"Masih."

Despan manggut-manggut. "Jadi?"

Tak ingin membuang-buang waktu, Nara segera membuka bindernya. Lalu mulai menulis pada salah satu lembar yang kosong.

"Gue terima tawaran lo, tapi gue mau ada kontrak. Biar lo nggak semena-mena sama gue."

Selesai menulis, Nara menyodorkan bindernya pada Despan.

"Fake relationship agreement?" tanya Despan, membaca apa yang tertulis di selembar kertas di depannya.

Sebagai respon, Nara mengangguk. "Gue nggak mau dibilang egois karena nentuin isinya sendirian. Jadi, gue minta lo temuin gue hari ini buat bahas apa aja ketentuan, atau apa aja yang boleh dan nggak boleh dilakuin selama kita pura-pura pacaran."

Despan bersedekap dan menyandarkan punggungnya di kursi yang didudukinya. "Oke."

"Pertama, lama waktu hubungan pura-pura lo sama gue. Satu bulan cukup?"

"Bentar amat!" protes Despan cepat.

"Ya udah, dua bulan."

"Nanggung! Tiga bulan," tawar Despan. Cowok itu menegakkan duduknya dan melipat kedua tangannya di atas meja. Tubuhnya condong ke depan, menatap Nara serius. "Jadi empat bulan kalo lo nggak setuju."

Nara mendengkus. "Fine!"

Tangannya kembali menulis di atas kertas. Satu ketentuan untuk hubungan pura-pura mereka sudah ditentukan.

"Next, apa aja yang boleh dan nggak boleh dilakuin. Lo mulai dulu," ucap Nara melanjutkan diskusinya soal isi kontrak hubungan pura-puranya dengan Despan.

Despan tampak seperti sedang berpikir. Terdapat jeda yang cukup lama sebelum akhirnya cowok itu menjawab.

"Gue ikut lo. Apa aja yang buat lo nggak nyaman dan batasan-batasan tertentu yang nggak boleh gue langgar, ada di tangan lo."

Awalanya Nara berpikir sepertinya akan sulit berdiskusi dengan Despan. Tapi, setelah mendengar jawaban dari Despan barusan, Nara mulai berubah pikiran. Di samping itu, Nara merasa puas karena bisa leluasa menentukan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama menjalani hubungan pura-puranya dengan cowok itu.

Nara menarik napasnya. Mengisi udara di paru-parunya sebelum mulai menyebutkan satu-satu hal yang tidak boleh dilakukan oleh Despan.

"Nggak ada lagi pegangan tangan, rangkul-rangkulan, ngiket rambut gue kayak kemarin, pokoknya no skinship. Oke?" Nara memberi penekanan pada kalimatnya soal mengikat rambut.

Di depannya, Despan memasang wajah tidak percaya. Lantas menggeleng. "Kebangetan. Lo tau nggak? Anak rohis yang pacaran aja nggak segitunya. Gue sering tuh, liat Ilham sama Ainun gandengan tangan di parkiran, atau pas Ilham cubit-cubit pipi Ainun."

Nara tidak mengenal siapa dua orang yang baru saja namanya Despan sebutkan. Tapi, yang pasti mereka adalah anggota rohis sekolahnya.

"Masalahnya gue risih, Despan," protes Nara menolak adanya sentuhan fisik dengan Despan.

"Itu karena lo terpaksa, nggak lo terima perlakuan mesra gue. Siapa yang mau percaya kita pacaran kalo gandengan tangan aja enggak? Kalo gitu, gue jalan aja samping-sampingan sama guru juga bisa, Nara," seloroh Despan gemas.

"Tapi–"

"Seenggaknya pegangan tangan sama rangkulan, deh. Kalo lo nolak, oke, no skinship. Tapi, gue minta waktunya jadi lima bulan." Setelah selesai berbicara, mengutarakan keinginannya, Despan terkekeh atas ancaman penambahan waktunya.

Most UnwantedWhere stories live. Discover now