Gadis itu masih menggenggam erat lengan Hanan. Lalu mengambil Al Qur'an di atas nakas. Membacakan surah Yasin tepat di samping kepala lelaki itu. Lantunan suaranya terdengar merdu meski sedikit serak.

"Tadi pagi, Hanan kecelakaan. Hampir saja dia tertabrak truk kalau bukan Aretha yang menyelamatkan nya. Tapi, Allah berkata lain. Gadis itu tak bisa di selamatkan. Dan hebatnya lagi, ada warga yang bersaksi ketika Aretha masih setengah sadar, gadis itu mengucapkan dua kalimat syahadat." Ucap William.

Annisa sempat terkejut dan mendatangi jasad Aretha. Gadis itu adalah gadis yang sangat baik, hanya saja ia terobsesi karena rasa cintanya pada Hanan.

Allah maha Baik. Mungkin Allah tak mengizinkan dirinya untuk memiliki Hanan. Tapi Allah memberikan nya kesempatan untuk menempati surga Nya nanti.

Annisa tersenyum getir, mengucapkan rasa terimakasih pada tubuh diam itu yang sudah menggantikan posisinya untuk Hanan.

Sepersekian detik dari situ, Hanan membuka matanya. Mendapati seseorang yang masih melantunkan ayat suci Allah. Otak nya kembali berputar. Mencoba mengingat kembali apa yang telah terjadi padanya.

Seketika tubuh nya menegang. Pikiran nya tertuju pada gadis Nasrani itu. Hanan langsung terlonjak kaget, membuat Annisa mengalihkan pandangannya penuh pada Hanan.

"Mas, ada apa? Kamu udah bangun? Jangan banyak gerak."

Alih-alih menjawab, lelaki itu mencengkram pergelangan Annisa kuat. Dapat Annisa rasakan tubuh Hanan sangat bergetar hebat.

"Aretha.. Aretha dimana, Ann?"

Annisa diam, ia tak tahu harus mengatakan apa.

"Annisa, Aretha dimana? Dia baik-baik aja kan?" Tanya Hanan lagi.

Annisa memandang dalam Hanan, mata nya mulai berkaca-kaca. Tak sanggup jika harus mengatakan yang sebenarnya pada lelaki ini.

"Ma- maafin aku, mas. Aretha udah ga ada," jawab Annisa dengan suara pelan.

Hanan membelalak tak percaya, pandangan nya kosong. Jika saja gadis itu tidak mendorong nya menjauh, semuanya tidak akan terjadi seperti ini.

Ia mengucap istighfar berkali-kali, rasanya sangat sakit ketika melihat seseorang harus pergi karena nya. Hanan menangis dalam diam, satu bulir air matanya jatuh begitu saja.

Annisa mengerti dengan keadaan ini. Walaupun Hanan tidak mencintainya, tapi gadis itu tetaplah sahabat Hanan sedari kecil. Ia mengorbankan hidup nya untuk Hanan. Annisa berharap, semoga Allah memberikan nya lelaki baik di surga nanti.

"Sebelum Aretha menghembuskan nafas terakhir nya, ia sempat mengucapkan dua kalimat syahadat, mas."

Hanan semakin menundukan wajah nya. Hati nya campur aduk. Ia merasa menyesal, disisi lain, ia bersyukur karena Allah masih memberikan gadis itu kesempatan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.

***

Setelah membaca tahlil dan berdoa, Hanan dan Annisa perlahan berdiri. Menatap papan nisan berkayu itu dengan senyum tipis.

Mereka sudah mengikhlaskan kepergian Aretha. Perjuangan gadis itu untuk menyelamatkan Hanan dari maut akan sangat membekas di memori ingatan.

"Aku harap, semoga kamu tenang di alam sana, Tha." Gumam Hanan sebelum mereka pergi dari sana.

"Mas, ini minum dulu," tawar Annisa saat mereka sudah berada di dalam mobil.

Baru saja Hanan memasang seatbelt, ia langsung menoleh pada Annisa.

"Kamu pasti haus, cuaca hari ini panas banget."

Hanan tetaplah Hanan. Lelaki yang sangat cuek dan tak perduli dengan lingkungan sekitar nya.

Ia kembali memandang kedepan, meninggalkan pekarangan pemakaman umum itu tanpa merespon tawaran istrinya.

