Kode MTK

58 10 5
                                    

"Gua bakal nembak mati si sialan itu!" teriak seorang remaja perempuan bernama, Silvia.

Dia tidak sendirian, ada kedua teman seperbangsatan yang menemani dalam suramnya kelas selepas MTK pada jumat sore hari. Masih tercium bau bau asap tak terlihat yang sempat memenuhi kelas kala sesi pelajaran tersebut di mulai.

"Ya elah, mendingan lu ama Rio ae Silvia," ucap temannya, Gaby.

"Masih ngejar dia tuh, effort banget. Eh, lu malah ngejar si rangking satu yang ketus, sarkas, nyebelin dan dinginnya kek lagi kemah di gunung fuji."

Silvia tersenyum remeh. Merangkul temannya itu dan membalas, "Hari ini adalah hari terakhir gua ama si si ... ck, si stres Rafael kerkom MTK itu. So, gua bakal nembak tuu anak sampe bisa senyum first time di dunia yang udah sumpek ini!"

Arjun yang sedari tadi ngedengerin bacotan Silvia menghela napas panjang dan balik nanya, "Perasaan di awal, elu pengen banget bunuh tuu orang. Dengan alasan "dii tii kii injing, binci gii imi dii, pingin di bijik," eh taunya malah suka."

Wajah Silvia memerah, kedua tangannya telah siap untuk menonjok wajah Arjun. Di sisi lain Gaby tertawa sampai memukul meja Arjun, sungguh kata-katanya sangat menggelitik sampai-sampai Gaby menangis.

"Anjiir, sial lu, Njun, ahahahahahaha!"

"Receh bat, lu ngab."

"Komuk lu, ahahahaha kocak, sial!"

"Diem ye lu pada! Lagian apa salahnya gua jadi suka ama dia?!"

Arjun menjulidkan wajahnya. "Cinta ama benci tuh ga ada bedanya, yee, anyink."

Kala keduanya benar-benar akan melakukan bangku hantam. Gaby segera merelai mereka, dan beralih ke pembahasan utama.

"Ok, pergi sono. Pasti sii jenius udah nungguin di Perpus. Don't make your Prince wait too long, Sil."

"Dih, idih si najis, Prince katanya? Fuck, gantengan juga gua-- Asu! Sakit, lu ngapa nampol gua Gaby?!"

Gaby melotot menatap Arjun, membuat temannya itu seketika menciut dan jadi patung.

"Hm, good luck dahh  Masa sih pdkt selama satu minggu'an kaga berhasil. 100k aku menantimu!" seru Arjun membuat Gaby juga senang dan teringat akan perjanjian mereka.

Silvia mendengarnya kesal. Jika Rafael menolaknya maka ia harus mentraktir kedua bahunya dan begitu pun sebaliknya.

Silvia mendengus dan tersenyum bangga. "No, my friend. Liat aja gua bakal nembak tuu cowok!"

"Iyalah, masa cewe. Di larang lesbiola,ya Sil."

Silvia dan Gaby menengok untuk melihat siapa yang bicara.

Gaby mendelik. "Lu homogen mendingan diem, Arjun."

"Gua kaga homoles ya, anyink!"

"Mulai war. Dah, gua mo ke perpus pasti si gebetan udah nungguin. Bye, muachh ...."

"Di tolak janlup traktir, ya Sil!" terika dua orang di sana.

"Sialan!"

'
'
'
'
'
'

Di perpustakaan ....

Ternyata si pangeran telah menunggu si pelayan, eh, salah maksudnya Rafael telah menunggu Gaby cukup lama. Ya, lebih sedikit sekitaran 20 menit dari waktu yang dijanjikan. Gaby, sih, bilangnya itu mah cuma bentaran, tapi bagi Rafael itu sama aja membuang waktu dia yang berharga. Sangat berharga kaya sebiji beras yang kalau ga dimakan bakal nangis.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 17, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kode Matematika (Oneshoot) RevisiWhere stories live. Discover now