Chapter 7

1.4K 270 24
                                    

"Naya gimana kabarnya?" tanya Bunda yang baru saja duduk di kursi meja makan menghadap Rang.

"Baik," jawab Rang sambil makan siang.

Setelah mengantar Naya ke Bandara Rang tak pulang ke kediamannya yang baru. Rang lebih milih datang ke rumah orang tuanya.

Alasannya sederhana, Rang hanya rindu rumah. Meskipun kedua tempat tinggalnya tak senyaman tempat pulang anak-anak beruntung yang mendapatkan kehangatan keluarga.

"Kenapa gak diajak ke sini?"

"Nayanya gak ada."

"Maksud kamu?"

Rang berhenti sejenak dari aktivitas makannya. "Naya gak di rumah. Naya baru aja pergi liburan ke Singapura," jelasnya lalu makan kembali.

"Apa?! Ke Singapura!" Suara Bunda naik.

"Kamu gimana sih?! Kamu biarin dia pergi gitu aja?"

"Kalau dia kenapa-napa gimana?! Naya itu tanggungjawab kamu!"

"Gimana sih kamu! Kamu itu suaminya! Udah jadi suami masih aja gak bener! Bukannya jagain istri malah dibiarin pergi!"

"Dari dulu kamu itu gak pernah bener! Sekolah gak bener! Kuliah gak bener! Kerja juga gak bener! Dan jadi suami juga gak ada benernya!"

Rang yang tadinya sangat menikmati makanannya kini rasa nikmat itu hilang seketika. Saat ini perasaannya mendadak tak nyaman. Dimarahi saat makan begitu terasa menyakitkan.

"Aku juga gak mau biarin Naya pergi sendirian, Bun. Aku udah menawarkan diri untuk nemenin dia. Tapi dianya gak mau. Dia juga mendapatkan izin dari orang tuanya," jelas Rang.

"Alah! Alesan kamu! Kamu memang gak tegas aja!"

"Dikasih amanah buat gantiin Arga bukannya dijalankan dengan bener malah gak ada tanggungjawabnya! Kalau Arga ada pasti dia gak bakal biarin Naya pergi! Kamu memang gak ada gunanya, Rang! Dari kecil sampe sekarang gak bisa apa-apa!" Ketus Bunda lalu melenggang pergi dengan kesal.

Rang menunduk dan tak lama kemudian seseorang dari belakang mengusap pundaknya.

"Sabar ya, Mas," ucap Sus Rina yang prihatin setiap kali melihat perlakuan tak adil yang didapatkan saudara asuhannya.

"Makasih, Sus."

Rang bangkit meninggalkan meja makan dengan mengisakan makanan yang belum ia selesaikan.

Langkah Rang terhenti di kursi belakang rumah. Rang duduk sambil melihat taman belakang. Ada Kara di sana sedang bermain bersama ayahnya. Hari ini hari libur dan setiap libur adiknya itu akan menghabiskan waktu bersama Ayah atau Bunda.

Rang mengingat ke masa lalunya. Melihat tubuh kecilnya bermain di taman itu. Berlari-lari bersama Arga. Namun, kesenangan itu hanya sesaat. Terhenti saat Arga terjatuh dan mendapatkan luka di lututnya.

Kejadian itu membuatnya dimarahi. Disalahkan atas musibah yang terjadi pada Arga. Karena dirinyalah yang mengajak Arga bermain dan membuat anak kesayangan orang tuanya itu terluka.

Mengingat kejadian itu membuat hati Rang semakin perih. Ia juga tak ingin dilahirkan setakberguna ini. Ia juga tak ingin dilahirkan menjadi anak yang bodoh. Tidak bisa apa-apa dan hanya mampu memetik sinar ginar dan mengandalkan suaranya untuk mencurahkan rasa sakitnya lewat nyanyian.

Rang memeriksa ponselnya. Namun, belum ada kabar apapun dari Naya.

Rang mengetikan pesan untuk Naya.

Rang:
Assalamualaikum
Naya, aku pulang ke rumah ayah bunda
Selama kamu pergi aku akan di sini
Kalau sudah sampe kabarin ya

Rang kembali melihat Kara dan melambai pada adiknya itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 17, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RANG | PRIA PENGGANTI Where stories live. Discover now