu! Ultaman-ultraman. Apa hebatnya jadi Ultraman? Dengan jadi Ultraman, apa bisa kamu nanggung biaya hidup kita sekeluarga? Apa bisa beliin Mama rumah yang besar dan mewah?!"

"Mulai deh. Kenapa sih yang ada dipikiran  Mama itu selalu materi-materi dan materi?" Ernest yang kesal dengan penyambutan tak semestinya tersebut, membantingkan tas jinjing yang dibawanya di teras rumah; ngambek. "Lagian, Ultraman itu bukan cuma tokoh pahlawan anak-anak doang ya. Ultraman juga punya definisi lain. Ultra artinya kekuatan atau kelebihan. Dan Man itu manusia. Aku ingin menjadi Manusia yang memiliki kelebihan ataupun kekuatan yang dapat melindungi keluarga kita juga makhluk hidup lainnya."

"Itu definisi yang keren, Nest." timpal seorang pria yang sebagian rambut di kepalanya berwarna putih itu, muncul dari dalam rumah dengan menggunakan sebuah kruk untuk berjalan.

Melihat Sang Ayah tampak kesusahan hendak duduk di serambi rumah, dengan gerakan cepat Ernest segera membantunya. Setelah memastikan Dokter Prasetyo telah nyaman duduk di balai-balai yang terbuat dari kayu papan tersebut, Ernest mencium punggung tangan ayahnya lembut.

"Gimana kabar kamu, Nak?" tukas Dokter Prasetyo bertanya saat menyadari muka masam di wajah putranya tak kunjung pudar.

"Cukup baik. Oh, iya. Ini, Ernest punya sesuatu buat Baba. Tolong diterima. Ini gak seberapa sih, tapi cukuplah untuk nambahin modal Baba buat bikin Apotik herbal kayak apa yang udah lama Baba impikan." sahut Ernest seraya menyerahkan setumpuk uang bernilai ratusan ribu pada ayahnya. "Ernest masuk dulu, ya?" imbuhnya berpamitan.

Supranatural High School [ End ]Where stories live. Discover now