Sedangkan Jelilah masih terpaku sampai sang ayah menghampiri dan menyentuh bahunya.

"Yah...," gumam Jelilah yang hampir menangis.

"Kita pulang saja," ajak Liam.

"Tapi... Jibril--"

"Ada keluarganya, dia juga masih punya istri...," kata Liam lalu merangkul pundak putrinya. "Ayo...."

Jelilah menggeleng. "Kita harus ikut keluarga Jibril ke rumah sakit, aku mohon."

Liam menghela napas berat. "Baiklah...."

Keduanya pun mengikuti keluarga Jibril menuju rumah sakit. Jelilah agak khawatir, terbukti, Jibril benar-benar sakit tanpanya. Pria yang sudah berganti status menjadi mantan suaminya itu terlihat pasrah saat di pengadilan, ia juga tidak membawa pengacara.

Beberapa saat kemudian, mereka tiba di rumah sakit. Jibril langsung dilarikan ke UGD untuk ditangani lebih lanjut. Raline juga ada di sana dan tampak khawatir. Rubia mendekati Jelilah dengan mata berkaca-kaca. Jelilah memeluk mantan adik iparnya itu.

"Apa Kakak akan memutus hubungan dengan keluarga kami setelah ini?" tanya Rubia.

"Tidak, Bia... ada Aji yang masih sedarah dengan keluargamu," kata Jelilah.

"Bagiku, kakak iparku hanya kak Heaven dan Kak Jelilah, tidak ada yang lain... aku sayang Kakak."

Jelilah mengusap lembut kepala Rubia. "Kakak juga menyayangimu, Rubia... dan itu tidak akan berubah sampai kapanpun."

Raline yang mendengar itu hanya bisa menggerutu dalam hati. Tidak ada yang menganggapnya di situ.

Tak lama kemudian, dokter keluar dari UGD. Mengatakan bahwa Jibril sudah sadar dari pingsannya. Raline langsung masuk dan menghampiri suaminya itu.

"Kenapa bisa sampai pingsan? Seharusnya tadi tidak usah ke mana-mana," kata Raline.

"Tidak bisa, Raline... aku  sudah menunda sidang ini selama dua bulan... aku tidak ingin membuat Jelilah menunggu lebih lama lagi untuk bisa lepas dariku," kata Jibril lemah.

"Ya sudah, intinya sekarang istrimu hanya aku, tidak perlu memikirkannya lagi," lanjut Raline dan langsung mendapat tatapan sinis dari keluarga Jibril.

Jelilah yang mendengar itu diam saja. Liam merangkul bahu putrinya itu. "Ayo pulang," ajaknya.

Jelilah menurut. "Iya, Yah...."

Jibril yang melihat ada Jelilah langsung memanggil mantan istrinya itu. "Jelilah...."

Sang pemilik nama menoleh, Jibril berusaha bangun dari pembaringan dan mengulurkan tangannya. "Ke sini sebentar...."

Jelilah melangkah ke dekat Jibril sambil menggendong putranya.

"Boleh saya pinjam Aji sebentar?"

"...." Jelilah diam sebentar, menatap Aji yang juga menatapnya. Jelilah langsung mendudukkan Aji di pangkuan Jibril. Bayi itu terlihat bingung sambil menatap bingung pada ayahnya.

"Anak papa," gumam Jibril sambil mencubit gemas pipi Aji lalu kembali menatap Jelilah. "Kapan kembali ke Hong Kong?" tanyanya.

"Lusa," jawab Jelilah singkat.

"Berarti... saya tidak bisa bertemu Aji lagi," kata Jibril, mengelus rambut tebal Aji. Sedangkan Jelilah diam saja.

"Masih ada calon anak kita," sahut Raline.

"Iya, tidak perlu memikirkan Aji," timpal Jelilah lalu mengambil Aji dari Jibril. "Saya bisa mengurusnya sendiri."

####

Air Mata Jelilah ✓Where stories live. Discover now