Strawberry Kisses

527 35 10
                                    

16+

Aku mematikan ponsel, meletakkannya di laci tanpa memedulikan pesan itu

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Aku mematikan ponsel, meletakkannya di laci tanpa memedulikan pesan itu. Aku tidak peduli apa urusannya. Ini pelajaran matematika, materi yang sulit ditambah guru yang galak tidak bisa ditinggalkan bahkan untuk seorang Jeongwoo.

"Sekarang coba kalian pahami, lalu kerjakan soal nomor 1 sampai 3 di halaman 87." Guru itu duduk di bangkunya, kacamata yang sedari tadi tergantung di kantung kemeja ia pakai lalu mulai fokus pada laptop di hadapannya.

Aku memicingkan mata pada barisan barisan kalimat matematika di papan tulis, untuk beberapa kali aku menulis angka angka itu di buku. Turunan... Siapapun yang memutuskan materi ini perlu dipelajari di SMA perlu dihukum.

Kesunyian kelas tiba tiba dipecahkan oleh deringan yang dibuat oleh sebuah ponsel. Aku mengintip laci mejaku, sedikit melotot saat melihat layar benda itu menyala dengan nama Jeongwoo tertera di atasnya.

"Ponsel siapa itu?" Guru di depan berkata. Ia menatap tajam seluruh kelas di balik kacamata kotaknya.

Aku menahan napas. Cepat cepat mengetuk tombol berwarna merah untuk menolak panggilan tersebut.

Beberapa detik setelah deringan berhenti, sang guru baru kembali fokus pada laptopnya tanpa peduli tentang siapa yang baru saja mengusik keheningannya.

Akhirnya aku bisa menghela napas lega. Teman sebangkuku memberi tatapan—atau lebih seperti pelototan—seraya berkata, "silent saja."

Aku cengengesan, lalu melakukan apa yang ia katakan tadi.

🍬

Bel istirahat berbunyi, guru matematika baru saja keluar dari kelas. Aku sedang membereskan buku buku dengan latar belakang suara teman teman sekelas yang sepertinya tidak berniat membersihkan meja mereka—justru langsung berlarian ke luar dengan obrolan keras.

Yang aku tahu selanjutnya terdengar langkah lari di lorong yang menimbulkan suara keras dari benturan sepatu dan keramik. Langkah itu dengan cepat mendekati kelas kami, dan kini orang dengan langkah kaki tersebut sudah berdiri di samping mejaku.

Aku tidak mengenalnya. Tetapi aku tahu siapa dia. Murid cupu dari kelas bermasalah yang sering diganggu oleh teman teman seangkatan. Kulihat napasnya tersengal, keringat mengalir dari pelipis di balik tangkai kacamatanya.

Aku melirik jari jari tangannya bertengkar di di depan sabuk ketatnya, merasa terganggu dengan hal itu. Maka aku menatapnya datar dan bertanya, "ada apa?"

Semua pandangan orang di kelas menuju padanya. Tatapan mereka seperti terganggu, padahal orang ini belum melakukan apa apa.

Murid itu meneguk ludahnya, satu tangan terangkat untuk membenarkan letak kacamatanya. "Jeongwoo menyuruhmu datang ke rooftop... Sekarang."

Begitu nama itu keluar dari mulutnya, pandangan tidak nyaman yang dilontarkan oleh warga kelas pada murid cupu ini langsung berhenti. Mereka kembali sibuk pada aktivitas mereka masing masing, menyadari bahwa kejadian itu adalah satu dari seribu kejadian lainnya. Maksudku, hal ini sering terjadi.

Strawberry Kisses | Park JeongwooOù les histoires vivent. Découvrez maintenant