4

2.3K 211 0
                                    

Ketidakadaan seseorang menjadi kebahagiaan serta keberkatan luar biasa bagi Qila yang selalu ingin hari-harinya diliputi oleh kewarasan untuk melihat yang bening-bening di sekitarnya.

***

Setelah si Kembar tadi jemput aku dan ganggu acara tepe-tepe aku ke si Perangkat Desa. Akhirnya aku berjalan dengan senyum yang merekah di sepanjang perjalanan kami bertiga menuju parkiran. Sambil menenteng belanjaan di tangan kiri dan minuman kekinian di sebelah kanan, aku melihat deretan kedai dan toko-toko yang sebagian sudah tutup. Mall ini pun kurasa sebentar lagi akan tutup karena memang sudah terlalu malam.

Aku berjalan sambil cekikikan sedang asyik membahas film yang kita tonton tadi. Entahlah, kenapa aku sampai se-exited ini. Mungkin karena ceritanya relate dengan kehidupanku.

Aku cukup puas dengan acara nonton kali ini. Selain film yang ditonton endingnya diluar dugaan, juga karena traktiran minuman dari si Kembar. Selain itu kami juga sempatkan makan di kedai 'All you can eat' tadi. pun aku berbelanja sepatu dan baju untuk menjaga kewarasanku.

Banyak cara sebenarnya usahaku untuk menjaga kewarasan.
Salah satunya dengan berbelanja. Biasanya hati ku jadi kembali tenang jika sudah puas berbelanja. Meski kadang belanjaan itu tak aku pakai karena ternyata setelah sampai rumah kurang sreg dan berakhir aku tawarkan untuk aku jual lagi ke teman kerja.

Oh ya.. sebenarnya yang membuatku girang bukan main yaitu kami ketemu cowok bening meminta berkenalan di kedai 'All you can eat' tadi. Seneng banget dong. Rasanya aku seperti kembali muda seumuran duo F. Tak ku pungkuri dadaku rasanya meletup-letup ketika ada cowok yang menyodorkan tangan untuk berkenalan. Ya ampun.. aku seperti sedang dalam masa puber kedua.

Tapi untuk menjaga wibawaku sebagai wanita yang berumuran hampir kepala tiga dan sebagai seorang istri. Aku menolaknya. Iya, aku berlagak sok jual mahal dan menolak berkenalan sama cowok bening tadi. Yang mana sangat susah sekali bagiku berkebalikan dengan keinginan hatiku. Aku mencoba realistis mensugesti diri sendiri dan berusaha menyelematkan marwahku dengan menolak itu. Bisa saja kan orang bening tadi hanya menerima tantangan dari teman-temanya untuk berkenalan pada orang random di kedai makan. Ih amit-amit.. untung aku masih kepikiran sampai situ. Kalau nggak kan, pasti nanti sampai rumah Mas Anda bakal membuliku sampai lebaran monyet tanpa henti.

Aku dan Faqih berjalan santai di lobby mall sedang si Fiqih menuju basement untuk ambil mobil. Aku terpaku karena ada sesosok pria tinggi yang bersender di pos satpam dekat pintu keluar sambil melipat kedua tanganya di dada. Tatapanya tajam menghunus ke arahku bagai laser yang ditembakan tepat ke wajahku.

Entah kenapa seketika mengkerut nyaliku. Ditatap sebegitu sengit, senyum lebarku berganti pada perasaan was-was campur takut. Itu Mas Anda beneran? Sebenarnya ada apa Mas Anda malam-malam gini sampai berdiri di situ? Apa dia menungguku? Menjemputku?

"Mbak, itu Mas Anda kan?"

Nah, bener kan. Berarti aku juga nggak salah lihat. Aku mengangguk membenarkan pertanyaan Faqih.

"Ngapain Mas Anda di situ Mbak?".

Aku mengedik tanda tak tahu sambil berjalan beriringan dengan Faqih menuju luar loby.

Kami sampai di hadapan Mas Anda. Faqih menyapa lebih dulu.

"Mas?"

Tak menghiraukan sapaan Faqih, Mas Anda langsung menggenggam tanganku sebelah kiri yang memegang belanjaan, menarik menuju mobil yang terparkir tepat di samping loby mall.

"Jangan lupa antar motor Mbak Qila ke rumah." Suruhnya ke Faqih sebelum berlalu menjauh.

Mas Anda melepas genggaman tanganya membuka pintu penumpang depan dan menyuruhku segera naik. Aku duduk diikuti Mas Anda memposisikan diri duduk di depan roda setir.

MENGABDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang