Prologue

444 11 0
                                    

Deru napas tersengal terdengar jelas di heningnya malam. Peluh sebesar biji jagung menghias wajah tampannya yang pucat. Manik birunya menggelap, tatapannya kosong seperti hatinya. Dia meraup wajahnya kasar untuk menenangkan pikiran.

“Sial! Mimpi itu lagi!” umpatnya dengan tangan yang masih menutupi wajah tampannya.
Luke Jacob, putra tertua Paul Jacob dan Jasmine Smith. Yang artinya dia adalah cucu tertua Lord Philips Jacob dan Lily Katherine Jacob, bangsawan asal Britania Raya. Pemilik jaringan Rumah Sakit, Perusahaan Properti, Firma Hukum, Jaringan Perhotelan dan pusat perbelanjaan di beberapa negara Eropa, Amerika dan Asia.

Luke meraih ponsel di atas nakas samping tempat tidurnya, mencari satu nama dari sekian banyak daftar kontak. Setelahnya dia mengetuk layar untuk menghubungi orang tersebut.

“Halo. Ada apa, Kak?”

“Anthony, aku memimpikannya lagi.”

“Bagaimana perasaanmu sekarang?” tanya Anthony di balik sambungan.

“Apakah dari suaraku terdengar baik-baik saja?” Luke menaikan sebelah alisnya, walau dia tahu bahwa adiknya tidak melihat ekspresinya saat ini.

“Kurasa tidak. Datanglah besok ke rumah sakit, aku akan memeriksamu dan sekarang minum obatmu.”

“Baiklah.” Luke kembali meletakkan ponselnya di atas nakas, meraih botol kaca berwarna cokelat yang selalu ada di atas nakas. Meminum pil dari dalam botol.

Perlahan matanya mulai terpejam, kembali memasuki alam tidur. Kali ini benar-benar tidur tanpa ada mimpi yang selalu menampilkan cerita yang sama.

Cerita yang dibenci oleh seorang Luke Jacob tanpa peduli siapa yang ada di dalamnya.

Beberapa bulan sebelumnya...

Lelaki berpakaian serba hitam berjalan penuh amarah, memasuki sebuah gudang tua di Kota Berlin, Jerman. Tangannya mengepal  kuat sampai buku jarinya memutih, dan rahangnya mengetat sempurna. Tidak ada kelembutan terpancar di wajah tampannya, yang ada hanya amarah dengan mata penuh kobaran api dendam.

Mata sedalam samudera birunya menatap tajam wanita yang tengah duduk dengan tubuh terikat di kursi. Dia menggeram tertahan namun mampu membuat siapapun yang mendengarnya ketakutan.

“APA YANG KAU LAKUKAN JALANG???” suara teriaknya memenuhi penjuru gudang. Beberapa lelaki dengan tubuh tegap dan wajah garang pun sempat terkejut mendengarnya. Lelaki dingin dan pendiam itu terlihat sangat mengerikan ketika sedang marah.

“Tuan Luke, namanya Velleria Ambrosio,” ucap salah seorang lelaki yang ada di sana.

Luke terus menatap wanita di hadapannya dengan tatapan membunuh. Sedangkan wajah wanita bernama Valleria Ambrosio sudah berubah pias karena rasa takutnya. Dia hanya tidak menyangka tindakannya akan berakibat fatal seperti ini. 

“BICARA!!! ATAU AKU LUBANGI KEPALAMU SEKARANG!!!” teriak Luke.

“A-a-aku...” jelas sekali Valleria ketakutan saat ini. Luke terus memberinya tatapan membunuh dengan jarak kurang dari semeter.

“BICARA YANG JELAS JALANG!!!” teriakan Luke untuk ketiga kalinya, mungkin setelah kejadian ini mereka yang mendengarnya harus memeriksakan telinga ke THT. Karena gendang telinga mereka mengalami kerusakan.

“Aku menginginkannya, sejak lama. Bahkan sebelum dia mengenal Sarah,” nada bicaranya lirih penuh penyesalan.

“Jangan pernah mengganggu apa yang aku miliki, termasuk Adikku. Kau tahu apa yang kau lakukan JALANG? Kau nyaris membunuh Adikku, bahkan sekarang dia di antara hidup dan mati,” Luke sedikit membungkuk, mendekatkan wajahnya pada wajah ketakutan Valleria. Manik birunya yang tajam bertemu dengan manik mata cokelat milik Valleria.

“Maafkan aku. Aku mohon lepaskan aku, Tuan, aku tidak akan mengulanginya lagi. Jangan bunuh aku!!!” pintanya dengan air mata yang tak terbendung. Ketakutan begitu menyelimutinya saat ini. Bagaimana tidak? Ujung pistol milik salah seorang lelaki di sana sudah berada di pelipis kirinya. 

“Aku tidak bisa memaafkan JALANG yang membuat adikku hancur. Satu hal yang kau perlu tahu, Valleria Ambrosio. Aku sangat benci JALANG seperti dirimu,” Luke berbalik dan meninggalkan Valleria yang masih terikat dengan pistol tepat di kepalanya.

Luke terus berjalan tanpa peduli dengan tangisan memohon Valleria. Hingga akhirnya Luke berhenti, mengangkat tangan kanannya dan menjentik sesaat dan tak lama berselang terdengar suara tembakkan tepat di belakang tubuhnya. Timah panas menembus kepala Valleria Ambrosio, wanita malang yang mengejar cinta David Schneider dengan cara picik. Melukai Sarah sama halnya melukai seluruh keluarga Jacob. 

Luke tidak akan membunuh David, dia hanya cukup menjauhkan Sarah dari lelaki itu. Jauh dari Sarah sama halnya dengan mati bagi David Schneider. Sahabat baiknya yang kini sudah dia pastikan sebagai musuh, karena menyakiti Sarah.

Dengan langkah pasti Luke berjalan keluar dari gudang kosong tempat Valleria meregang nyawa. Walau Luke masih bingung dengan kejadian tadi, semuanya terjadi sangat cepat. Dia sudah berada di balik kemudi mobil, meninggalkan tempat itu. Menyusuri jalan Kota Berlin menuju hotel tempatnya menginap. 

“Halo Luke, ada apa?”

“Jauhi adikku, brengsek!” bentaknya ketika mendengar suara di seberang sana. Luke segera memutus sambungan ketika selesai mengatakan keinginannya.

The Cold Billionaire - Serial The Jacob 2Where stories live. Discover now