[I] Jeje dan Samoyed

2.1K 250 25
                                    

Oneshoot!
🍑JaeRen🦊
Jung Jaehyun as Senandika
Huang Renjun as Renjana

//AU, Lokal, Marriagelife//

•••

Ketika itu, waktu sore menjelang siang, dalam rumah yang di isi tiga orang beda usia. Ibu, Ayah, dan seorang anak yang usianya baru saja menginjak angka lima. Bisa dibayangkan bagaimana aktifnya dia? Sifatnya, perilaku bahkan tutur katanya kadang membuat kedua orang tuanya menggeleng. Tetapi mungkin bagi Renjana selaku ibu, ia tidak lagi asing dengan semua tingkah laku putranya. Sebab semua yang ada dalam diri Jean, menurun langsung dari sosok ayahnya.

Rengekan kecilnya kadang membuat kepala panas, tetapi senyumnya membuat siapapun enggan memarahinya. Jean itu hanya bocah kecil polos pemilik lensa legam persis seperti milik ayahnya, si murah senyum yang tidak bisa sekalipun Renjana abaikan atensinya. Jika sudah aktif, akan susah diperingati. Rengekannya selalu berujung tangis walau setelahnya kembali tertawa lepas berkat hiburan Senandika.

"Mama!"

Nah, kan! Renjana menghela napas dalam-dalam guna mempersiapkan diri untuk menghadapi anak yang sejak pagi tadi terus mengikutinya sembari mengeluarkan suara bernada memelas.

"Apalagi, Je?" balasnya dengan suaranya yang halus. Diliriknya anak yang sedang berdiri di samping dirinya yang sedang duduk dikursi meja makan.

"Ish ... Jeje kan sudah bilang tadi. Mama tidak dengar, ya?" tanyanya dengan raut tertekuk. Merajuk sejenak sebelum kembali memasang wajah cerah untuk membujuk sang ibu.

"Jeje juga sudah dengar kan, apa yang Mama bilang tadi?" Renjana melempar kembali pertanyaan anak itu. Namun rupanya usaha gigih anak itu masih terus berlanjut, hingga kedua tangan yang besarnya tak seberapa itu menyatu di depan dada. Pandangan Jean layaknya anak anjing yang memelas meminta susu kepada induknya, merengek tanpa mau henti.

"Mama tidak kasihan sama aku?" tanya anak itu sekali lagi.

"Jeje tidak kasihan sama Mama?"

Kepala si kecil tertunduk seketika mendengar pertanyaan yang diajukannya kembali berbalik kepadanya. Perasaan kesal dalam hatinya perlahan berubah menjadi emosional yang tak tertahankan lagi. Wajah anak itu memerah menahan tangis, sedang sepasang bibirnya menukik tajam bersiap mengeluarkan suara tangis membahana miliknya.

"Mama tidak sayang Jeje, kan?"

Renjana mengernyit mendengar nada tinggi dari anaknya, lantas tubuhnya menyamping, berhadapan langsung dengan si anak cengeng yang sedang berpura-pura kuat itu. "Mama selalu sayang Jeje," katanya seraya merapikan helaian arang milik putranya.

"Jeje mau samoyed," ujar Jean mengutarakan keinginan yang sejak pagi tadi tak di indahkan ayah dan ibunya. Dengan tangis yang perlahan terurai menimbulkan isakkan kecil, tangannya masih berusaha menggenggam jemari ibunya. "Jeje mau samoyed, Mama," ucapnya lagi.

Ini yang menjaadi kekhawatiran Renjana sejak dua tahun lalu. Sejak anaknya diketahui memiliki alergi terhadap bulu hewan, bukan tanpa alasan sejak pagi tadi ia melarang anaknya untuk mengadopsi anjing putih itu. Sebagai orang tua, tentu dirinya ingin sang anak selalu baik-baik saja, salah satu upayanya dengan tidak membiarkan Jean berinteraksi secara intens dengan apapun yang bisa menimbulkan bahaya untuknya.

Lalu ibu muda itu menangkup kedua pipi si kecil, mengusap air mata yang menganak sungai di sana. "Mama tidak akan melarang kalau Jeje tidak punya alergi. Mau adopsi kucing atau anjing silahkan, tapi kan kesehatan Jeje yang utama. Jeje mau sakit? Jeje mau nanti terus bersin kalau samoyed sudah ada dirumah?"

Anak yang baru masuk taman kanak-kanak sejak dua bulan lalu itu diam. Memikirkan jawaban yang pas untuk menjawab pertanyaan ibunya. "Kenapa terus bersin? Jeje kan sehat," katanya terdengar poloh.

RENJANA | JaeRenWhere stories live. Discover now