"Kenapa, mba?"

Wanita itu berlari menaiki anak tangga menghampiri Annisa. "Non, mau kemana?"

"Eemm.. mau ke kamar," ucap Annisa sembari menunjuk sebuah kamar yang terletak di sudut rumah dekat jendela.

Kemudian wanita itu menarik pelan pergelangan tangan Annisa, membawanya kembali pada kamar yang berada dekat tangga.

"Non Annis salah arah, kamar Non itu disini," tunjuk nya pada pintu kamar berwarna putih.

Annisa mengerutkan keningnya, "Loh, tadi mas Hanan masuk ke kamar itu," tunjuk nya lagi pada kamar di ujung sana.

Tuti yang bingung bagaimana cara menjelaskan nya pada Annisa terdiam kikuk, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Itu, Non.. anu.. eemm.."

Annisa hanya geleng-geleng kepala, tak memperdulikan apa yang dikatakan pelayan rumah nya, ia kembali berjalan mendekati pintu kamar yang masih tertutup.

"Aduhh, Non.. mending di kamar Non ajah yuuk," bujuk Tuti sembari menarik lengan Annisa lagi.

Sontak saja Annisa melepaskan tarikan pelayan nya itu sedikit kasar. "Kenapa sih, mba?"

Melihat itu, membuat Tuti terkejut dan bungkam seketika.

"Saya cuma mau tidur di kamar, apa bedanya tidur di kamar ini sama kamar yang di sana? lagian juga, tadi mas Hanan masuk ke kamar ini kok." Ujar Annisa sedikit keras.

Kemudian gadis itu menghela nafas pelan, kembali berbalik dan meraih knop pintu itu ketika tiba-tiba saja pintu di hadapan nya terbuka dari dalam.

"Ngapain kamu disini?"

Pertanyaan yang membuat Annisa terkejut bukan main.

"A..aku mau ti..tidur," jawab Annisa terbata setelah melihat wajah dingin Hanan.

"Ini kamar saya, kamu punya kamar sendiri," jelas Hanan.

Gadis itu mendongak, membalas tatapan tajam dari Hanan.

"Kita tidur terpisah, mas?" Tanya Annisa.

"Menurut kamu?"

Annisa menggeleng kan kepalanya tak percaya, "Tapi kenapa?"

"Istirahat sana, kamu baru sembuh, saya ngantuk." Usir Hanan dan kembali menutup pintu.

Dapat Annisa dengar suara gerakan konci dari lubang knop pintu. Gadis itu masih tak mengerti apa maksud dari semua ini.

Semua tentang Hanan yang selalu bersikap dingin sedari pulang dari Rumah Sakit tadi pagi, tentang apa yang terjadi pada rumah tangganya. Annisa harus mencari tahu tentang hal itu.

"Mari, Non. Mba antar," ucap Tuti dan Annisa hanya menurut.

'Apa selama ini aku dan mas Hanan pisah ranjang?'

***

"Balqis, Mas Hanan kenapa ya?"

Balqis yang masih mengunyah bakso nya sempat tersedak mendengar ucapan dari seseorang di sebrang sana.

"Kenapa apanya?" Tanya Balqis tak mengerti.

"Kata kak Laura, pernikahan aku dan mas Hanan baru tiga bulan, itu benar?"

Balqis mengangguk meski Annisa tak melihat sahabatnya membenarkan ucapan nya barusan.

"Bener ga?" Tanya Annisa lagi.

"Iya, iya, bener. Terus kenapa?"

Annisa bangkit dari tidurnya kemudian menangkup guling. "Aneh aja gitu,"

Sekali Seumur HidupWhere stories live. Discover now