Ketika Henry dan Isaac berbicara, alis Johann terangkat.

Aku menarik lengan baju mereka dengan bingung.

"Tidak. Dia tidak pernah menggangguku. Aku sendiri yang datang padanya!"

"Dik, kenapa kamu melakukannya?"

"Kamu tidak perlu khawatir tentang dia, Leblaine."

Maksudku, bukan itu.

Johann memunggungiku saat aku berkata, "Tidak!" Tanpa mengatakan apapun, dia menjauh dari kami.

Aku menghentakkan kaki ku.

"Bukan begitu! Aku benar-benar hanya mengikuti Yohan!"

"……Benarkah?"

Isaac bertanya dan Henry memasang wajah kaku.

Henry dengan lembut meraih pundakku dan menatap mataku.

"Aku sudah bilang. Dia orang yang berbahaya, jadi jangan pernah berdua dengannya."

Aku merajuk dan memandang mereka.

"Leblaine?" Henry memanggil.

"Johann tidak terlihat seperti orang jahat."

"Dik, dia tidak punya emosi sama sekali!"

"Saat aku pergi menonton drama dengan para pelayan tahun lalu, semua orang menangis karena mereka sedih, tapi aku tidak menangis. Jadi, apakah aku orang jahat?"

Isaac berteriak dengan panik

"Tidak…!"

"Henry tidak harus mengecek dokumen akuntansi hari ini, kan? Itu sebabnya kamu punya waktu untuk membaca buku."

"…Iya."

"Isaac tidak melatih para ksatria, kan? Agar bisa makan camilan denganku."

"Iya."

"Semuanya dikerjakan oleh Johann."

"……"

"……"

Aku mengibaskan tangan Henry dan Isaac. Dengan ekspresi cemberut di wajahku.

***

Ketika aku kembali ke kamarku, aku melihat gadis cantik—, maksudku pria tampan berambut panjang makan camilan di tempat tidurku....

"Camilanku...."

"Rasanya tidak terlalu enak."

"Lalu kenapa kamu memakan semuanya?"

"Bosan."

Ada beberapa batasan yang dimiliki iblis. Satu, dia tidak bisa lebih dari satu kilometer jauhnya dariku, dan jika aku dalam kondisis buruk, orang-orang bisa melihat iblis.

'Aku harus cepat mengirimnya kembali sebelum pergi ke ibu kota.'

Aku mengambil amplop yang kusimpan di bawah tempat tidur. Itu surat dari Seria.

[Setelah Adolf, salah satu dari 21 pendeta, dieksekusi, pergerakan kuil menjadi luar biasa. Mereka mencari cara untuk mengembalikan kehormatan mereka yang telah jatuh. Etwal, simbol penting kuil, dipajang di kapel selama beberapa hari...]

'Kehidupanku sebelumnya, belum pernah melihat etwal dipajang.'

Tampaknya mereka cukup terdesak sampai-sampai mengeluarkan benda suci untuk memenangkan hati orang-orang yang kecewa.

Aku memeriksa gambar kuil Etwal yang dikirim oleh Seria.

'Hah?'

Aku mengerutkan kening karena terkejut.

TBRADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang