1-Senin, Hujan

105 13 16
                                    

Pukul sembilan kurang enam menit delapan detik, lelaki berkaos oblong dengan celana Jeans andalan nya dan Sepatu yang hanya diinjak ujung nya tidak lupa dengan Topi hitam polos yang menutupi surai coklat keemasan nya; hasil gabut malam Selasa yang lalu. Mengaitkan Tas pada kedua pundak nya, lantas bergegas mengambil Helm lalu berpamitan pada sang Ibu.

"Berangkat ya, Mak"

"Kayak gini mau ke Kampus? Kamu lebih mirip gembel ya, Chan!!"

Itu Mama nya, perempuan cantik dengan segala kerutan di wajah nya justru menambah kesan tambah cantik.

"Orang cuman ngerjain tugas doang"

"Ya tetep aja, gimana mau laku coba kamu tuh. Penampilan aja kayak gembel gitu"

"Yang penting dompet tebel, Mak. Udah ah jangan ngomel terus"

"Chan, inget kata-kata Jekate porti eg. Penampilan itu menguntugkan!!"

"Iya, Mak. Assalamualaikum"

"Walaikumsalam"

Nama nya, Chandra Haekal Gemilang. Di produksi oleh Jonatan Alfian dan Mawar. Menjadi sosok manusia tepat pada hari keenam dari tiga puluh deretan hari di bulan Juni, tahun 2000 silam. Bagi Jonatan, tidak ada yang bisa di pamerkan dari Chandra ketika ia berkumpul bersama keluarga besar. Meskipun begitu, baik Jonatan maupun Mawar tidak pernah mempermasalahkan hal itu, bagi mereka Chandra tetap anak terhebat diantara puluhan sepupu-sepupu nya yang lain. Jangan lupa, Chandra cukup punya wajah tampan. Sedikit.

Chandra memasuki Caffee dimana sudah banyak kumpulan orang-orang yang duduk secara berkelompok di masing-masing meja mereka, bercengkrama sambil menikmati apa yang ada di depan mereka.

"Woi Haekal!! Lama amat, dari mana aja?"

Ketika perkenalan disetiap acara atau hal lain, dirinya sendiri bingung harus mengatakan siapa nama panggilan nya. Kadang Haekal, kadang Chandra, kadang Ijon; nama Ayah nya. Jadi, jalan pintas nya adalah menjawab "Serah aja mau manggil apaan"

"Mengarungi tujuh Samudera dulu"

"Kesiangan bangun kan lo?"

"Nyoh tau"

__________

Ada banyak hal yang tidak bisa di prediksi di Dunia ini, salah satu nya adalah Cuaca. Haekal mendecak menatap lalu jalanan yang tetap ramai meskipun Banjarmasin diguyur hujan sejak satu jam dikurang empat puluh lima menit yang lalu. Haekal bukan orang yang suka hujan, meratapi hal-hal galau dibawah gemericik hujan. Bukan berarti Haekal membenci hujan juga.

Baginya, ada takaran tersendiri perihal menyukai dan membenci. Pun pada hujan, Haekal tidak menyukai hujan karena ia akan mendadak pilek. Tapi, ia juga menyukai hujan ketimbang berada dibawah sinar Matahari yang membuatnya bersin berpuluh-puluh kali. Apa bahasa nya? Balance!

Mata nya menangkap sosok perempuan yang pakaian nya sedikit basah dan dengan rambut tergerai panjang dan beterbangan akibat ditiup angin, padahal perempuan itu menggunakan Payung. Baju perempuan itu terlihat menampilkan tubuh nya lantaran basah. Haekal bukan tipikal lelaki romantis, tapi ia punya naluri dan kepekaan.

Didekati nya perempuan itu, mengeluarkan Jaket dari Tas nya menyerahkan tanpa suara.

"Buat saya?"

"Iya"

"Eh gapapa, Mas. Ga usah"

"Pakai aja, nyeplak tuh"

ℙ𝕝𝕦𝕧𝕚𝕠𝕡𝕙𝕚𝕝𝕖 [LEE HAECHAN]Where stories live. Discover now