4. I don't fucking care

428 53 5
                                    

Tak peduli seberapa lama aku harus menunggu ....

Rindou mengendarai mobilnya bagai orang yang kesetanan. Kaca mobilnya ia biarkan terbuka hingga dinginnya angin malam menerpa wajahnya. Mengisap batangan nikotin yang berada di sela jarinya. Mata tajamnya menatap lurus ke arah jalanan. Lantunan lagu sendu terputar di radio mobilnya, lagu kesukaan dua insan yang saling mencintai atau mungkin salah satu insan yang masih mencintai.

Gedung-gedung tinggi dengan penerangan yang menghiasi malam di Tokyo. Rindou menghentikan mobilnya di halaman gedung terbengkalai. Entah apa tujuannya kemari, namun derap kakinya nampak gelisah. Pria tersebut melangkah, menaiki satu per satu anak tangga gedung tersebut. Pelupuk mata sayunya sudah digenangi oleh cairan bening hangat yang seketika akan lolos begitu saja membasahi wajah rupawannya. Perasaannya kini tengah dilanda kegelisahan. Hingga sampailah dirinya di rooftop gedung tersebut. Tubuh jangkungnya terdiam di tempat, memejamkan matanya dengan rapat menikmati semilir angin yang perlahan menusuk dirinya.

Surainya berlawanan arah terbawa angin. Air mata yang sedari tadi menggenangi pelupuk matanya, kini lolos begitu saja. Bibir juga bahunya tampak bergetar, namun pemuda itu menggigit bibir bawahnya agar tak menghasilkan suara tangis yang pilu.

Raga yang nampak kuat itu sebenarnya memiliki jiwa yang rapuh.

Rindou berteriak dari atas sana dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.

"Kembali!" Dengan mata yang memerah, juga napas yang menggebu-gebu, Rindou mengacak rambutnya frustasi.

"Sialan! Aku mencintaimu, bodoh!" Lagi, bagai orang yang kehilangan akal, Rindou terus saja berteriak sembari mengumpat.

"Arghh! Apa kau tidak mencintaiku? Huh!? Mana janjimu yang dulu, bodoh!"

Hingga, kilasan bayangan beberapa tahun lalu kembali terbayang dalam pikirnya.

"Aku mencintaimu. Sejauh mana pun aku pergi, aku melangkah, aku pasti akan kembali ke rumahku. Rumahku yaitu kau, Rin."

"Jika kau pergi bertahun-tahun lamanya, apa kau akan tetap kembali pulang ke rumahmu?"

"Ya. Tentu. Karena bagaimanapun juga, aku tak bisa meninggalkan rumahku berlama-lama. Jadi, sejauh apa pun aku melangkah pergi, selalu ingat bahwa aku akan tetap kembali padamu."

"Janji?"

"Dengan senang hati, aku berjanji untukmu, Rin."

Rindou menembak asal pistolnya ke udara sebanyak dua kali.

"Pembohong." Matanya menatap kosong bangunan-bangunan yang lain.

"Kau pembohong, Ryu." ucapan itu bersamaan dengan suara tembakan yang mengalun di udara.

"Tapi," Ia menggantungkan kalimatnya.

Rindou menghela napasnya berat, dengan tangannya yang kembali memasukkan pistolnya ke dalam saku jasnya.

"Aku tidak peduli seberapa lama aku harus menunggu. Aku tidak peduli kau akan menepati janjimu atau tidak. Aku tidak peduli kau berbohong padaku atau tidak. Namun yang jelas, sampai kapan pun aku akan selalu menunggumu. Aku akan selalu mencintaimu. Sampai akhir hayat ini, kau adalah wanita yang kucinta satu-satunya."

Rindou tersenyum, tangan besarnya mengusap pelan sisa air matanya.

"Tidak mudah bagiku untuk membuka hati ini demi menerima orang baru. Meski kau sudah memiliki pasangan hidupmu, aku akan tetap mencintaimu dan tetap tidak ada yang bisa menggantikanmu." Manik ungu itu menatap sendu pada cincin perak yang masih melingkar manis di jari manisnya.

Memories and Cigarettes || Haitani Rindou x femaleWhere stories live. Discover now