❤️Ingatan Annisa

Start from the beginning
                                    

Lisannya masih terus bergerak dengan tubuh sedikit dicondongkan ke depan. Hanya Balqis yang berada di sisi ranjang Annisa sekarang, Laura yang sedang berhalangan hanya membacakan dzikir dan shalawat untuknya.

"Shadaqallahul'adzim..."

Balqis menutup Al Qur'an dan mencium kitab suci itu dengan khidmah, lalu kembali meletakkan nya di atas nakas.

Masih belum ada respon dari tubuh diam itu. Matanya tak lepas dari wajah pucat Annisa. Laura menghampiri Balqis, ikut memandang pilu adik kesayangannya yang masih terbaring lemah. Oksigen yang menutupi sebagian wajahnya sudah diganti dengan selang yang melingkar di hidung Annisa.

"Annisa.." panggil Laura saat melihat pergerakan dari tangan adik nya.

"Balqis.., Annisa udah siuman," ucap Laura yang di angguki cepat dan senyum sumringah Balqis.

Mereka dapat melihat pergerakan kelopak mata Annisa yang sedikit terbuka, hingga akhirnya terbuka sempurna.

Annisa telah sadar sepenuhnya.

Ardi yang baru saja datang ikut menghampiri ranjang putri nya. Kemudian tangan nya membelai puncak kepala Annisa pelan.

"Annis.. kamu sudah bangun, Nak?" Tanya Ardi lembut, gadis itu hanya melirik tanpa ada jawaban.

"Balqis, cepat hubungi Hanan sekarang." Titah Laura yang di angguki oleh Balqis.

"Annisa, ini kakak. Apa yang sekarang kamu rasakan, sayang?"

Gadis itu menoleh, menatap Laura dan Ardi bergantian yang juga sedang memandang nya dengan pandangan terharu.

Masih diam, Annisa tak mengeluarkan suara apapun, seperti sedang memperhatikan sesuatu, membuat Laura dan Ardi melirik saling pandang seolah bertanya 'ada apa dengan Annisa?'

"Annisa, kamu kenapa, sayang?" Tanya Laura lembut.

"Kalian siapa?"

AllahuAkbar!

Seperti ada yang menohok hati mereka. Tak hanya Laura dan Ardi yang terkejut, Balqis yang baru ingin melangkah masuk sama terkejutnya ketika mendengar Annisa bicara seperti itu. Gadis itu memandang ponselnya kesal karena Hanan sedari tadi sangat sulit di hubungi, ia berlari pergi cepat, berinisiatif untuk mencari Hanan sekarang.

"Ini ayah, Nak. Dan ini kakak kamu, Laura." Jelas Ardi.

Annisa mengernyitkan kening nya, ia melirik kesisi kanan "Ayah..?" Kemudian beralih kesisi kiri "Kakak..?"

"Nama kamu Annisa, sayang." Tambah Laura lagi.

"Annisa?" Laura mengangguk, "Aku.. Annisa..?"

Cukup Sudah. Laura tak tahan lagi menahan bendungan air di pelupuk matanya. Ia berlari keluar untuk mencari Dokter yang merawat Annisa. Sedangkan Ardi mencoba menjelaskan pada putri nya untuk membantu gadis itu mengingat kembali.

Selama Dokter memeriksa, Laura masih belum berhenti menangis di pelukan Ardi. Ia merasa sangat terpukul melihat keadaan adiknya saat ini. Adik yang sangat dicintainya, kini tak mengenal dirinya lagi.

Sekali Seumur HidupWhere stories live. Discover now