0.6 | 모든 게 여전히 그대로야 (Everything Is Still The Same)

Start from the beginning
                                        

Tak banyak pengusaha yang memperhatikan detail usahanya baik itu usaha besar atau kecil. Namun kedai yang dikatakan hanya sebagai usaha kecil ini mampu memberikan kesempurnaan segalanya. Usaha kecil yang terlihat besar.

Hana mengangkat cangkir kopinya, menghirup nikmat wangi yang dihasilkan lalu kemudian menyeruputnya dengan puas atas rasa dari kopi itu. Hana menikmati waktunya sendiri dikedai itu. Walau matanya lelah dan tubuhnya yang akan ambruk setelah menyelesaikan pekerjaannya sejak pagi, kelelahan itu semua seolah terbayar atas sensasi pancaindra yang ia dapatkan ditempat itu. Mulai dari aroma kopi dikedai, pemandangan sungai dimalam hari, kenikmatan kopi yang baru saja meluncur ditenggorokan, hingga alunan halus musik jazz yang diputar. Hana tak yakin jika ia berada ditempat umum, melainkan mimpi yang sepertinya akan segera ia akhiri.

Hana mengetuk layar ponselnya dua kali menggunakan telunjuk. Jam menunjukkan pukul 22.00 KST. Ingin rasanya berlama-lama ditempat itu namun Hana telah membulatkan tekad untuk pulang kerumah lamanya besok mengingat waktu dan peluang yang dapat ia gunakan selagi atasannya bertugas keluar kota. Ya, apapun yang akan terjadi Hana sudah tak peduli sebab alasan ia pulang hanya karena merindukan ahjumma dan untuk menuruti apa perkataannya.

Hana membuang tatapannya keluar jendela guna membersihkan kembali pikirannya yang kusut sejenak setelah mengingat rencananya. Ia meneguk kopinya yang tersisa dan segera bangkit untuk pulang.

Setelah menyelesaikan pembayaran dikasir, Hana segera pergi. Namun cuaca sedang tak ingin bersahabat dengannya. Baru saja Hana keluar kedai, Hujan turun begitu deras. Hana berdecak dan berbalik segera kedalam kedai. Merasa jengkel mengingat ia telah memarkir mobilnya cukup jauh sebab tak mendapat area parkir yang dekat dengan kedai itu. Hana juga tak bisa membiarkan rambutnya basah karena keesokan harinya ia pasti akan sakit karena terguyur air hujan. Namun sebuah suara berhasil mengalihkannya dan membuatnya berbalik.

"Anda butuh payung?"

Seorang pelayan yang melayaninya tadi tersenyum sembari menyodorkan payung bewarna kuning padanya.

"Tapi, mobilku terparkir jauh,"

"Anda bisa membawanya dan mengembalikannya jika anda datang kesini lagi."

Hana memperhatikannya dengan seksama. Lalu tangannya menjulur, menerima payung pemberian pelayan itu.

"Baiklah. Akan kukembalikan dengan segera."

"Tapi jangan hanya untuk mengembalikannya saja. Singgahlah sejenak dan pesan menu apapun yang anda mau."

Hana terdiam sesaat lalu tertawa bersama pelayan yang sebelumnya memasang wajah serius.

"Ok, Akan kukembalikan payungnya lalu duduk untuk memesan menu yang ada. Aku juga akan membawa seorang teman."

Pelayan itu ikut tertawa.

"Kalau begitu, aku pergi. Terima kasih untuk payungnya." Hana mendorong pintu kedai juga segera membuka payungnya dan berjalan pergi menuju mobil untuk pulang.

*****

Hana menarik Jaket krem miliknya yang tergantung pada tiang penggantung pakaian dan segera keluar dari apartment kedua tempat ia tinggal sejak memutuskan pergi hidup mandiri.

Sebelumnya, Hana pernah tinggal di apartment kecil dan sempit mengingat uang saku yang ia miliki juga tak banyak pada saat itu. Namun sekarang, atas kerja keras dan keberhasilannya dalam hidup mandiri itu, Hana berhasil pindah dan mendapatkan apartment dengan golongan kelas tinggi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 02, 2024 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Belamour; euphoria | JJKWhere stories live. Discover now