epsilon

1.3K 233 45
                                    

"Yak, PDD gimana PDD?"

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

"Yak, PDD gimana PDD?"

"PDD lagi proses ngelobi univ bareng humas buat ngizinin panggung outdoor sama pameran indoor, kak. Katanya bagusan kita pakai graha aja, tapi takutnya sempit kalau tempat panggung disamain sama pamerannya, mana masih jaman corona gini, nggak bagus banget pakai panggung indoor."

"Hmm, oke. Pastiin kita dapet izin sebelum lusa. Perkap nggak bisa mulai ngerjain panggung kalau kita belum dapet izin,"

Felix mengangguk, mencoret beberapa hal dari buku catatannya. "Kalau lusa nggak dapet izin juga, jadi pakai panggung indoor, tapi resikonya jumlah tamu undangan dikurangin, kan?"

Panitia-panitia seksi acara menarik nafas tajam dan mengeluh di bawah nafas mereka.

"Iya. Kalau tamu undangan dikurangin berarti pertanggungjawaban dana ke univ juga ada yang harus diubah. Jadi tugas kalian, PDD sama humas, penting banget."

Felix mengangguk-angguk. Karina di sebelahnya nyaris menangis frustrasi, merutuki di bawah nafasnya keputusannya dulu untuk ikut ke dalam kepanitiaan.

UKM Kesenian sedang hendak menyelenggarakan kegiatan malam apresiasi seni, dengan pameran dan live music. Rencana sudah disusun dengan rapi, hanya saja mereka sering dipersulit oleh pihak universitas dengan bermacam alasan. Katanya sih karena upaya pencegahan penyebaran virus, namun Felix sih, yakin kalau itu karena UKM mereka berbasis seni yang menurut kampus tidak terlalu penting dibanding UKM akademik dan olahraga.

Seseorang menjatuhkan kepala di bahunya, Felix menoleh dan menemukan Hyunjin mengangsurkan iPadnya, menunjukkan desain banner yang ternyata digambarnya selama rapat berlangsung. Dari tadi Felix pikir dia sibuk mencatat notulensi rapat dengan tablet dan stylus pennya.

Felix menatapnya putus asa, tidak tahu harus memujinya atau memarahinya. "Bagus, tapi kenapa susah-susah digambar, anjir? Nggak bisa diedit aja pakai photoshop?" Dia mengedarkan tablet Hyunjin kepada anggota divisinya yang lain, yang berdecak mengapresiasi.

"Gue nggak bisa ngedit," bisik Hyunjin dengan cengiran. "Jadi mending gue gambar digital."

"Bagus, nanti abis rapat selesai tanya ke anak acara mau mereka yang kayak gitu apa enggak,"

Hyunjin mengangguk, menerima kembali tabletnya dan mulai menggambar lagi, kali ini dia mengerjakan desain untuk poster promosi.

Saat pertama ditawari untuk bergabung menjadi salah satu panitia, Felix sebenarnya tidak begitu tertarik. Namun Hyunjin dengan semangat mengajaknya bergabung menjadi bagian dari seksi Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi, mengatakan sia-sia saja skill majalah dinding yang Felix punya itu kalau tidak digunakan; Felix langsung setuju. Namun dia lupa kalau kepanitiaan ternyata bisa semelelahkan itu.

Rapat yang dimulai setelah Maghrib itu baru dibubarkan pukul sepuluh, Hyunjin menawarkan untuk mengantarkan Karina kembali ke asrama dan Felix pulang ke kos, namun gadis itu berkata dia lebih memilih tidur di ruang sekretariat UKM.

Dalliance [2/2] +JilixNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