"Sepeluh menit lagi ya?" izin Lengkara pelan. Gadis itu menatap memohon ke ketiga lelaki di hadapannya itu.

Ketiganya terlihat diam sejenak sebelum akhirnya mengangguk pelan, lalu beranjak pergi meninggalkan Lengkara sendirian.

"Masnaka...," panggil Lengkara pelan setelah tak melihat keberadaan ketiga lelaki itu di hadapannya lagi.

Tangan gadis itu mengambil ponsel dari dalam saku seragamnya. Diujung ponsel itu sudah tersemat earphone yang sedari dulu Lengkara gunakan sewaktu Masnaka hidup.

"Aku kangen denger lagu bareng kamu," ucap gadis itu diakhiri kekehan di akhir kalimatnya. Embusan angin menerbangkan helaian rambut panjang gadis itu.

Jari jemari Lengkara bergerak pelan membuka aplikasi spotify di dalam ponselnya.

Gadis itu kemudian memutar playlist yang dulu Masnaka buatkan diam-diam untuknya. Satu earphone tersemat di telinganya, sementara earphone yang lain ia biarkan berada di atas makam Masnaka.

Lengkara perlahan menutup matanya, berusaha mengingat kembali momen yang dulu ia dan Masnaka lalui saat lelaki itu masih hidup.

"Kamu suka danau ya?"

"Suka kamu."

"Kenapa bisa suka aku?"

"Karena tidak ada alasan untuk tidak suka kamu, Kara."

Tetesan demi tetesan air mata telah membasahi wajah Lengkara. Gadis itu perlahan kembali membuka matanya.

Lengkara terlihat tersenyum di antara linangan air matanya. "Sekarang Dela udah bisa jalan dan bisa manggil nama aku, Ka."

Lengkara terkekeh, meski perasaannya kini sangat pilu. "Kalau kamu ada, Dela pasti bisa manggil nama kamu juga."

'Kar, jangan cepat-cepat lupain aku ya.'

Lengkara menggelengkan kepalanya pelan. Sedari dulu Masnaka sangat takut dilupakan.

"Kamu jangan takut Naka, aku bisa pastiin Dela tau kalau Masnaka itu ada." Tangan Lengkara mengusap batu nisan di hadapannya.

"Suatu hari nanti, aku bakalan ceritain ke Dela tentang seorang lelaki hebat, lelaki yang tak takut sakit walau ia hancur."

Lengkara menghirup napas dalam-dalam, mengisi paru-parunya yang terasa sangat kosong. "Sayang," lirih gadis itu pelan.

"Aku akan pergi jauh."

Lengkara terdiam lama, gadis itu menatap sendu makam Masnaka di hadapannya. "Aku lulus SNMPTN. Jurusan Kedokteran, tapi bukan di pulau ini."

"Aku akan pergi jauh dari tempat ini Naka.... Tempat di mana semua kenangan kita tersimpan. Kenangan Uta—Ara, dan kenangan Masnaka—Lengkara." Gerimis datang tanpa diundang. Angin bertiup lebih kencang dibanding sebelumnya.

Lengkara perlahan mendongakkan kepalanya merasakan tiap rintik hujan yang turun mengenai wajahnya. Earphone yang tersemat di sebelah telinga gadis itu masih setia memutar lagunya.

Mata Lengkara terpejam erat, tangan gadis itu terkepal kuat di kedua sisi tubuhnya. "Kamu tidak akan marah, kan, Ka?"

Tidak ada jawaban.

"Walau raga kamu kini sudah menyatu dengan bumi, kamu akan tetap abadi di hati aku, Ka," lirih gadis itu.

Pandangan gadis itu kembali turun menatap nisan yang bertuliskan nama Masnaka. "Kamu takut hilang?" tanyanya lirih. Gadis itu menggeleng pelan.

"Kamu gak akan menghilang, Ka." Suara Lengkara terdengar semakin parau. Lengkara terus menumpahkan rasa sedihnya lewat air mata yang mengalir di wajahnya. Hanya itu yang bisa membuat perasaan sesak di dalam dirinya sedikit menghilang.

"Kar," panggil Sekala. Laki-laki itu datang memayungi tubuh Lengkara.

Lengkara perlahan mendongakkan kepalanya, membiarkan Sekala melihat wajah penuh air matanya itu. "Kal...."

"Pulang, ya? Nanti kamu sakit," ajak lelaki itu, satu tangannya terulur menggapai jari-jemari Lengkara dan membantu gadis itu untuk berdiri.

Lengkara perlahan berdiri lalu termenung sejenak. Gadis itu menatap kosong rumput hijau yang tumbuh di atas makam Masnaka. Ia tak pernah menyangka kisahnya akan berakhir setragis ini.

Gadis itu menundukkan, ia kembali mencium sayang nisan kekasih hatinya itu, sebelum akhirnya berbisik dengan sangat pelan di sana.

"Aku sangat cinta kamu, Naka. Sangat cinta walau Tuhan memisahkan kita dengan cara yang paling menyakitkan."

tbc

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

tbc.

Spam 'next'

Spam 'Masnaka Lengkara'

Spoiler :

"Lo gak ada niatan buat nyari Prima, De?"

"Gue harap, gue gak ketemu dia lagi, Kar."

Tanda tangan novel 01.00

00

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ig :-Ameysiaa-Aameyliafalensia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ig :
-Ameysiaa
-Aameyliafalensia

01.00Where stories live. Discover now