Saat Justin berada di salah satu balkon, kembali terbayang saat Justin mendapatkan Dean sudah terkapar tidak berdaya.

"Kemana Mate ku?! Kenapa kau tidak bisa dikabari?!" tanya Justin mencengkram kerah milik Jane.

Jane yang sedang ketakutan kini hanya bisa menunduk.

Justin melihat Dean yang tengah terkapar tidak sadarkan diri dikasur. Dadanya terasa sesak melihat Dean yang terlihat pucat dan dingin.

Namun Justin masih bisa mendengar suara nadi dari Dean.

"Maafkan aku, aku keluar sebentar karena persediaan air habis dan saat aku kembali Dean sudah tidak sadarkan diri, dan aku juga tidak mengerti kenapa aku tidak bisa menggunakan mindlink. Dan itu terjadi sejak satu hari setelah kakak pergi." jelas Jane dengan tersenggal-senggal. Air matanya terus mengalir dengan deras.

"Kau memang tidak berguna!" bentak Justin.

"Maafkan aku kak.." ucap Jane sambil sesegukkan.

Justin mencekik leher milik Jane, "Aku bukan kakakmu, pergi sebelum Jordan kehilangan seorang adiknya."

"Aakh." Jane memukul-mukul pelan lengan Justin.

Justin melepaskan cengkramannya, "Pergi." katanya tanpa berekspresi.

Dengan segera Jane pergi meninggalkan kamarnya.

Justin menghela napasnya berat. Kejadian terburuk selama hidupnya bukan lagi saat ia hampir kehilangan nyawa, melainkan saat ia hampir kehilangan sosok Dean.

"Maafkan adikku." mindlink Jordan.

"Hm, tapi aku tidak bisa bertemu dengannya."

"Cih, cepat bertukar!"

Tanpa membalasnya Justin memutuskan mindlinknya secara sepihak.

Justin bergegas membersihkam diri dan bertemu dengan malaikat kecilnya.

Beberapa menit setelah membersihkan diri. Justin melihag pemandangan yang luar biasa.

Dimana kedua bidadarinya tidur bersama.

Justin tersenyum kecil dan menghampiri mereka.

Mengelus wajah cantik milik Dean, kemudian beralih memegang jemari kecil milik Diora.

Kemudian ikut membaringkan diri bersama.

Ketika mentari mulai menampakan diri. Dean meregangkan badannya.

Dihadapannya suami tercintanya sedang terlelap, mengelus wajah Jordan dengan pelan sambil tersenyum.

Jordan membuka matanya, "Selamat pagi Deanaku." ucapnya kemudian mengecup singkat bibir Dean.

Dean tersenyum, "Selamat pagi."

"Hari ini apa ada kegiatan, Deana?" tanya Jordan dengan lembut.

Dean mengangguk pelan, "Ada, tapi hanya sebentar dan sekarang aku harus bersiap."

Jordan mengelus pucuk rambut Dean, "Kalau gitu akan aku antar."

Dean mengangguk sebagai jawaban, setelahnya bangkit dari tempat tidurnya.

Mengecup Diora sejenak, "Selamat pagi juga Diora anak mama."

Jordan menepuk jidatnya, ia lupa mengucapkan selamat pagi untuk putrinya.

Setelah melihat Dean pergi ke kamar mandi, Jordan mengecup pipi Diora.
"Selamat pagi Diora anak papa."

Selesai melakukan rutinitas pagi, kini Dean disibukan dengan barang-barang yang harus ia bawa hari ini.

Dean sibuk mencari barangnya,
sedangkan Jordan susah siap untuk mengantarnya.

Jordan melakukan hal-hal yang aneh untuk membuat Diora tertawa, memasang wajah aneh contohnya.

"Aku lupa bertanya tentang kuliahmu, apakah semuanya baik, Deana?" tanya Jordan sambil menggendong Diora.

"Sangat baik, saat ini aku sedang meneliti untuk laporanku." jawab Dean.

Jordan mendekat ke arah Dean kemudian memeluknya,

"Jangan terlalu lelah, ingat adik Diora yang masih sangat muda disini." Jordan mengelus perut Dean yang sedikir membuncit.

Dean mengacungkan jempolnya, "Pasti!"

Melihat pemandangan dimana Jordan sedang menggendong Diora. Pertemuan singkatnya yang tidak pernah Dean bayangkan, kini menjadi berbagai lembaran yang berharga dihidupnya.

Dean sangan bersyukur atas takdir yang telah mempertemukan dirinya dengan laki-laki yang bernama Jordan.

Dan kini Dean akan menghabiskan seluruh masa hidupnya menemani laki-laki yang sudah hidup ribuan tahun bersama malaikat kecil nya, Diora Dandelion.

#THE END

The WolfWhere stories live. Discover now