EXTRA CHAPTER

Mulai dari awal
                                    

Huh, sedikit tak rela sebenarnya. Tapi.... Sudahlah, karena sekarang kasta tertinggi di keluarga adalah tiga bayi gemul itu. Pikir Alaric.

Sayangnya, kegiatan Alaric tidak sampai disitu saja. Rupanya ia menginginkan hal yang lebih disaat sang istri merengek ingin tidur.

Payudaranya yang sekal, padat dan tentunya berisi terus dimainkan dengan remasan pelan dan mencoba untuk menggodanya.

Lenguhan pendek pun sayup-sayup terdengar dan lama-kelamaan Richelle terbuai untuk melanjutkan yang tidak hanya sekedar itu saja.

"H-hisap, emmh.." matanya berkedip sayu dengan binar gairah yang mendamba.

Alaric menyeringai. Pun bermenit-menit lamanya kegiatan di tubuh atas milik istrinya dilakukan penuh nafsu.

Menghirup dalam-dalam tiap lekukan tubuh Richelle. Pajamas yang dipakainya pun telah teronggok di sisi ranjang.

Merambat ke sekitar leher, meninggalkan banyak jejak cinta di sana sanggup membuat Richelle meringis perih. Rahangnya yang kecil pun tak tertinggal-- dicecap habis dan menggigitnya lembut.

Sampailah pada bibir ranum itu. Kecupan lembut sebagai permulaan, berubah menjadi keganasan yang membuat Richelle kewalahan.

Rasa kebas dan membengkak terasa berdenyut di bibirnya akibat ulah Alaric. Nafas mereka beradu seolah ingin tahu siapa yang paling rakus menghirup udara.

Satu-satunya kain tipis yang tersisa pun dirobek paksa. Richelle mendelik pasalnya itu adalah celana dalam baru yang harganya pun tidak murah untuk seukuran kian kecil itu.

Alaric terdiam untuk memuja keindahan makhluk Tuhan yang amat seksi itu. Jakunnya naik turun dengan tatapan tajam dan menggelap penuh gairah.

"Berhenti merusak pakaikan ku, Daddy!" Ia membentak namun yang terdengar justru malah suara lemah dan bergairah.

"Uang ku masih sanggup membeli semua isi toko untuk mu, Mommy."

"Aku tahu tapi-- mmpphh..."

Terlalu gemas dan tidak butuh ocehan tak berguna. Lagi-lagi Alaric menyerang bibirnya dengan ganas.

Satu menit cukup membuat Richelle tergemap karena kesulitan bernafas. Alaric justru tertawa geli.

Pria bertelanjang dada itu pun turun dari ranjang untuk melepaskan celana panjangnya.

Richelle meneguk ludah melihat tubuh sang suami yang sudah siap untuknya. Dengan perasaan tak sabar namun tak berani meminta, Richelle melebarkan kakinya dengan sendirinya.

Terlalu lebar sehingga bagian intimnya bak kelopak mawar indah itu pun nyaris membuat Alaric menggila.

Dan selanjutnya. Richelle kembali menjadi manusia tak berdaya dalam kuasa Alaric. Terlentang di waktu yang lama sampai pelepasan itu datang. Pasrah ketika tubuh lemahnya dibalik sehingga yang ia lihat adalah headboard yang berupa cermin. Wajahnya merah padam karena pantulan kegiatan mereka yang begitu erotis dan panas

Apalagi ketika Alaric menarik tubuhnya setengah berdiri tanpa menghentikan hujamannya yang brutal. Richelle menatap malu pada bagian depan tubuhnya yang tak tertutup sehelai benang pun.

Miliknya yang besar tentunya tidak Alaric anggurkan. Sakit dan nikmat dalam waktu bersamaan-- itu lah yang Richelle rasakan.

Jeritan di tengah malam menjelang pagi itu memenuhi kamar mereka. Alaric tidak pernah puas, menghiraukan kekesalan sang istri karena meja riasnya berantakan, ia ingin terus menggempurnya sampai waktu yang belum bisa ia tentukan.

Sialan. Beberapa kali Alaric mengumpat dalam hati, bagaimana bisa milik istrinya bisa senikmat ini?

Hentakan demi hentakan membuat Richelle lemah. Keringat bercucuran melengketkan kulit tubuh keduanya.

🎉 Kamu telah selesai membaca 𝙾𝚞𝚛 𝙳𝚎𝚜𝚝𝚒𝚗𝚢 (#𝟸 𝙴𝙳𝙼𝙾𝙽𝙳 𝚂𝙴𝚁𝙸𝙴𝚂)✓ 🎉
𝙾𝚞𝚛 𝙳𝚎𝚜𝚝𝚒𝚗𝚢 (#𝟸 𝙴𝙳𝙼𝙾𝙽𝙳 𝚂𝙴𝚁𝙸𝙴𝚂)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang