22

1.7K 142 16
                                    

Dalam lingkup rumah tangga, mengesampingkan semua ego adalah kunci keharmonisan. Tidak ada lagi tentang aku atau tentang kamu. Tidak ada lagi kalimat 'ini hidup gue, lo ngapain ikut campur sok ngatur-ngatur'. Atau 'Ini hape gue, privasi'. Semua itu hanya tentang kita. Semua ego kita lebur untuk kita sama-sama menyelesaikan apa yang dimulai ketika kita ijab qabul dulu. Kita yang harus bekerja sama bahu-membahu mengusahakan untuk membentuk keluarga solid yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Menyatukan segala perbedaan diantara aku-kamu.

Karena rumah tangga sejatinya adalah padanan kata bekompromi dan pengorbanan.

***

"Qi, buka, Qi!"

Gedoran pintu kamar membuyarkan rebahan cantikku.Terpaksa aku bangkit dan berjalan gontai membukakan pintu kamar.

Bersamaan aku membuka pintu, Ibu tengah berdiri tepat di tengah-tengahnya.

"Apa sih bu, pagi-pagi udah gedar-gedor." Jawabku manyun.

Ibu telah menggangu kenyamanan rebahan cantikku sembari aku berchating ria dengan Mbak Ayu.

Mbak Ayu belum tahu kalau pernikahanku telah kandas. Ketika dulu rencana pernikahanku sama Pras batal, Mbak Ayu tak banyak berkomentar. Mbak Ayu memberikan dukungan dengan cara berbeda. Ia mengajaku untuk mengikuti kursus pastry. Dengan alasan akhir-akhir itu Zizi, anaknya, selalu reques bekal roti-rotian seperti croissant, bolen pisang, sampai puff pastry. (Benerkan kalau di Indonesia semua itu nyebutnya roti?) Dan kebetulan juga saat itu Mbak Ayu juga belum ada tanda-tanda hamil dengan suami brodongnya. Ups.. maaf Mbak Ayu, jadi ghibahin lo.

Oke balik lagi ke laptop. Eh...

Sudah kuputuskan aku akan menetap di Jakarta dan mencoba dari awal untuk memulai karirku kembali di sini. Makanya aku mencoba menghubungi beberapa teman dan kenalanku dulu. Termasuk mantan partner cungpret cantikku di D&C dulu, Mbak Sri Ayu Bethari. Aku berharap ada salah satu di antara mereka yang membukakan jalan karirku kembali setelah sekitar setahunan lebih aku putuskan untuk mencoba mengikuti suami tinggal di Jogja.

Jogja memberikan kesan tersendiri serta mendalam bagiku selama sekitar setahunan kemarin.

"Ga baek pagi-pagi tidur lagi, Qi. Nggak sehat." Nasehat Ibu yang dibumbui cerocosan menurut sudut pandangku.

Ibu jelas kesal dengan sikapku. Aku menyadari. Tapi apa dayaku, aku hanya ingin bangkit dan berjuang kembali berdiri dengan kedua kakiku sendiri. Aku harus gerak cepat, secepat mungkin. Aku ingin segera menghapus semua kegagalanku kemarin dengan lembaran baru. Juga ketertinggalan karirku dibanding teman-teman lain.

Karir yang kubangun di D&C dulu lumayan bagus. D&C merupakan salah satu perusahaan berskala nasional yang bergerak di bidang ekspor-import di bidang kesehatan. Bersama dengan Pak Sapta sebagai leader tim dan Mbak Ayu dan aku sendiri sebagai kru, kami membentuk tim marketing yang tangguh dan pernah menjadi tim dengan penjualan terbanyak di tahun ke-3 selama aku bekerja di D&C.

Ibu menyerahkan si kecil kepadaku.
"Dari tadi udah minta nenen. Kamu malah rebahan mulu. Ini anak kamu, Qi. Kamu sudah menjadi ibu sekarang." Kata Ibu sengit.

"Bu, aku rebahan juga sambil nyari-nyari info loker, kalik. Bukan hanya rebahan males-malesan."

Ya, aku nggak ngeles. Aku tidak lupa bahwa aku punya prioritas baru sekarang. Tapi aku juga perlu bangkit dari keterpurukan dan ketertinggalanku. Sudah kuputuskan aku tak ingin bergantung dengan siapapun lagi. Jujur untuk masalah keuangan aku nol selama di Jogja kemarin. Transferan dari Mas Anda, nafkah tiap bulan jarang aku gunakan. Hanya aku gunakan untuk kebutuhan yang benar-benar terpaksa jika aku tidak ada uang. Dan mengenai kerja di kantor notaris dan PPAT Ibu Martani, hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Itupun segala untuk kebutuhan skincare aku keluarkan dari tabunganku hasil nguli di D&C.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 12, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MENGABDIWhere stories live. Discover now