Kala asap dari jelmaan salah satu lelembut hutan itu tinggal beberapa meter lagi berhasil menyentuh punggung Helga, sebuah batok kelapa yang di lempar oleh seseorang sudah lebih dulu mengenainya. Kepulan asap itu terkurung di dalam batok kelapa yang jatuh telungkup di atas pelataran hutan. Bak menolak dikurung dalam tempat itu, batok kelapa yang telah diberi mantra khusus tersebut bergetar hebat. mengunci asap dari jelmaan Jerangkong di dalamnya. Tak ingin memberikan kesempatan baru bagi salah satu demit itu untuk melarikan diri, Raga yang rupanya telah melempar batok kelapa itu bergegas memungutnya untuk kemudian ditutupnya batok kelapa tersebut menggunakan sebuah kain mori. Beberapa detik bergetar hebat dalam genggaman tangan Raga, pergerakan batok kelapa itu akhirnya terhenti. Setelah dirasa cukup terkendali, Raga pun lekas membuka ikatan kain mori tersebut, untuk kemudian membuang begitu saja beberapa tulang jari dari dalam batok kelapa itu ke tanah yang becek.

Awan hitam yang kian memudar disusul dengan terangnya bulan purnama yang menggantung di atas sana, sangat membantu Helga dan Aiden untuk terus berlari mencari keberadaan Dylan dan Arthur yang tengah berusaha menemukan pintu gerbang gaib. Banyaknya tumbuhan liar dan semak belukar yang memiliki duri-duri tajam menjadi salah satu hambatan yang terpaksa harus Helga lewati. Sesekali gadis berparas innocent itu mendesis pelan menahan rasa sakit, mana kala pipi, lengan dan pahanya tak sengaja tergores oleh ranting pohon ataupun yang lainnya. Namun hal itu tak lantas membuat Helga meminta Aiden untuk menghentikan lajunya. Karena ia tahu, saat ini bukan hanya Cay Lan Gong saja yang sedang mengejarnya. Tapi lelembut lain penunggu hutan juga pasti mengejarnya.

"Helga, awaass!!!" Teriakan Rucita refleks membuat Aiden menoleh ke belakang, melihat sebuah akar berukuran sedang hendak menyambar bagian tengkuk Helga, Siswa terbaik SHS itu dengan cepat menyembunyikan Helga dalam pelukannya seraya membungkuk.

Akar berwarna coklat gelap yang tiba-tiba muncul dari dalam tanah itu lekas Rucita tebas menggunakan sebilah parang yang dilemparnya dari kejauhan. Setelah berhasil memotong ujung akar tersebut, senjata tajam dengan bentuk seperti huruf 'V' itu kembali pada pemiliknya, namun begitu sampai dalam genggaman Rucita, parang tersebut telah berubah kembali menjadi sebuah bumerang yang tumpul.

Tak sampai satu menit setelah kehilangan sebagian dari tubuhnya, akar dari jelmaan makhluj gaib tersebut sudah beregenerasi. Seperti layaknya cicak yang dapat menumbuhkan kembali ekornya yang terputus, hal serupa dialami pula oleh akar dari pohon dewandaru tersebut. Getah yang semula mengumpul banyak pada luka tebasan parang bumerang milik Rucita itu perlahan berubah menjadi ujung akar yang baru. Hal itu tentu membuat semua mata yang melihat jadi terheran-heran.

Tak ingin memberikan peluang baru untuk salah satu jin penunggu hutan itu kembali menyerang, Ernest pun menancapkan ujung bambu kuning miliknya yang runcing pada badan akar tersebut hingga robek menjadi dua bagian. Alih-alih melemah, kejadian yang sama pun terulang kembali. Akar itu mampu menyembuhkan luka di tubuhnya dalam sekejap.

"Makhluk apaan sih ini? Kok gak mati-mati?!" seloroh Baron geram.

"Jangan disentuh! Itu Akar Mimang! Kalo lo sampe kesentuh akarnya, lo bakal jadi orang yang linglung." sergah Aiden saat Baron berangsur mendekati akar unik tersebut.

Meski masih diam tak bergerak di lantai hutan, namun Aiden yang sangat mengenal betul salah satu makhluk halus hutan itu, meminta semua kawanannya untuk ekstra berhati-hati. "Akar ini yang menjadi salah satu momok menakutkan bagi tiap Pendaki. Karena akar ini dapat membuat para Pendaki tersesat. Akar ini juga salah satu khodam pesugihan seperti layaknya Matianak dan Tuyul."

"Terus gimana cara ngalahin akar ini, Kak?" tanya Ernest ingin tahu.

"Pangkas simpul tali berbentuk lingkaran yang ada di pangkal akar mimang itu."

Supranatural High School [ End ]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon