Chapter 1

56 1 0
                                    

And then the cold came, the dark days
When fear crept into my mind
You gave me all your love and all I gave you was goodbye

—Back to December, Taylor Swift—

*****

"Kamu dimana?" tanya Alden saat mengangkat teleponnya.

Suara di seberang sana begitu berisik hingga Alden menjauhkan ponsel dari telinganya sejenak. Ia mengernyitkan kening. "Alana, kamu belum menjemput aku kan?"

Terdengar suara langkah kaki dan suara berbisik. "Kak, maafkan aku. Aku sedang ada acara."

"Kau sebut clubbing acara?" Sindir Alden tajam pada adiknya yang sekarang duduk di bangku kelas 2 SMA.

"Enak aja! Ini pesta ulang tahun temanku. Emangnya aku seperti Kak Alden yang suka banget ke bar."

"Kamu tentu saja beda sama aku,"

"Intinya Kakak pulang sendiri ya. Kakak kan punya banyak temen, banyak uang juga, masak dari bandara aja minta dijemput. Males banget tahu gak."

"Ya udah."

Alden mematikan teleponnya dan mulai memesan taksi online. Malam menjelang. Alden berniat kembali ke apartemennya sendiri—bukan rumah orang tuanya. Bukan lagi rahasia, kalau sejak SMA Alden memang selalu tinggal sendiri. Apalagi di umurnya yang ke-26 ini, ia tidak mau tinggal bersama orang tuanya.

Akhirnya saat pertengahan kuliah, Alden memutuskan pindah ke Amerika. Di sana ia memasuki kuliah baru dengan jurusan yang ia inginkan. Bisnis. Sungguh, bukan karena keinginan Papanya ia memasuki jurusan bisnis, tetapi setelah ia pikir-pikir ia memang menyukai dunia bisnis. Ia tidak ingin mengacaukan hidupnya sendiri hanya karena ingin terlihat membangkang Papanya. Setidaknya sekarang ia mulai bisa merintis karirnya sendiri, tanpa bantuan dari Papa meski usahanya belum sebesar perusahaan Papanya.

Alden bahagia dengan hidupnya yang sekarang—sungguh.

Pasangan?

Tentu saja semua orang tahu kalau Alden itu tampan dan pintar. Hampir semua wanita yang mengenal Alden berlomba-lomba menjadi pacarnya. Tapi kisah cinta yang gagal di masa lalu membuat Alden tidak ingin membuka hati. Ia hanya suka menjalin hubungan singkat. Pakai, buang. Pakai, buang.

Buaya.

Ya, Alden sangat terkenal dengan sebutan itu. Ia tidak peduli. Ia nyaman dengan kehidupannya yang sekarang. Tidak memikirkan orang lain, hanya hidupnya sendiri. Sebenarnya ia betah-betah saja tinggal di Amerika, tetapi saat ini ia pulang karena mendapatkan kabar kalau Mamanya sakit. Alden tidak suka Papanya, tapi ia sangat mencintai Mamanya.

****

"Hei, man." Alden berjalan ke arah teman-teman gank-nya semasa SMA. Saat mereka mendengar berita kalau Alden pulang, mereka langsung menghubungi Alden dan meminta Alden datang. Padahal kepulangannya untuk Mama, tapi ia justru belum bertemu Mama sama sekali.

"Hai." Alden duduk di samping seorang perempuan—Maradina.

"Gimana kabar lo? Lo kelihatan bahagia, Al."

"Not really." jawabnya pelan. "Gue hanya berusaha menikmati hidup gue."

"Menjadi buaya?" Maradina tertawa. "Gue sering dengar cewek-cewek lo yang merengek ke sini setiap lo ninggalin mereka."

AFTER YOUWhere stories live. Discover now