34. IAH - Iqbal putus

Beginne am Anfang
                                    

"Na.. Untuk hari ini kamu istirahat aja di kamar, emang kamu nggak capek, nggak sak-"

"Ih, Afizh! Nggak, nggak sakit. Na juga nggak capek. Udah, nggak usah bahas itu lagi, Na maluu tauu."

Alisha tahu ke mana arah pembahasan dari Imama barusan. Tak mau malu, ia pun segera memotong ucapan suaminya. Segera saja Imama kini terkekeh kecil saat melihat Alisha telah malu dengan menundukkan kepalanya dalam.

Lelaki itu mengelus pelan puncak kepala Alisha. "Berarti saya lembut, ya, tadi malam? Alhamdulillah kalau gitu.. Makasih, ya?"

"Nggak capek makasih mulu?"

Alisha heran kepada Imama yang sedari tadi tak henti-hentinya berterima kasih padanya. Bukan kah itu adalah kewajibannya? Jadi tak payah lagi untuk berterima kasih.

Imama terkekeh. "Saya nggak pernah capek untuk berterima kasih sama kamu, Na. Apalagi saat berterima kasih sama Allah. Bersama-Nya, saya nggak pernah absen menyebut nama kamu."

Untung saja saat ini Alisha masih menunduk. Jika tidak, ia pasti sudah ketahuan oleh Imama bahwa pipi miliknya sekarang sudah memerah bagai tomat. Ditambah saat ini Imama sudah mengubah gaya bicaranya.

"Ya udah, sana, gih."

"Ngusir nih?"

"Ih, bukan..."

Imama terkekeh. "Sebenarnya, Na.. Saya mau ajak kamu untuk keliling ke dalam Pesantren. Tapi saya takut kalau kamu bakal dilihat sama santri-santriwan. Soalnya, saya punya niat mau memperkenalkan kamu dari Asrama putra sampai Asrama putri. Tapi kembali lagi ke pasal satu. Saya urungkan karena nggak mau kamu akan ditatap sama mereka. Selain itu, saya juga ingin kembali ke pasal kedua. Ingin membawamu kepada mereka, dan memperkenalkan kamu bahwa kamu itu adalah perempuan saya. Bahwa sekarang, saya.. Mr. Imama Hafizh Al-Ayyubi, telah memiliki seorang Ning yang akan menjadi pendamping hidup saya dari dunia hingga akhirat. Dan mereka harus tau itu. Nggak boleh ada yang menyakiti kamu, atau pun mendekati saya lagi."

Penjelasan yang sedari tadi Alisha nanti untuk berakhir ke ujung pun akhirnya terwujudkan. Imama telah mengakhiri penjelasannya itu dengan tenang hingga membuat Alisha tak lagi bisa menahan tawanya.

"Ih, kok panjang banget sih.." Alisha terkekeh lagi.

"Tapi kamu paham?"

"Paham kok, paham."

"Duh, bahas apa ini? Ikutan dong..."

Imama dan Alisha yang saat ini berdiri di depan pintu kamar itu pun menoleh ke pintu kamar sebelah. Terlihat seorang perempuan tanpa memakai hijab dengan rambut sepinggang itu berdiri di depan pintu menghampiri mereka.

"Nggak bahas apa-apa kok..." Alisha menjawab dengan tersenyum.

Izara melirik ke Imama yang berada di sampingnya itu di mana tatapan lelaki itu begitu dalam saat menatap Alisha di depannya. Bermaksud menggoda, Izara pun menyenggol lengan Imama. "Cieee, yang udah nikah. Pergi sendirian, pulang berdua." Kemudian Izara cengengesan.

Imama menoleh ke Izara dengan tersenyum kecil. Di mana tangannya mulai mengacak rambut sang adiknya itu. "Kamu mau juga? Ima jodohin, ya?"

Mata Izara membulat. "IH, NGGAK! Jangan dong. Nggak suka tauu dijodohin gitu. Apalagi sama Anak Kyai sebelah."

Protes tak terima, wajah Izara yang tampak adem itu berubah menjadi kecut. Melihat itu pun Imama hanya mampu tergelak pelan. "Jadi pernah dilamar sama Anak Kyai sebelah?"

IMAMA AL-HAFIDZHWo Geschichten leben. Entdecke jetzt