"La ...," panggil Dayita dengan lirih.

"Kenapa, Ma?"

"Setelah kamu tau status kamu, tolong jangan pernah berubah, ya? Mama tetap ibu kamu. Jangan ubah panggilan itu."

Jenggala tersenyum tipis. "Justru aku yang harusnya bilang gitu. Jangan jauhin aku lagi, ya? Aku nggak akan mengambil apa pun dari kalian. Aku cukup sadar diri, siapa posisi aku diantara kalian."

Ucapan Jenggala berhasil menikam hati pasangan itu. Mereka akhirnya sadar, sudah sangat keterlaluan kepada Jenggala. Anak yang sebenarnya butuh rumah dan penopang, justru mereka abaikan.

Nuraga juga meminta maaf pada mendiang adiknya berkali-kali. Meminta maaf karena telah menyia-nyiakan putra yang sudah adiknya perjuangkan.

"Ayo Ma, Pa. Kita hampir terlambat." kata Jenggala yang menyentak lamunan Nuraga dan Dayita.

◖◖◖

Lingkungan sekolah nampak ramai oleh para siswa dari sekolah lain. Tidak semua siswa, namun cukup membuat lingkungan sekolah penuh sesak. Panggung yang berada di tengah lapangan nampak megah. Dengan dekorasi sederhana, membuat panggung tersebut nampak jauh lebih indah.

Hampir empat hari tidak menginjakkan kaki di sekolah, Janggala sempat dibuat terkejut oleh dekorasi yang sudah dilakukan oleh anak-anak OSIS. Bukan hanya itu, antusias semua peserta lomba juga diam-diam membuatnya tersenyum.

Setelah Nuraga dan Dayita meningalkan area sekolah, Jenggala mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru. Mencari sosok Sahmura diantara ratusan orang yang hadir.

Sampai sosok yang ia cari nampak berjalan menghampiri. Sahmura tersenyum tipis, membuat Jenggala juga mengulas senyumannya.

"Baru dateng, La?" tanya Sahmura begitu sudah berada di depan Jenggala.

"Iya. Btw, lo ketemu Sena dan Tama, Bang?"

"Ketemu. Tadi gue juga udah bilang ke mereka, kalau lo ada di sini."

Tepat setelah Sahmura menyelesaikan kalimatnya, sosok yang baru saja dibicarakan datang. Sena dan Tama tersenyum lebar menyambut kedatangan sang teman.

"Hai, La!" sapa Sena, penuh keceriaan.

"Hai, Sen. Gimana? Udah siap buat pertandingan?"

"Siap banget! Kita janji, nggak akan malu-maluin lo." sahut Tama.

Sena mengangguk setuju. "Kita akan bawa pulang piala hari ini."

"Hm. Dapetin piala itu buat gue." Ini mimpinya. Namun hari ini, mimpi itu harus ia kubur dalam-dalam. Karena mulai saat ini, ia tidak akan pernah bisa menggapai mimpi itu lagi.

Merasa suasana yang berubah, Sena tiba-tiba menarik tangan Jenggala untuk duduk di salah satu kursi penonton. Sena memilihkan kursi yang berada paling depan. Agar Jenggala bisa menyaksikan dia dan Tama bertanding hari ini.

"Semangatin gue, ya?"

Itu kata terakhir yang Sena ucapkan sebelum panitia menyuruh peserta berkumpul. Jenggala tersenyum tipis. Kemudian saling meremat tangannya. Berdoa untuk keberhasilan Sena dan Tama.

Sahmura berjalan pergi, setelah ijin dengan Jenggala. Sebagai panitia, Sahmura memiliki kesibukan lain, dan Jenggala bisa memaklumi itu semua.

Pertandingan sudah di mulai. Di samping Jenggala, ada dua orang siswa yang berasal dari kelas sepuluh. Jenggala tidak mengenal mereka dengan baik, namun ucapan mereka berhasil mengalihkan atensinya.

"Kasian banget, sih, hidup dia. Udah ibunya meninggal, hidup sama keluarga ibunya tapi nggak diakui."

"Hm. Tapi kalau gue jadi dia, gue malu, sih. Soalnya kan udah numpang tuh ya. Tapi malah buat susah. Pake segala kena sakit mental lagi."

Jenggala tak akan mempermasalahkan ucapan mereka, jika saja mereka tidak melirik ke arahnya. Tangannya terkepal erat. Ingin sekali membalas ucapan mereka, namun pertandingan Sena dan Tama sudah dimulai. Ia tidak ingin membuat keributan.

"Gue lebih pilih nyusul aja ke akhirat."

Kalimat terakhir dari siswa itu masih Jenggala tangkap sebelum sorak sorai penonton menggema. Ketika Jenggala menoleh ke depan, di sana ia melihat dengan senyum lebar Sena dan Tama.

Mereka berhasil.

Setidaknya, mimpinya masih bisa ia raih melalui orang lain.

"Hai, Bang, gimana kabarnya?"

Kesenangan Jenggala tak bertahan lama, saat suara berat seseorang terdengar di samping telinga. Seketika tubuhnya membeku. Di sana, Daksa tersenyum lebar padanya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hehe, hallo guys, kalian apa kabar? Maafin aksara karena baru muncul di book ini lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hehe, hallo guys, kalian apa kabar? Maafin aksara karena baru muncul di book ini lagi. Nggak bosen nunggu, 'kan?
Semoga enggak, ya ^^

Oiya, gimana harinya? Baik-baik aja? Jangan terus pura-pura, sesekali tunjukan sisi lemah kalian nggak akan membuat dunia runtuh. It's okay, semua akan baik-baik saja besok.

Segini dulu, kapan-kapan kita ketemu lagi sama Jenggala. Bye semuaaa ♡


Dunia khayalan,
05 Mei 2022

|✔| Kedua Where stories live. Discover now