Sebenarnya Sahmura sangat ingin memaki. Pertanyaan mamanya justru menyulut emosi. Bagaimana bisa mamanya bertanya demikian, saat dirinya bahkan tidak tidur sama sekali.

Namun, Sahmura masih tahu sopan santun. Jadi ia membalas, "Tidur, Ma. Tapi sebentar." Suaranya penuh penekanan, dan berhasil menyita perhatian Nuraga.

Lelaki itu menoleh. Memperhatikan wajah sang putra. Kantung mata Sahmura cukup tebal jika diperhatikan lebih teliti. "Papa minta maaf. Sebagai permintaan maaf, kamu boleh minta apa aja, Bang."

"Pinter banget ngerayunya," gumam Dayita.

Mendengar itu, kedua bola mata Daksa berbinar terang. "Aku juga mau, Pa."

"Mau apa?" tanya Nuraga.

"Mau hadiah, lah."

"Kalau mau hadiah, harus bisa juara satu dulu semester ini. Gimana?"

Merasa tertantang, Daksa mengangguk tanpa ragu. "Siapa takut! Aku buktiin, aku bisa juara satu semester ini. Kalau aku juara satu, Papa harus beliin aku mobil. Gimana, deal?"

"Deal!!"

Sedangkan Dayita menggeleng pelan melihat tingkah anak dan suaminya tersebut.

Lalu Nuraga kembali beralih pada si sulung. "Kalau kamu, Bang, mau apa?"

"Nanti aku pikirin lagi. Untuk sekarang masih belum mau apa-apa."

"Oke!"

"Udah, ayo sarapan!" Suara Dayita mengistrupsi mereka. Akhirnya keempat orang itu mulai memakan sarapan mereka dalam tenang.

Langkah kaki Jenggala menyita perhatian orang-orang yang berada di ruang makan saat itu. Sosok Jenggala berdiri di sana, tanpa berniat mendekat.

"La, sini sarapan." kata Dayita sembari melambaikan tangan. Meminta si anak tengah mendekat.

Namun Jenggala justru menggelengkan kepala. "Enggak, Ma. Aku mau langsung berangkat aja. Takut ketinggalan bus." Lantas Jenggala mendekat, menyalami Nuraga dan Dayita secara bergantian.

Jenggala fikir, mamanya akan menahan atau jika tidak, akan membuatkannya bekal. Akan tetapi, semua ekspetasi tadi, musnah saat mamanya hanya mengangguk lalu kembali fokus memakan sarapannya kembali.

Tanpa mau berlama-lama di sana, Jenggala membawa langkahnya untuk menjauh. Hatinya terlalu sakit menyaksikan semua kehangatan itu.

Setelah kepergian Jenggala, Sahmura menatap mamanya dan bertanya. "Kok dia naik bus, motornya kemana, Ma?"

Dayita mendongak. "Motornya masuk bengkel. Karena kemarin dia ikut balapan liar. Papa kamu kasih hukuman, dan mulai saat ini, motor itu jadi hak milik Daksa."

"Balapan?" gumam Sahmura. Mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Sejak kapan Jenggala mengikuti balapan? Lalu diam-diam, ia melirik Daksa yang nampak canggung dan gelisah.

◖◖◖

"Denger-denger, ekskul taekwondo tahun ini akan ikut lomba, ya?" tanya Olivia pada Sahmura yang saat ini tengah memakan baksonya dengan tenang. Setelah bel istirahat berbunyi, Olivia langsung menyeret Sahmura ke sini.

|✔| Kedua Where stories live. Discover now