[III] Keputusan Yang Tepat

1.2K 125 13
                                    

🍑JaeRen🦊
Jung Jaehyun as Senandika
Huang Renjun as Renjana

AU, Lokal, Marriagelife, Mpreg, Male lactation⚠️
***


Renjana baru saja menidurkan putra keduanya kala si sulung pulang dari sekolah. Siang hari kala itu tak begitu terik, tetapi cukup membuat Jean berkeringat karena suhunya. Tinggal disebuah rumah minimalis peninggalan orang tuanya membuat Renjana mau tak mau hidup berbekal keberanian. Sebab di sana tak ada asisten rumah tangga satu pun, atau seseorang yang bisa ia mintai pertolongan.

Siang itu, ia menyaksikan putranya makan siang dengan lahap selepas dibantu membersihkan diri. Renjana pandangi wajah yang serupa dengan milik ayah kandungnya. Sesekali celotehan akan keluar dari bibir mungilnya.

"Papa kapan pulang? Sudah lama tapi tidak pulang-pulang," celetuk anak lima tahun itu. Tidak tahu saja jika ibunya kelabakan untuk menjawab pertanyaannya.

Renjana tak lantas menjawab, tangannya meraih gelas berisi air untuk kemudian diberikan kepada Jean. "Kalau kita tidak tinggal lagi dengan Papa, tidak apa?" tanyanya begitu lembut.

"Kenapa?" Si sulung bertanya dengan tatapan polos miliknya diselingi rasa penasaran.

"Mama tanya sama Jeje, tidak apa kalau kita hanya bertiga disini? Mama, Jeje dan adik bayi."

"Oh... Papa kerja jauh, ya? Makanya tidak bisa pulang?"

Renjana tak menjawab, ia kehabisan kata untuk menjelaskan bagaimana keadaan sebenarnya. Jean terlalu kecil untuk paham dan mengerti situasi yang ada. Anak itu memang cepat tanggap, dan Renjana tidak mau ada kesalahpahaman jika ia menjelaskan perihal dirinya dan Senandika.

Ini sudah lebih dari dua minggu sejak kelahiran si bungsu. Dan sejak hari dimana ia pulang dari rumah sakit, belum ada komunikasi antara dirinya dan Senandika. Hubungan keduanya masih mengambang tak tentu arah.

Bersamaan dengan suara lengkingan tangis si kecil dari arah kamar, pintu depan diketuk dari luar. "Jeje bisa tolong lihat siapa yang datang, nak? Kalau Jeje kenal siapa yang bertamu, bukakan pintunya. Kalau tidak kenal, biar Mama nanti yang buka," katanya meminta dengan lembut. Yang mana hal itu di angguki oleh si sulung.

Tungkainya diarahkan menuju kamar di mana ia dan anak-anaknya biasa tidur bersama. Bersamaan itu, Jean berlari kecil menuju pintu depan.

Bayi mungil yang hampir dua minggu ada di dunia itu menggeliat tidak nyaman. Suara tangisnya nyaring memenuhi seisi kamar. Senyum tipis terulas dibibir tipis sang ibu. Mengamati bagaimana pergerakan si kecil. "Kenapa, Nak?" lirihnya menjangkau tubuh kecil nan ringkih itu ke dalam dekapannya. Hangat menjalar pada tubuh dan dadanya kala melihat bibir mungil itu mengecap mencari sumber makanan miliknya.

"Mama!"

"Kenapa, Je?" responnya. "Sebentar, ya? Adik mau minum susu dulu, bilang pada tamunya untuk menunggu, bisa?"

"Hng?" Raut anak itu berubah bingung. "Itu bukan tamu, Ma," katanya.

"Siapa?"

"Papa! Papa pulang!" ucap si kecil antusias. Tak berselang lama hingga satu orang dewasa berdiri di belakangnya dengan senyum canggung yang begitu kentara. "Hai," sapanya.

Renjana tak mampu berujar untuk sekedar membalas sapaan itu. Ada sakit yang menjalar didadanya kala matanya bersinggungan dengan mata milik seseorang yang dua minggu lamanya tak ia lihat. Kini fokusnya kembali teralihkan pada si kecil yang semakin kuat meraung dalam dekapan. Tubuhnya berbalik, membelakangi dua orang yang masih berdiri diambang pintu.

RENJANA | JaeRenWhere stories live. Discover now