Annisa mungkin sudah terbiasa mendapati perilaku Hanan yang seperti itu, ia kembali memasukan air minum nya kedalam tas.

"Tiga hari kemarin kamu tinggal dimana?" Tanya Hanan.

Annisa yang masih menatap keluar jendela menoleh sebentar,

"Dirumah Balqis, mas." Annisa memilin ujung hijab nya, "maafin aku ya, mas. Aku gak izin dulu sama kamu. Aku juga ninggalin kamu dirumah sendirian."

Sesaat Hanan melirik Annisa yang sudah menundukan wajah nya,

"Kamu gak marah kan sama aku?" Annisa melirik Hanan hati-hati.

Wajah Hanan yang tak berekspresi pun sangat menakutkan baginya. Tatapan tajam mata itu seperti monohok jantung nya dalam.

"Ngapain kamu disana?" Tanya Hanan lagi.

Pikir Annisa, sepertinya lelaki ini tidak suka jika dirinya berdiam diri di rumah Balqis. Atau lebih tepatnya tak suka jika gadis itu meninggalkan rumah nya.

"Mempersiapkan diri," jawab Annisa asal.

"Untuk?"

"Menerima kawan baru,"

"Maksud kamu?" Hanan masih tak mengerti dengan perkataan gadis itu.

Annisa menghembuskan nafas nya pelan,

"Bukankah kamu berniat akan menikahi Aretha? Jelas, dia akan menjadi kawan baru ku dirumah." Ujar Annisa membuat lidah Hanan kelu tak mampu berkata apa-apa.

Mereka kembali terdiam. Suasana pun menjadi hening. Sepersekian detik dari situ, Hanan berdeham pelan saat teringat sesuatu. Perkataan yang Annisa ucapkan tempo hari yang membuat nya sangat terkejut lagi penasaran.

"Saat kejadian di balkon rumah sakit, kenapa kamu bicara seperti itu?"

"Heh?" Annisa terkejut saat Hanan menanyakan hal itu. Ia sama sekali tak pernah berfikir kalau Hanan akan menjadi penasaran. Tentu saja Annisa paham apa yang di maksud pertanyaan Hanan.

Bola matanya berlarian kesana kemari, ia mencari jawaban yang tepat. Perkataan nya yang telah ia ucapkan itu tentu saja di luar akal sehat nya.

"Ak- aku, cuma keceplosan aja, mas." Annisa mengatupkan kedua bibir nya menghadap keluar jendela. Berharap agar Hanan mempercayainya.

"Seandainya saya mempoligami kamu beneran gimana?" Tanya Hanan lagi. "Apa kamu ikhlas?"

Sukses Annisa langsung berbalik penuh pada Hanan.

"Kamu beneran mau poligami aku, mas?"

Hanan sempat tertawa pelan dan membenarkan perkataan Annisa dalam hati.  Sangat lucu melihat Annisa yang terkejut seperti itu. Menurutnya, Annisa sedikit menggemaskan.

"Seandainya, Ann." Ujar Hanan.

Annisa mengerucutkan bibir nya, memainkan kuku nya yang bening sedikit kesal.

"Asalkan kamu berbuat adil sama aku," jawab Annisa pasrah.

Hanan terdiam, memandang Annisa yang sedang mengusap sisi wajah nya. Sepertinya wanita itu sedang menangis.

Kedua sudut bibir Hanan sedikit terangkat. Ia tak seharus nya berbuat seperti ini pada Annisa. Rasanya Hanan ingin sekali membelai puncak kepala gadis itu. Perlukah Hanan membuka hati untuk nya? Tapi.. kenapa sesulit itu?

'Kamu gak salah, aku yang terlalu egois.'

***

Selamat malam 👋
Sesuai janji akuu yaa.. hari ini aku update 😍
.
.
.
Kira-kira, Hanan bakalan membuka hati gak yah buat Annisa 🤭
.
.
Okeeyy guys, terimakasih sudah membaca 😍
Ingatt!! Jangan lupa vote dan komen.. okey 😘
.
.
.

Follooww Akun ⬇️⬇️

Instagram : sarahjannatul28
Tiktok : storybylutannaj

See you 💙

Sekali Seumur HidupWhere stories live. Discover now