Langit sepertinya mengerti lara ku hari ini, sehingga menurunkan hujan, namun perbedaan nya, hujan jatuh untuk menemui bumi yang selama ini mungkin dirindukan nya, sedang diriku sendiri begitu lara, karena ternyata hari ini, aku bertemu dengan seseorang yang sudah memberi warna dalam hidup ku yang begitu monokrom, untuk terakhir kalinya, pertemuan ini bukan untuk menyambut kerinduan yang sudah menantikan untuk ditemui, tapi untuk menyatakan, bahwa kita harus menyerah pada takdir.
Raka Atma Surajaya.
Dia mengenalku sejak dari aku memakai seragam putih biru, tapi aku kenal dekat dengan Raka ketika kami sudah Sma, aku masih ingat, satu tahun yang lalu di taman belakang sekolah, saat aku sedang beristirahat, lelaki itu tiba-tiba duduk di kursi panjang yang sedang ku duduki juga.
"Hai, Anala ya..?"
Wajahnya terlihat gugup, tapi itu malah membuatnya terlihat menggemaskan sekaligus mempesona, Raka itu memang tampan, aku saja langsung terpesona ketika pertama kali melihatnya, tubuhnya tinggi, hidungnya yang bangir seperti orang arab, bibirnya juga yang berwarna merah jambu, semua itu membuatku tersihir.
"Iya, ada apa ya..?
"Hmm, aku mau kenalan sama kamu boleh kan..?"
"Kamu Raka kan"
Aku berkata seperti itu karena memang Raka itu sudah terkenal sejak Smp, ketika acara pentas seni, Raka lah yang selalu mengisi acara tersebut, entah bernyanyi, bermain piano, ataupun gitar.
Raka tersenyum memperlihatkan wajah tampan nya yang semakin manis, ketika tersenyum, membuatku menikmati senyuman itu.
"Kamu tahu aku ternyata, sejak kapan tahu aku An..?
"Kamu kan terkenal sejak Smp, aku kenal kamu waktu aku kelas 8"
Raka menggaruk kepala nya yang sepertinya tidak gatal, kembali tersenyum tapi kali ini, senyum nya terlihat kikuk, mungkin canggung atau tidak tahu lagi harus berkata apa.
"Jadi An, kita sebenarnya sudah mengenal sejak lama, apa ini masih bisa disebut perkenalan...?"
Aku tersenyum, aneh pikirku pertanyaan nya. Membuatku ingin tertawa, dan Raka pun malah ikut tersenyum bersama ku.
"Hmm, mungkin masih bisa, karena perkenalan adalah awal untuk saling mengenal dari keasingan, kita memang saling mengenal dari lama, tapi kita asing, jadi ini masih bisa disebut perkenalan kan."
Lalu aku dan Raka tersenyum bersama, entahlah padahal ini pertama kali aku berbicara dengan nya, tapi ini terasa menyenangkan bagiku.
"An, boleh aku meminta nomor mu"
Aku terdiam sesaat, tapi entah kenapa dengan mudah nya aku memberikan ponsel ku, agar Raka segera menulis nomornya.
Raka kembali tersenyum, dan itu membuatku kembali terpana, kenapa tampan sekali, begitu pikirku, haha lihatlah aku jadi malu sendiri, entah sekarang wajahku memerah atau tidak.
Itu hari pertama kali aku berkenalan dan berbicara dengan Raka, sekalipun aku satu Smp dengan nya, kelas Raka jauh dari kelas ku, jadi aku tidak akrab dengan Raka.
Hari pertama itu menciptakan alur panjang sebuah cerita yang tidak pernah kuduga.
YOU ARE READING
Why did we end it..?
Teen FictionRintik-rintik air hujan menemui bumi, rindu barangkali yang dirasakan langit kepada bumi, sekali pun dirinya harus menjatuhkan dirinya sendiri dari ribuan mil. sedang aku dan kamu saat itu saling menatap untuk terakhir kalinya, barangkali juga berus...
