Selamat Tidur, Hyung-nim

217 30 2
                                    

Basen tidak pernah tahu bagaimana caranya bersikap.

Sejak awal, dia bukanlah anak yang percaya diri.

Dia bekerja keras untuk membangun kepercayaan diri tersebut. Pondasi utama dari kepercayaan dirinya ialah kakak tertuanya, Cale Henituse.

Cale Henituse. Banyak nama yang diberikan orang-orang untuk memanggilnya. Pemabuk, pembuat onar, benalu, dan yang paling terkenal di semua kalangan, sampah.

Namun, di balik sikap tak peduli dan tak acuh itu, Basen tahu Cale sebenarnya bukanlah orang yang seburuk itu.

Dia masih ingat apa yang Cale katakan padanya saat pertama kali menginjakkan kaki di rumah ini.

"Basen, kau adalah Henituse. Apapun yang mereka katakan, tidak akan mengubah fakta bahwa kau merupakan bagian dari keluarga ini. Maka, angkatlah kepalamu dengan bangga. Dengar kata-kataku jika kau tidak ingin ditendang dari sini. Kau pikir para sepupu akan membiarkanmu begitu saja?"

Sesederhana itu, memantik api di dalam diri Basen.

Cale Henituse, putra tertua, Hyung-nim miliknya yang sangat berharga, terucap berkali-kali di dalam hatinya.

Basen sejak awal tidak pernah memiliki niat untuk mewarisi keluarga ini, dan sepertinya Hyung-nim pun juga berpikir demikian. Namun, Basen akan menggunakan kesempatan ini untuk membuktikan bahwa Cale bukanlah orang buruk seperti yang dipikirkan orang-orang.

Meskipun bersikap dingin, menghancurkan ini-itu, dan selalu mabuk. Namun, Cale tidak pernah sekalipun melukai orang tak berdosa.

Dan lagi, penyebab mengapa Cale memulai semua ini ... Basen pun tahu.

Karena semua ini bermula karena Ibu dan dirinya datang ke rumah ini.

Diselimuti rasa bersalah, tetapi tak tahu apa yang harus ia perbuat. Dia berharap, suatu saat nanti, Hyung-nim dapat beristirahat dari semua sandiwara tak terdefinisi ini. Basen berharap Cale dapat melepas topeng pertunjukan dan turun dari panggungnya yang disebut prespektif orang-orang. Dia pun butuh istirahat. Bahkan manekin akan rusak bila dipajang dalam waktu lama.

Sedalam itu rasa respek yang Basen miliki kepada kakak tertuanya. Jika Cale tidak memiliki niat untuk mengakhiri semuanya, maka biarlah dia yang mencari cara. Dia akan berjuang.

Begitulah yang dia pikirkan.

Kondisi yang damai membuat semua orang terkejut akan adanya deklarasi perang. Dimulai dari insiden pengeboman di acara ulangtahun raja. Basen nyaris saja mati, bila Eris Wheelsman, sobat masa kecil kakaknya, tidak segera mendorongnya. Sebagai gantinya, dialah yang menjadi korban ledakan tersebut.

Rasa sakit akibat benturan di kepala Basen tak seberapa jika dibandingkan melihat tubuh seseorang yang telah ia anggap sebagai seniornya terbujur kaku dengan cairan merah kental melumurinya. Tangis histeris terdengar saling sahut menyahut. Beberapa bom berhasil diamankan, tetapi beberapa tak berhasil dan berakhir memakan banyak korban jiwa.

Basen tahu pahlawan juga manusia, tapi ia tak dapat menghentikan hati kecilnya yang menjerit menyalahkan mereka. Terlebih, mereka merupakan orang yang sangat familiar di matanya.

Si remaja berambut hitam yang memukuli kakaknya, dua mantan pelayan keluarga Henituse yang menghilang tiba-tiba, dan sisanya si wanita berambut merah dan bocah laki-laki berambut perak tak ia kenal.

Kembali ke kediaman Henituse melewati jasa teleportasi penyihir, dengan segala kabar buruk ikut serta bersamanya. Dia melihat takut-takut ke arah Cale, menghindari tatapan mata sebisa mungkin.

Cale hanya berdecak pelan, pergi meninggalkan kamarnya setelah melihat sekilas. Basen rasanya ingin menangis, merasa bersalah atas kematian Eric. Apakah mungkin Cale marah padanya karena hal tersebut?

Teruntuk Dirimu [TCF Drabbles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang