13. 용서 / forgiveness

280 55 30
                                    

Yerim akhirnya terbangun dari tidurnya

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Yerim akhirnya terbangun dari tidurnya. Mencari ponselnya dan mengangkat badannya untuk duduk ketika melihat jam menunjukkan pukul delapan malam. Dia tertidur beberapa jam karena kepalanya sakit sekali sesampainya mereka di Paris.

Ya, kelompoknya berhasil menyambut kesempatan emas sebagai kontestan finalisasi masak ini. Kelompok satu berhasil mendapat gelar terbaik dengan ide cemerlang yang diberikan gadis itu. Namun, ini belum selesai, Yerim serta anggota kelompok satu lainnya harus tetap konsisten mempertahankan kejuaraan ini jika ingin menjadi pemenang utama.

Gadis itu berdeham, merasakan dahaga di tenggorokan menyerbunya, ia butuh air untuk melumas tenggorokan keringnya. Kelengangan menyergap setelah berhasil mencapai ruang utama dan mendapat minuman yang dibutuhkan. Satu botol air mineral miliknya yang masih tersisa beberapa teguk lagi cukup untuk menuntaskan rasa dahaganya.

Gadis itu memutar matanya berkeliling, tidak ada seorang pun yang terjaga. Perjalanan panjang dari Seoul ke Paris tentu saja membuat siapapun lelah, terlebih waktu di Paris berjalan lebih lambat dibanding Seoul. Tepat saat ini, Korea masih menunjukkan pukul tiga dini hari, siapa juga yang masih terjaga di jam tidur seperti itu?

Ternyata ada.

Bunyi geseran pintu menyita atensi Jeongguk dari renungan sejenak, mendapati gadis dengan piyama motif bunga sedang berdiri memandangnya. Bukan, bukan hal mistis, hanya Bae Yerim yang mungkin terbangun dari tidur lelapnya.

"Kau belum tidur, Han?" tanya Yerim, berusaha mencairkan suasananya. Sejujurnya dia juga tidak berharap Jeongguk membalas pertanyaan bodohnya ini, mengingat pemuda itu sedang dalam mode jengkel padanya. Seketika Yerim merutuki dirinya sendiri, bisa-bisanya melontarkan pertanyaan retoris, bisa jadi efek baru bangun tidur. Memang lebih baik dia menghidari konversasi dengan siapapun ketika bangun tidur. "Ah, maaf, aku mengganggumu, ya?"

Hanya kekosongan dan suara serangga malam yang didengar, pemuda itu enggan sekali membuka mulut dan berbicara padanya sejak beberapa hari yang lalu. Hingga titik frustasi Yerim harus duduk di bangku yang sama dalam pesawat tanpa obrolan sama sekali. Sudah gila Yerim berpikir lebih baik mereka beradu argumen dibanding Jeongguk mendiamkannya tanpa sepatah kata. Namun, itu kenyataan yang dia rasakan.

"Aku balik dulu. Selamat menikmati malammu," cicit gadis itu, lalu membalik tubuh mungilnya hendak masuk kembali ke rumah utama para kontestan.

"Aku..." Tanpa aba-aba, kaki Yerim otomatis mengerem. Membalik badannya sigap, meskipun masih harus memandangi punggung Jeongguk, setidaknya Jeongguk sudah berniat berbicara kepadanya. "Tidak suka caramu bercanda."

Masih bungkam, Yerim menunggu kelanjutan ucapan sang pemuda. Serius deh, dalam kondisi ini, Yerim merasa seperti sedang dinilai oleh dosen killer-nya semasa kuliah, menegangkan. Rasanya sama persis.

"Aku minta maaf, Han. Terlepas dari suruhan Sutradara, itu memang ideku. Aku minta maaf." Mengenai rasa paniknya tempo hari, itu merupakan idenya untuk menjahili Jeongguk di hari ulang tahun lelaki itu.

SWEET IN YOUOnde as histórias ganham vida. Descobre agora