Red Widow (GreShan)

716 45 5
                                    

"HUWAAA!!! Gue gak terima Gre, gak terima!

"Duh, jangan berisik Zee."

"Tega-teganya Marvel matiin karakter secakep Scarlett Johansson? Gila ya?"

"Yang mati itu Black Widow, bukan Scarlett Johansson. Bedain fiksi sama nyata deh Zee."

"Lu gak ngerti, Gre. Bayangin di movie-movie selanjutnya kita gak bisa liat Tante Scarlett yang hot-nya level 5 itu."

"Cabul lu, ketombe. Udah mendingan lu diem biar kita cepet sampe."

"Ngapain si ngebut-ngebut, mau bikin gue mati juga? Cukup Black Widow aja sih."

"Ngaco." Telapak tangan Gracia menggosok muka Zee. "Kalo kita gak cepet nanti adanya dimarahin."

"Hng?" Zee mikir sejenak. "Dimarahin si--- Oh iya! Woi Gre buru Gre, ngebut Gre!! Nanti uang jajan gue dipotong weee buruan!" Zee rusuh menggoyang bahu Gracia sampai yang punya gedeg.

"Ya diem dulu! Elu sih lama banget nangisin janda."

Gracia balik menaruh fokusnya untuk pedal dan stir. Belajar dari yang udah udah, Gracia harus mulangin Zee sebelum jam 10. Kenapa? Karena bakal ada macan betina yang nunggu di rumah, alias mamanya Zee, alias Yang Maha Sempurna Shani Indira Natio. Bedanya dia dari yang lain, kalo biasanya ibu-ibu nunggu depan rumah pake sapu, kalo Shani pake piyama kurang bahan. Serem... tapi enak.

Tok! Tok! Tok!

"Mamahhh, Zee pulang."

Gracia berdiri di samping Azizi sambil melihat jam di handphonenya.

"Duh gawat," kata Gracia pelan. Masalahnya, jam sudah menunjukkan pukul 10.06, yang artinya mereka telat.

Gracia dan Zee menunggu sebentar sampai akhirnya pintu terbuka. Pemandangan pertama yang mereka lihat mampu membuat Gracia menelan ludah. Shani berdiri dengan piyama dress tipis berwarna navy, kulit seputih kapas terpampang jelas tanpa noda. Gracia sedikit curi pandang ke gumpalan di balik kain sutra itu, anggap aja rejeki.

"Mah... Maaf ya Zee pulang telat." Zee menunduk minta maaf, suaranya ciut banget.

"Kalian abis dari mana?" Tanya Shani dengan tatapan lekat menusuk mata Gracia, membuat Gracia berpikir dia yang harus jawab. "Habis dari mall, tan. Nonton Avengers." Gracia juga sama, suaranya pelaaan banget.

"Hm." Shani mengangguk. "Kok lama? Nonton Avengers doang, kan?" Serius, nada suara Shani halus tapi seram, diam-diam menuntut.

"Kita ngambil jam malem, Tan," jawab Gracia. Zee sepertinya masih susah ngeluarin suara karena mamahnya sendiri.

"Tadi Zee nangis-nangis dulu, makanya lama," lanjut Gracia.

"Hmm gitu..." Shani menatap anaknya. "Zee, masuk kamar."

"I-iya, Mah." Sebenernya Zee mau ngomongin soal uang jajan dia dulu biar tidak dikurangin, tapi mamahnya sudah nyuruh masuk, ya dia kudu nurut.

Setelah suara pintu tertutup dari kamar Zee terdengar, Shani balik menatap Gracia pakai matanya yang setajam silet.

"Emm, Tante, Gra-Gracia pamit pulang ya. Selamat malem, Tan-"

"Gak boleh."

Gracia menggigit bagian dalam bibirnya. "Here we go again..."

"Nanti mamaku nyariin, Tan."

"Tante bilang gak boleh, Gracia."

"Uhuk!" Gracia tiba-tiba batuk ngebuat Shani mengangkat satu alisnya.

"Maaf maaf, tan." Yang lebih muda gelagapan nengok sana-sini. Suara Shani adalah rahmat Tuhan paling hebat, suara yang bisa bikin dia tunduk hanya dengan lima kata. Sekarang, dia dalam mode 'Peliharaan Shani.'

Oneshoot JKT48 (Member & Ex member)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن