Rinai Pagi

174 28 21
                                    

Masih dunia yang sama, disaat fajar menjelang, disaat goresan pekatnya malam berarak pergi meninggalkan semesta.  Disaat pagi akhirnya menyapa.

Menyapa semua yang hidup, menyapa semua yang kini tengah berjuang dengan takdir dan hidupnya. 

Pagi adalah awal dari segala kehidupan.  Pagi adalah awal dimana semangat dan takdir ditancapkan didalam keyakinan.

Dan ...

"Selamat pagi"

Jaemin yang tengah sibuk di dapur menolehkan kepalanya kearah sang papi yang baru saja bangun.  Pria paruh baya yang masih menggunakan pakaian tidur favorit nya itu kemudian duduk begitu saja di kursi makan.  Kaus oblong dan celana longgar.

"Pagi pi" sapa Jaemin yang kemudian mengulas satu barisan senyuman kecil yang ia arahkan pada Mino yang tengah menahan kantuk.  Pria itu menguap sesekali menandakan kalau malam tadi tidurnya tidaklah senyenyak biasanya.  Jaemin sedikit menahan nafasnya lalu menggelengkan kepalanya kembali membalikan badan.

"Masak apa Na?"

"Masak aer pi" balas Jaemin sekena nya.  Tidak bermaksud berkelakar, tapi memang ia tengah menunggu air matang untuk sekedar membuat kopi dan teh hangat di pagi hari.

"Yang mateng ya Na" balas Mino, yang seolah sudah paham kerandoman putra nya ini.

Jaemin mendengus mendengarnya.  Saat terdengar sedikit deritan pria manis itu buru-buru mematikan kompor dan meraih satu buah lap kemudian meraih panci yang berisi air mendidih.

"Papi mau bikin kopi ga?"

Mino mengangguk dan kemudian menaikkan jemarinya ke pelipis, memijat kepalanya yang sedikit pening.

"Kayanya mendingan minum teh aja deh pi, jangan kopi" sahut Jaemin lagi, yang malah menyodorkan satu cangkir teh hangat kearah Mino yang mau tidak mau membuat pria tampan itu mendongak dan menggelengkan kepalanya.

"Kan kamu yang nawarin Na, gimana sih? Udah pantes ini gantiin mami didapur"

Jaemin mendengus mendengarnya.  "Ya engga lah, keenakan papi sama Jeno kalo aku ngurusin dapur"

"Oh iya, Jeno mana? Ko ga keliatan?"

"Bersihin rumput pi" balas Jaemin disela sesapan teh hangat nya.  Mino yang mendengarnya membulatkan kedua matanya kaget.

"Yang bener kamu Na?"

"Ya masa iya Jeno bersihin rumput pi ... Bisa alergi dia"

Mino mencelos mendengarnya, tapi sedetik kemudian ia mengulas senyuman kecilnya sebelum akhirnya tangannya meraih cangkir yang masih mengepul.

"Bangunin gih, kita cari sarapan"

"Kenapa ga masak aja?" tanya Jaemin yang sanggup membuat kedua alis Mino bersatu.

"Kamu yakin mau makan hasil masakan papi?" tantang Mino, satu alisnya terangkat kearah putra kembarnya dengan seringai yang sengaja ia arahkan.  Baru saja Jaemin hendak membuka suaranya, suara berat lain menyambutnya.

"Enggak deh, jangan Na. Mending kita cari sarapan diluar aja. Praktis dan pastinya aman buat perut kita"

Mino dan Jaemin yang sama-sama menoleh kearah Jeno kemudian berpandangan dengan pandangan berbeda.

"Papi sih ga masalah.  Setiap orang kan bisa belajar, apalagi cuma masalah masak. Gampang lah itu, tinggal cari resep dan tutorial nya di yutube terus praktek deh" sahut Mino santai, ia menyesap teh hangatnya dan menenggaknya sampai habis kemudian mendongak menatap wajah Jeno yang menandakan kengerian luar biasa.

PAPA [ Ohana - Interlude ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang