Chapter 1.2 | Another Day at School

18 1 1
                                    

Starlight Glimmer, bisa dibilang dia itu orangnya lumayan menarik dalam penampilan dan sikapnya. Ditambah dengan Talent dalam meramu minuman, yaitu Talented Barista, ia telah memikat banyak orang untuk datang ke tempat bekerjanya. Sebuah Cafe yang menyediakan berbagai minuman. Dengan ramuannya ia dapat memikat segala macam pelanggan. Termasuk diriku yang kadang-kadang datang ke cafenya untuk membeli teh untuk menenangkan pikiran.

"Ayolah, Natura, biasanya laki-laki mau loh disuapin sama sosok cewek yang disukainya. Pelanggan-pelanggan di tempat aku bekerja aja suka kalau aku yang melayani mereka." Starlight sudah mengangkat sendok yang berisi makanan dari bekalnya.

"Udah aku bilang aku enggak mau!" Aku berusaha menolaknya dengan terus mundur dan menutup mulut.

Walaupun aku masih fokus terhadap Starlight, aku bisa membayangkan bahwa kakak beradik tersebut menikmati pertunjukan ini.

"Hanya sekarang aja dong... kumohon..."

"Emang bedanya apa sama hari lain?! Pokoknya enggak!"

Sejujurnya, aku tidak buta terhadap perasaannya padaku. Sejak pertemuan pertama kita, sikapnya terhadapku semakin menonjol semakin kurun waktu. Dari cara bicaranya, bahasa tubuh, hingga tatapannya yang kadang-kadang menakutkan. Apa perlu aku bilang kalau dia juga gampang jealous kalau ada perempuan lain mendekatiku?

"Hump." Starlight merengut, menarik kembali sendoknya. "Kenapa sih kamu enggak kayak laki-laki lain..."

Sunstrike mengkomen, "Uh.. Starlight, kamu ngebicarakan tentang laki-laki tsundere sama temannya sendiri."

"Iya juga sih."

"...am I though?" aku gunggam.

Sunstrike Shimmer, seorang Hardcore Gamer yang memainkan segala macam game, bahkan game-game lama yang graphicnya masih tak jelas dimainkannya. Ini membuat sekolah ini memberikannya gelar Talented Gamer. Dan seperti Starlight, sifatnya pun begitu outgoing dan gampang berbaur dengan orang lain. Aku duga ini karena dia juga seorang youtuber.

Namun, kadang-kadang dia membuatku ketakutan dengan permainannya. Mungkin karena bosan atau apa, dia kadang-kadang suka menambahkan challenge yang tidak bisa dicapai oleh manusia biasa.

"Kamu mau apa?!"

Sautanku mengejutkan seluruh penghuni ruangan ini. Membekukan mulut mereka yang sedang mengunyah makanan. Sadar akan ini, dengan bertele-tele aku berusaha minta maaf. Namun Sunstrike hanya tertawa dari responku ini.

"Jujur, Natura. Aku enggak nyangka kamu bakal teriak begitu." Sunstrike tertawa. Aku hanya bisa menunduk malu.

David yang tadi berusaha menahan tawa karena masih ada makanan di mulutnya, langsung tertawa ketika makanan tersebut sudah habis. "Sama aku juga kaget! Kalau aja aku punya kamera, ekspresi kamu udah aku pajang di mading biar si Starlight cemburu."

"H-hei! A-apa hubungannya-"

Namun aku memotong kalimat Starlight. "Hei! Sunstrike mau nyelesein Dark Souls tanpa Damage?! Ya iyalah aku kaget! Aku aja kesusahan buat ngelewatin boss pertama!" cetusku.

Kemudian Sunstrike menyermik, "Itu sih kamu aja yang n00b. Kakak aku aja udah jauh dari itu walau mainnya masih jelek."

Aku ingin membela diri. Namun seperti membaca pikiran, David sudah ngomong duluan, "Pfft, katakan itu pada gamer yang gagal mainin game casual." Aku berusaha menahan tawa dari itu.

"Game mana yang kakak maksud?" Aku menyermik dari respon Sunstrike. Aku membiarkan David membalasnya.

"Oh kamu tahu... Tupai~"

"Tupai...!" Muka Sunstrike memerah malu setelah menyadari yang ia bicarakan. "U-Udah aku bilang itu gamenya aja yang jelek!" Sunset membela diri.

"And yet, kamu bisa nyelesein Metroid sekali coba."

Our Hill of ThreadsWhere stories live. Discover now