Aku membalas tatapannya, merasa jengkel.

"Melyssa Craig" jawabku.

***

Hari itu juga, aku diberi pakaian ganti untuk bekerja. Sama seperti mereka, baju chef berkerah lengan pendek berwarna hitam dengan garis putih di ujung lengannya dan saku untuk menaruh pulpen di lengan kiri.

Ini gila, menurutku. Bayangkan, aku belum ditanya apa-apa, sudah main diterima di tempat ini saja.

Namun, karena aku sangat memerlukan pekerjaan ini, maka aku hanya diam ketika disuruh ke ruang ganti.

TOK TOK! "Hey, kau sudah selesai?" Tanya seseorang, aku melihat rambut merahnya menyembul di ujung pintu, Ellena.

Ellena pun berjalan masuk, lalu dia mengulurkan tangannya "Ellena Watz, kau?" Aku menyambutnya "Melyssa Craig" jawabku.

"Ayo, Goff sudah mulai ramai. Biar Jaden menjelaskan beberapa hal sebelum kau memulai hari pertamamu disini." Ucapnya padaku. Aku menggangguk lalu mengikutinya keluar ruang ganti.

***

Sudah lebih dari 2 minggu aku bekerja di Goff (singkatan dari Goffell), dan aku mulai terbiasa dengan semua pekerjaan disini. Tidak susah,namun hanya sibuk bila sedang banyak pelanggan. Aku dan Jaden bertugas di depan seperti melayani tamu, membersihkan meja, ataupun membuat kopi sedangkan Ryan dan Ellena lebih suka di belakang seperti me-reffill kue, membuat makanan ala carte, ataupun membantu kami bila sedang sibuk

Aku juga mulai mengenal ketiga rekan kerjaku. Ellena, berumur 23 tahun sama denganku, sangat ceria namun kadang suka merumitkan sesuatu. Ryan, baru berumur 17 tahun, namun dia lebih tenang dan teratur, walau kadang suka lola (loading lama) dan pelupa. Sedangkan Jaden, berumur 25 tahun, sok cool, pendiam, namun ramah dan teratur.

Ku langkahkan kakiku memasuki bar, dan aku hanya melihat Jaden "Dimana yang lain?" Tanyaku heran. Jaden melirikku sedikit "Ellena sedang libur, dan Ryan ijin karena sakit. Mungkin baru 3 hari lagi mereka akan masuk" jawabnya.

Aku mengganguk, kulangkahkan kakiku menuju lemari kaca untuk men-display kue-kue baru ketika Jaden berkata "Hari ini kau ada acara, tidak?" Tanyanya.

Aku diam sebentar "Sebenarnya tidak juga, aku hanya ingin ke toko buku beberapa blok dari sini lalu membeli makan malam" jawabku.

"Kalau begitu, aku ikut. Karena aku ingin ke toko bahan makanan untuk cafe ini" pintanya. Aku menggangguk dan kami kembali ke pekerjaan kami.

***

Sepulang dari Goff sekitar pukul 6, aku dan Jaden berjalan beriringan menuju toko buku yang kutuju. Kami tidak terlalu banyak bicara, namun bukan berarti suasananya canggung. Tidak, kami hanya bersikap biasa.

Setelah aku mendapatkan buku yang kumau, kami beranjak keluar toko buku "Kau tampak kerepotan" komentarnya melihatku membawa sekantong besar berisikan buku pilihanku, yeah, aku memang penggila buku dan karena seri buku ini sulit ditemukan aku memilih membeli lengkap satu serial.

"Yeah, begitulah" gumamku. Tiba-tiba, Jaden sudah menarik kantong itu ke tangannya "Sini, biar aku bawakan" tawarnya. Aku agak kaget, namun tidak menolaknya "Emh, trims" ucapku. Jaden hanya mengganguk lalu kami melangkah menuju toko bahan makanan, disana Jaden tetap membawakan belanjaanku padahal tangannya sudah penuh oleh bahan makanan untuk cafe.

"Kau tidak kerepotan?" Gantian sekarang aku yang bertanya, namun dia menggeleng "Biar aku mengantarmu sampai depan apartemenmu, okay?" Tawarnya. Aku menggangguk dan memilih mengalah daripada sok-sok-an membantunya.

Dan, segalanya berubah semenjak hari itu.

***

"Hei! Jalan yuk!" Ajak Ellena setelah 3 hari kemudian dia masuk, Ryan ternyata masih sakit dan dirawat sehingga belum bisa bekerja.

Elastic HeartWhere stories live. Discover now