Two

975 56 2
                                    

✨✨✨✨✨

Helloooo🤗
.
.
.
.
.
.
Happy Reading ya 🤗
.
.
.
.
.
.

Jangan lupa

✨V O T E✨

Ya gaesss ❤️
.
.
.
.
.
.
Karna vote kalian

Bagaikan CAFEIN

di darahku 🫀
.
.
.
.
.
.

✨✨✨✨✨


     Senin pagi di bulan November. Seorang gadis bernama lengkap Terre Adelina sedang mematut pantulan dirinya dicermin dengan mengenakan seragam yang terpakai rapi di tubuhnya, atasan putih dan rok abu-abu sebatas lutut serta rambut pendek sebahunya yang tergerai. Setelah merasa tampilannya tidak ada masalah, iapun menarik tas gendong berwarna hitamnya dari atas meja belajar dan segera menuruni tangga menuju meja makan yang terletak di dekat dapur.

     Tidak ada siapapun di sana, karena memang di rumah yang cukup besar ini hanya dihuni oleh Terre dan adik laki-lakinya, Tarez Mahesa, yang masih kelas 3 SMP sedangkan Terre saat ini sudah menginjak kelas 2 SMA di salah satu SMA Negeri di kota tempat tinggalnya.

     Ibu dan Ayahnya sudah bercerai 2 tahun yang lalu. Rumah yang mereka berdua tempati saat ini merupakan rumah yang dulu mereka sekeluarga tinggali. Namun semenjak bercerai,  kedua orang tua mereka memilih untuk menjalani hidupnya masing-masing, sedangkan Terre dan Tarez memilih untuk tetap tinggal di rumah lama mereka.

     Meskipun perceraian kedua orang tuanya membuat mereka terpaksa hidup terpisah, namun biaya kehidupan Terre dan Tarez tetap di penuhi oleh kedua orang tuanya tanpa kekurangan sedikitpun, mengingat ayahnya bekerja sebagai seorang akuntan di sebuah perusahaan ternama, sedangkan ibunya merupakan anggota partai politik ternama. Tentu saja uang tidak akan menjadi masalah untuk kehidupan mereka.

     Terre melirik jam di dinding ruang tengah rumahnya yang menunjukkan pukul 06.20 pagi. Ia sudah hapal betul jam segini adiknya yang pendiam itu pasti sudah berangkat ke sekolah. Tarez memang memiliki kepribadian yang pendiam semenjak perpisahan kedua orang tua mereka. Padahal sejak kecil, Tarez merupakan anak yang periang, banyak bicara, mudah bergaul serta sangat terbuka dengan hal apapun di sekitarnya.

     Terre berjalan menuju kulkas, membuka pintu dan mengambil sekotak susu coklat berukuran sedang. Dia terbiasa menyimpan banyak susu coklat di kulkasnya karena memang biasanya dia mengganti sarapannya dengan sekotak susu coklat.

     Jam menunjukkan pukul 06.25 dan segera Terre melangkahkan kakinya meninggalkan rumah. Tidak lupa ia memakai kaos kaki putih beserta sepatu kets hitam miliknya. Ia berjalan menyusuri jalanan kompleks menuju jalan raya supaya dia bisa naik angkot menuju sekolah yang memakan waktu sekitar 15 menit.

"Hai pacar!"

     Sebuah suara terdengar nyaring di telinga Terre pagi itu. Raut wajahnya yang semula sumringah sembari menikmati sekotak susu coklat, seketika berubah gelap. Ia menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Suara itu berasal dari seorang gadis berpakaian seragam yang sama dengannya, dengan kepala tertutup helm. Ia sedang duduk di atas motor matic berwarna merah kesayangannya. Gadis itu kemudian membuka kaca helmnya dan menampakkan senyuman jahil.

"Apaan sih lu? Pagi-pagi udah nyebelin!", ucap Terre kesal. Ia kembali melanjutkan langkahnya, menghiraukan gadis yang tengah mengikutinya dengan motor.

"Kayak bocah tiap pagi minumnya susu coklat", celetuk gadis itu lagi.

"Bisa diam ga Vin?", ucap Terre dengan nada datar tanpa menoleh pada gadis yang dipanggilnya Vin itu.

UntitledWhere stories live. Discover now