II. Flash back

39 2 0
                                    

⚠️ TRIGGER WARNING ⚠️
SUICIDAL THOUGHT
bijaklah dalam memilih bacaan

Apa kamu pernah berharap bisa memulai semuanya dari awal lagi? Memulai hidupmu dari awal. Tidak, tidak harus kembali ke titik nol dimana kamu belum bisa melakukan apapun sendiri. Mungkin nama baru, tempat tinggal baru, dan orang orang baru . Semuanya masih asing tanpa perlu menghadapi respon judgemental orang orang yang tidak benar benar mengenalmu. Tanpa khawatir mereka akan menemukan masa lalu mu. Identitas baru, menjadi orang yang bukan dirimu sebelumnya,wajah yang baru. Yang tidak seorangpun mengenalnya. Seperti kertas putih tanpa satu tulisanpun diatasnya, kamu bebas menuliskan apapun yang kamu mau tanpa harus memikirkan bagaimana orang akan memandang mu setelahnya. Tidak, aku bukan tidak mensyukuri fisikku saat ini. Justru aku sangat menyukainya. Tapi yang satu ini masih kental persepsi atas tindakan yang kuambil sebelumnya.

Bagi seorang penulis mungkin bebas menulis apa saja, bebas mencoba berbagai genre tulisan tanpa khawatir orang akan berfikir kau menyukai si A atau sedang mengagumi si B. Si A dan B yang namanya terkesan sama dengan orang orang di dunia nyata tempat mu tinggal. Bayangkan seorang penulis yang menciptakan tokoh Sela. Hanya karna nama yang dibuatnya ada di dunia nyata, orang orang menyangkut pautkannya dengan Sela di dunia nyata. Seakan sang penulis sedang mendeskripsikan Sela berdasarkan pengamatan ataupun angan angannya.

Aku tak pernah menyangka harapan itu benar benar menjadi kenyataan. Tidak seindah harapanku, ini lebih seperti sebuah mimpi buruk. Apakah salah jika aku memvonis seperti itu saat ini?

Aku masih ingat dimana terakhir kali aku kemarin. Aku bertelanjang kaki bejalan di atas pasir pantai.

Tempat yang indah untuk menutup buku, mengakhiri cerita ,batinku.

Air sudah menggenang hingga lutut, senyum mengambang diwajahku.

Terus berjalan kedepan, berusaha tidak menarik perhatian.

Kepalaku sudah tenggelam seluruhnya tapi aku masih bisa merasakan pasir pantai di bawah air yang bergerak di sela sela jari kakiku.

Dadaku mulai terasa panas karna tak ada lagi pasokan oksigen sejak semenit yang lalu. Kalau pergitunganku tidak salah.

Tayangan vidio yang terakhir kali ku nonton melintas di benakku. Menggema suara perempuan dalam vidio itu. Kalau Tuhan belum bilang ini saatnya kamu mati, kamu ga bakal mati. Itu katanya.

Iya juga. Ini bukan kali pertama, jangan tanya lagi. Aku pernah lompat dari balkon rumah dengan harapan langsung mati saat kepala pecah. Ajaibnya aku tidak cedera apalagi mati. Kalo gini kan latihan parkour aja sekalian .

Minum racun? Oh tidak, aku pernah minum pewangi pakaian. Penasaran rasanya? Kujamin kalian akan kecewa, pahit sekali. Belum lagi efek samping yang bikin muntah berkali kali. Jika kamu berharap bisa langsung mati. Sayang sekali harapanmu harus pupus disini. Sama saja kalau kamu ganti dengan racun. Sakitnya mungkin akan...kalian tahu lah maksudku.

Kalau kamu bertanya kenapa tidak potong nadi ditangan saja, selesai. Selamat anda termakan sinetron. Iya kalau kamu tinggal sendirian, tidak ada yang bakal bawa kamu kerumah sakit begitu mereka menyadari kamu ga keluar kamar seharian. Kalau ada, ya gagal sudah rencana. Jangan berharap langsung mati dengan cara yang satu ini apalagi tanpa rasa sakit. Mustahil itu. Maaf kalau terkesan menggurui. Kalau ditanya kenapa aku tidak pakai opsi yang ini, ya gempar nanti. End yang kaya gini ga keren buat headline berita.Canda bukan gitu.

Nah gini ceritanya...

"shit" kataku sambil memandang pisau yang ku ambil di dapur beberapa saat yang lalu.

"why you don't wanna help me?" racauku seperti orang gila. Ya gila, itu yang mungkin akan ada dipikirkan orang jika mereka melihat ku saat ini.

Aku masih berusaha menekan pisau itu agar bisa masuk menembus lapisan epidermis ku. Sialan, sejak kapan pisaunya jadi tumpul? Dari tadi aku terus menggerakkan pisau itu kasar dengan gerakan menggorok leher sendiri.

Aku tidak sedang bergurau, bahkan disela sela menulis ini aku masih berusaha menggorok leherku dengan pisau sialan itu.Haruskah kutusuk menggunakan bagian ujungnnya? Tidak bisa, sudah kucoba tadi.

I end up thinking that "kalo gue tusuk nih terus gue ga langsung mati, tapi malah ngerusak pita suara gue doang gimana? " Ini sudah siap siap buka google lagi untuk searching dimana posisi pita suara.

Saat sudah siap dengan pisau tumpul rencana kembali di gagalkan oleh suara toa masjid yang memutar surah Ar Rahman. Itu loh yang ayatnya, Nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan?

Mampus ga tuh.

-TBC-

Btw kalian suka gaya tulisan yg mana?
Yg baku kaya part pertama atau yg santuyy gini?

I'm not GabyWhere stories live. Discover now