"Ba-bagaimana bisa? Ke-kenapa awakku ono loro??!" Galih mondar mandir kebingungan. "Apa aku wes mati?!" Pertanyaan yang entah diperuntukan pada siapa terlontar begitu saja ketika dirinya, benar-benar tak dapat menyentuh Laras juga Sekar yang terisak tangis di samping tubuh lemas kembarannya yang tak sadarkan diri.

Galih meremas rambutnya frustasi. Tubuhnya seketika merosot lemas di lantai. Apakah ini benar-benar akhir hidupnya? Apakah umur yang digariskan untuk Galih hanya sebatas ini? Masih banyak angan juga cita yang belum sempat Galih capai. Bahkan asanya yang ingin menjadikan Sekar sebagai kekasihnya pun belum sempat Galih ungkapkan.

Di tengah keresahan yang melanda Galih. Arthur, Ernest, Baron dan Dylan dibuat terkejut ketika tubuh Helga yang melawan Cay Lan Gong terhempas, terlempar membentur dinding.

"Helga!!!"

"Jangan pedulikan aku. Cepat lakukan sesuatu! Cay Lan Gong ..., makhluk itu akan berubah!"

Belum sempat Dylan CS mencerna maksud dari kalimat yang Helga katakan disela napasnya yang tersengal-sengal. Dylan CS sudah lebih dulu dibuat tercengang oleh banyaknya kepulan asap hitam yang tiba-tiba saja keluar dari puncak kepala seluruh murid SMK N 9 yang kesurupan. Kepulan asap hitam itu berkumpul menjadi satu, membumbung tinggi di atap plafon ruang Aula, kemudian bergerak menuju rongga mulut yang masih Cay Lan Gong buka lebar.

Dylan CS tampak gentar melihat dengan mata kepala mereka sendiri, akan transformasi yang dilakukan oleh makhluk astral mengerikan tersebut seiring semakin banyaknya kepulan asap hitam yang telah ia hisap.

Dalam hitungan detik, tubuh Cay Lan Gong jadi semakin tinggi. Bahkan tingginya sampai membentur atap plafon. Luka menganga yang Helga buat di tangan kanannya pun sembuh seketika. Kuku cakar di kedua tangannya tampak jelas semakin panjang dan runcing. Ukuran mulutnya puluhan kali lipat lebih besar dari sebelumnya. Deretan gigi tajam yang sejak awal ia tunjukan pun kian lancip nan besar. Jika sebelumnya lewat mulutnya; Cay Lan Gong sanggup menelan Galih bulat-bulat, maka lewat evolusi kilat yang dilakukannya dengan menyerap energi dari banyaknya sosok astral yang merasuki para siswa tersebut, kini Cay Lan Gong mampu melahap semua orang yang berada dalam ruangan itu dalam satu suapan.

"Ba-bagaimana ini?" Bahu Ernest melemas. Kepalan tangannya yang semula menggenggam erat tongkat yang terbuat dari bambu kuning tersebut, tanpa sadar ia jatuhkan. Hal yang sama pun terjadi pada Baron, Arthur juga Dylan yang tampak pesimis bahwa mereka akan dapat mengalahkan Cay Lan Gong yang sudah bergabung menjadi satu dengan makhluk astral penghuni TPU lainnya.

"Banas Pati!! Serang dia!"

Seruan yang berasal dari luar gedung Aula mengundang kemunculan sebuah bola api yang mendobrak paksa pintu Aula yang semula tertutup rapat. Dengan gerakan cepat, bola api itu melesat cepat menyambar sosok Cay Lan Gong yang masih tengah melakukan transformasi. Mengganggu proses penggabungan ratusan makhluk astral sesat yang pastinya akan membahayakan lebih banyak nyawa lagi.

"Grrrahhhh!!!"

Teriakan demi teriakan dari makhluk astral penguasa wilayah itu yang masih di serang oleh kobaran api yang mengitari tubuh raksasanya, seolah menjadi penyebab lantai Aula bergetar hebat. Bahkan akibat getaran itu, semua murid SMK N 9 yang semula kesurupan dan terbaring tak sadarkan diri di lantai mulai membuka matanya. Satu per satu, para siswa dan siswi itu tampak kebingungan karena tempat yang mereka pijak bukan lagi tempat Pelantikan OSIS yang awalnya mereka ikuti.

"Opo iki? Opo ono gempa bumi?" Salah satu dari siswa itu panik, ketika ia kesulitan untuk berdiri tegap. Belum sempat pertanyaannya mendapatkan jawaban, siswa lain sudah lebih dulu menjerit ketika kilatan petir mempertontonkan sebuah pusaran angin berwarna hitam tengah di kelilingi oleh kobaran api tidak jauh dari tempat mereka berada.

Supranatural High School [ End ]Where stories live. Discover now