[Sequel Zaviar and His Mistakes]
Di sarankan untuk membaca Zaviar and His Mistakes terlebih dahulu!
Ini tentang Zaviar yang berusaha untuk meyakinkan Reynan-ayah mertuanya agar tidak memisahkannya dengan sang putri, Alana.
Di bumbui dengan kisah cin...
Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
Vote + Komen nya jgn lupa yak!:)
SELAMAT MEMBACA📖!
--0o0--
Bulan telah menampakkan wujudnya, langit yang berwarna orange itu perlahan tergantikan dengan gelapnya malam. Makhluk hidup yang berada di bumi berbondong-bondong pulang untuk segera menemui keluarganya di rumah masing-masing. Entah itu ibu, ayah, adik, atau bahkan istri dan anak mereka.
Apalagi yang menjadi tulang punggung keluarga, rasa lelahnya akan tergantikan dengan perasaan bahagia kala bertemu dengan keluarga tercinta nya.
Tapi tidak dengan pria yang kini berusia 36 tahun itu. Zaviar Akalanka, hidup yang tadinya sudah hancur karena di tinggal sang istri, sekarang semakin hancur karena sang putri juga ikut pergi di bawa Reynan.
Lima belas tahun lamanya Zaviar mencari keberadaan Alana yang di bawa pergi oleh Reynan. Namun apa daya, penjagaan ketat yang di bangun oleh ayah mertuanya itu hampir membuatnya menyerah.
Tidak ada rumah tempat nya pulang, tidak ada tempat untuk nya mengadu dan bermanja. Zaviar tahu, ini adalah salah satu karma yang Tuhan berikan untuknya karena menjadi manusia paling jahat di muka bumi ini.
Tapi bukankah setiap orang ingin berubah? Dan Zaviar adalah salah satu di antara ribuan bahkan jutaan manusia yang ingin berubah menjadi lebih baik lagi.
Setiap harinya ia akan selalu merenungi kesalahan di masa lalu, memang tidak ada habisnya, namun Zaviar harap dengan ini Tuhan mau berbaik hati mengampuni nya.
Dan memberinya kesempatan untuk bertemu dengan putrinya lagi.
Zaviar menghabiskan hampir satu hari penuhnya di perusahaan milik ayahnya. Obat tidur dan obat penenang selalu menjadi cemilan nya di setiap malam.
Hidupnya benar-benar seberantakan itu.
Tangan kekarnya perlahan membuka laci meja kerjanya. Satu figura dan satu lembar foto kini berada di genggamannya. Foto Alana dan juga foto Seyla saat remaja dulu.
Ia mengelusnya dengan lembut, membayangkan bagaimana jika Seyla masih berada di dunia ini. Apa mungkin wanita itu mau memaafkannya?
Tangannya beralih mengelus foto Alana. Reynan benar-benar memisahkannya dengan putri yang baru ia temui setengah hari itu.
Matanya berbinar ketika mengingat wajah lucu putri kecilnya itu. "Alana sayang, pasti sekarang kamu sudah besar, kan, nak? Pulanglah! Daddy sangat merindukanmu,"
