Babak 14 365 Senja

1.5K 306 42
                                    

Tahun 2022, wajah dunia telah berubah. Kehidupan tak lagi sama semenjak 2020 bergulir bahkan. Orang menutup separuh muka mereka dengan masker medis atau kain. Menjaga jarak adalah himbauan pemerintah sepanjang waktu. Rajin menjaga kebersihan dan mencuci tangan serta mengoleskan alkohol ke tangan adalah kebiasaan baru yang normal. Semua karena senjata tak terlihat, virus Corona.

Kehadiran virus tak diundang itu menghempas banyak sektor termasuk dunia transportasi. Tahun 2020 banyak terminal dan bandara yang sepi. Armada bus dan pesawat dikandangkan demi menunggu kepastian kapan pandemi ini akan selesai. Sayangnya, hingga 365 senja terlewati di 2020 status negeri ini masih sama. Corona masih dijadikan pandemi tak berkesudahan.

Sepanjang minggu tak selalu mendung sekalipun itu musim penghujan, begitu pula dengan yang namanya pandemi. Medium 2022, wajah dunia transportasi mulai cerah. Beberapa bandara mulai menggeliat dari tidur sementaranya. Para pekerja bidang transportasi kini mulai sibuk berbenah diri untuk bekerja normal lagi. Meski harus menutup muka dan badan dengan alat pelindung diri, tapi setidaknya masih ada harapan yang baik.

Beberapa calon penumpang melenggang santai di lorong panjang Soekarno-Hatta International Airport. Ada yang mengisi perut, ada yang menunggu waktu boarding, ada pula yang tidur karena datang terlalu awal, dan banyak yang  berlari karena dipanggil petugas bandara untuk segera masuk ke pesawat. Bandara yang sebelumnya sepi itu mulai menggeliat bangun.

Termasuk seorang gadis yang terlihat menarik kopernya santai, dia tak ingin diburu waktu. Selain karena tidak diburu waktu, dia masih ingin melepas rindu dengan tempat ramai itu. Prosedur check-in, cek dokumen kesehatan, dan setor bagasi sudah dilakukannya dengan baik. Semenjak pandemi, prosedur sebelum penerbangan bertambah dengan tes usap pada hidung dan mulut untuk mengetahui status kesehatan orang tersebut.

Dia bersyukur karena alat pipih itu menunjukkan satu strip, negatif Covid-19.

Seragam sekolah itu telah berganti dengan setelan kulot krem dan sweater turtleneck polos lengan panjang warna putih. Rambut kuncir kuda itu telah digerai bebas dengan model yang berganti – katanya model wavy. Wajah polos itu telah dihiasi perona pipi, bibir, dan mata yang serasi bernuansa coral. Tangan jenjang kurusnya dipercantik dengan jam rantai emas dan gelang emas berlonceng kecil, serta polesan kuteks cokelat nude di kukunya. Dia secantik langit senja yang memerah.

Sky Allura Senja Kamarati menarik pelan kopernya menelusuri lantai dingin Soekarno-Hatta International Airport ditemani Dior putih di pundaknya. Sore yang redup di bulan Mei ini dia hendak pulang ke Malang dengan penerbangan malam. Akhirnya pekerjaan di Jakarta selesai, dia rindu kota lama penuh kenangan itu. Malang selalu menyimpan sejuta cerita tentangnya, tentang pendewasaan dan kesakitan yang membekas.

Namun, penikmat teh krisan itu tak pernah membenci Malang. Malah rindu, sebab menyebut namanya saja membuat Allura sudah tak sabar. Ia ingin menyusuri setiap jalanan di kota dingin itu, semua menyimpan kenangan. Bulan Mei 9 tahun yang lalu dia merayakan 17 tahunnya di kota itu. Ke mana pun dia pergi jauh, ingatannya hanya tertuju pada satu tempat di sudut Malang. Balkon sekolah di dekat bekas kelasnya.

Pukul 17.01, Allura berada di kabin Boeing 737-800 nomor penerbangan GA544 tujuan CGK-MLG. Ini penerbangan terakhir ke kota itu yang merupakan favorit Lura saban pulang dari Jakarta. Dia selalu mengambil penerbangan malam demi menyaksikan perpisahan hari dari ketinggian ribuan kaki. Mungkin perasaannya lebih mendayu sama seperti senja di puncak gunung.

Awan jingga yang sedang dipandangnya itu selalu bertanya, masih ingatlah Lura dengan seseorang yang tak ingin disebut namanya itu? Tidak, Lura memutuskan menyebut namanya. Lagipula tidak enak menyimpan dendam, hanya menyesakkan. Merindukan Raeno selama beberapa tahun ini sudah membuat sesak. Sudah 365 senja yang kedelapan yang Lura lewati tanpa Raeno. Sewindu sudah dia menyimpan cinta itu dalam-dalam dengan terus menjalani kehidupannya.

365 Senja (End)Where stories live. Discover now