Jika Aku Adalah Rumah, Maka Kamu Tempatku Berpulang

251 34 1
                                    

Jika Aku Adalah Rumah, Maka Kamu Tempatku Berpulang.

***

A/N

Aku nemu AU ini di draft, baru sadar gak pernah aku publish. Yaudahlah ya aku publish di sini aja (soalnya work ini agak berdebu—ahem)

***

BLURB

Rumah bukanlah sebuah tempat. Namun sesuatu untukmu pulang, melepas seluruh penat dan beristirahat sejenak. Di mana orang-orang yang kau sayangi menunggu dengan tangan terbuka lebar, menyambut riang disertai senyuman hangat.

***

Di mana Cale Henituse bereinkarnasi menjadi Kim Rok Soo, kemudian bertransmigrasi kembali ke tubuh lamanya.

***

Cale tidak tahu sejak kapan semua ini menjadi salah.

Ketika suatu malam ibunya tiba-tiba saja hendak pergi ke sebuah desa, mengecup keningnya dengan hangat. Sepasang iris merah itu menatapnya sendu, seolah mereka tak akan pernah bertemu lagi.

"Ibu."

Cale kecil, baru saja menginjak usia lima tahun, tidak mengerti dengan sikap aneh ibunya. Tapi sebagai seorang anak, dia tahu bahwa ada sesuatu yang salah.

"Cale, Ibu akan pergi sebentar."

"Pergi? Ke mana?"

"Desa Harris."

Wanita berambut merah bergelombang itu tersenyum tipis. Kedua telapak tangannya menyentuh pipi putranya yang bersemu merah muda.

"Ada sesuatu yang harus Ibu kubur di sana."

Cale mengerjapkan matanya beberapa kali, dengan polosnya bertanya.

"Apakah aku boleh ikut?"

"Untuk kali ini, tidak, Sayang. Jika kamu ikut, maka siapa yang akan menemani ayahmu?"

Badai hujan mengamuk di luar sana. Petir saling sambar menyambar, menciptakan sekelebat cahaya yang menerobos masuk lewat jendela. Namun, semua itu tak berarti bagi Cale. Dia anak yang pemberani. Dia tidak takut kepada petir. Dia hanya ingin ikut pergi bersama ibunya.

Melihat determinasi di mata anaknya, Jour—ibu Cale—tersenyum hangat sembari menarik lembut sang buah hati ke pelukannya.

"Ibu tidak akan lama. Hanya akan ke sana sebentar dan segera kembali. Jadi, kamu tidak perlu cemas, oke?"

Cale tahu sejak awal ibunya merupakan wanita yang keras kepala, dan sifat keras kepala itu menurun kepadanya. Akan tetapi, Cale juga tahu, bahwa dia tidak bisa menentang perkataan ibunya. Pada akhirnya, Cale kecil hanya mengangguk sambil menyodorkan jari kelingking.

"Berjanjilah Ibu akan kembali dengan oleh-oleh."

Tawa terlepas dari mulut Jour. Dia mengangkat tangannya, menautkan jari kelingkingnya di kelingking Cale.

"Oke, Ibu berjanji akan kembali dan membawakanmu hadiah."

Tapi dia mengingkari janji itu.

Dia tak pernah pulang.

Ibunya memang kembali, tapi dengan kondisi kritis. Kereta kuda yang ditumpanginya tergelincir di tengah badai dalam perjalanan kembali. Ayahnya, Deruth, telah memanggil dokter terbaik dari seluruh penjuru kerajaan. Meski begitu, setelah tiga hari perawatan, Jour mengembuskan napas terakhirnya.

Hal terakhir yang Cale lihat adalah tubuh ibunya yang terbaring kaku di atas tempat tidur. Bibir merahnya kini membiru. Tak ada lagi rona di wajah cantiknya, hanya tertutup dengan kain putih. Cale mengulurkan tangannya untuk meremas telapak tangan ibunya.

Teruntuk Dirimu [TCF Drabbles]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz