"Sebenernya ada banyak sesuatu yang mengganjal di hidup aku, entah apa itu. Tapi aku merasa seperti ada yang tidak baik-baik saja," Annisa mulai bermonolog.

"Aku sedikit merasa menyesal karena kecelakaan yang aku alami sekarang, tapi aku kembali berfikir, mungkin di balik semua ini ada hikmah yang besar untuk aku,"

Hanan mulai memasang kuat pendengaran nya, mendengarkan secara diam apa yang di katakan gadis itu.

"Setelah terbangun dari gelap nya dunia, aku benar-benar kebingungan. Aku gak ngerti perjalanan apa yang sedang aku jalani sekarang. Tentang kepribadian aku, tentang kamu, tentang rumah ini, tentang pernikahan kita,"

Annisa menundukkan kepala nya, menutupi wajah kesedihan nya yang mulai di hiasi bulir-bulir bening.

"Aku bingung harus bertanya kepada siapa, aku bingung harus meminta penjelasan kepada siapa. Dan ketika aku sudah menerima kejelasan nya, rasanya sulit menerima ketika keadaan tak seperti apa yang mereka ucapkan. Aku rasa mereka berbohong, aku rasa mereka hanya memperdayakan aku, aku rasa mereka hanya ingin melihat hati ku bahagia, yang padahal itu sangat menyakitkan bagi ku,"

Gadis itu mengusap sisi wajah nya yang sudah basah.

"Aku bingung, dimana kesalahan aku. Sepertinya, dunia hanya ingin mempermainkan keadaan ku yang sekarang. Sama sekali tak perpihak pada ku,"

Hanan merasa jengah mendengar celotehan Annisa barusan. Dalam hati ia menjawab semua pertanyaan Annisa. Walau mata nya tetap fokus pada layar laptop, namun pendengaran nya masih berfungsi sangat baik dan mendengar jelas apa yang di ucapkan gadis itu.

Hanan menutup laptop nya, meminum coffee latte dengan sekali tegukan. Kemudian bangkit dari sana dan berjalan cepat ketika justru tangan kanan nya di tahan oleh Annisa.

"Aku cuma pengen ngobrol sama kamu, mas. Seperti pasangan suami istri pada umum nya. Tak ada kesunyian, hanya ada candaan renyah yang mengisi ruang kita. Hanya itu,"

Dapat Hanan dengar bahwa Annisa terisak pelan di balik hijab nya. Lelaki itu menoleh sebentar, kemudian menarik tangan nya cepat dan kembali melangkahkan kakinya. Meninggalkan Annisa disana.

Gadis itu memukul-mukul dada nya pelan, terasa sangat sesak mendapati perlakuan Hanan barusan. Sungguh, di tanggapi diam oleh seseorang itu sangat menyakitkan. Terlebih jika seseorang itu adalah suami nya sendiri, dan itu menambah rasa sakit yang ada di dasar hatinya.

"Hasbunallah.. wani'mal wakiill.. ni'mal maulaa.. wani'mannasiir.. astaghfirullah.."

***

Berada dalam sebuah perbedaan yang jauh. Membuat gadis cantik ini duduk bersimpuh dengan kedua tangan yang saling berpautan. Menggenggam nya sama erat. Mata nya terpejam, meminta sebuah permohonan di dalam lubuk hatinya yang paling dalam.

Mungkin jika perbedaan itu hanya sebuah jabatan, Aretha tak perlu merasa resah. Perbedaan keyakinan ini seperti sebuah tembok besar yang menghalangi dirinya dengan seseorang.

Gadis itu tahu, hanya ada kemungkinan kecil saja untuk dirinya kembali bersama lelaki itu dalam ikatan yang suci. Terlebih saat ia mengetahui, bahwa lelaki itu sudah memiliki wanita lain.

Aretha terduduk lemah, memohon kepada Tuhan nya untuk meminta bantuan.

Ya Tuhan ... Aku berterimakasih atas kebaikan mu kepada ku. Mempertemukan ku kembali dengan dia, memberi ku kesempatan untuk menunjukkan ketulusan cinta ku ini padanya. Terimakasih Tuhan, aku benar-benar bersyukur atas kemurahan hati-Mu. Tapi ya Tuhan, kenapa engkau kembali menguji hati hamba? Dengan melihat dirinya bersama wanita lain, kenapa Tuhan? Hamba sadar akan perbedaan kami, tapi kenapa harus sesulit ini Tuhan? Hamba mohon ... Apapun itu, akan hamba lakukan untuk terikat janji suci dengannya. Hamba tau hamba hanyalah manusia berdosa, Tuhan. Ampunilah segala dosa hamba, dan keinginan hamba yang egois ini, karena hamba tau, engkaulah yang berkuasa atas kami.. Amin.

Sekali Seumur HidupWhere stories live. Discover now